Fahri pandangi wajah polos Haisha yang tengah makan di depannya, semalam wajah itu terlihat sangat pucat dan pasrah tanpa tenaga.
Bahkan getaran tubuh gadis itu masih terasa sampai sekarang, desahan juga suara lirih pekikan Haisha membuat isi kepalanya mulai membayangkan yang tidak-tidak.
Ingin ia bergulung kembali, tapi melihat Haisha yang berjalan tertatih sejak tadi, Fahri tidak sampai hati.
Toh, mereka akan bertemu lagi hari rabu malam atau kamis pagi. Fahri masih bisa menahan dan menyimpan gejolak hasratnya sebagai seorang suami kepada istri.
"Mas mau Ica bawain bekal?" tanya Haisha, ia teringat nanti malam unit ini akan kosong, dan Fahri pasti akan pulang dengan kantong burger di tangannya.
Fahri mengangguk, "Pak Bimo jemput jam berapa?"
"Nanti jam sepuluhan, Ica mau rapiin kamar Mas bentar biar enakan tidurnya nanti malem," jawab Haisha berceloteh sembari mencuci piring kotornya.