"ICA!" suara menggelegar itu kembali terdengar, seolah melupakan aksi ciuman dalam dan pelukan rindu yang terjadi tadi.
Haisha berjalan cepat menuju ruang santai di sudut kamar itu, sofa besar yang sangat empuk dan nyaman untuk sekedar bersantai sembari bekerja atau menonton televisi.
Unit milik Fahri tidak begitu lengkap, mungkin karena belum adanya sentuhan wanita di sana, banyak barang yang masih berada di dalam kardus, Haisha yakin itu milik Meri yang tidak dirasa cocok oleh suaminya.
"Mas makan dulu," ucap Haisha, satu tangan menerima handuk kecil untuk mengeringkan rambut basah Fahri, terpaksa mencuci rambut karena kehujanan.
Fahri santap satu piring penuh makan malamnya sembari menikmati pjjatan kecil di kepala.
"Mas kalau ke tempat kerja naik apa?" tanya Haisha.
"Lo lupa? Gue berangkat sendiri, jelas bawa mobil lah!" jawabnya, sambal itu benar-benar judes membara.
