Mereka berlima sudah menyentuh tanah. Syukurlah mereka masih hidup, pikirku ketika tanganku masih merasakan denyut nadi leher mereka. Aku duduk terlebih dahulu di bawah pohon sembari melihat api yang memakan pabrik di hadapanku.
Begitu nyaman. Rasanya ingin segera tidur setelah segala hal yang terjadi. Aku dapat melihat ayunan dada mereka di dekatku. Syukurlah!
"Itu bangunannya!" suara seorang pria membangunkanku. Gelap malam di belakangku berubah menjadi pemandangan jingga. Sudah waktunya warga-warga kampung itu mengambil inisiatif akan hal ini. Aku mulai beranjak, mereka tidak boleh melihatku disini, terutama pada kejadian ini. Mereka akan menahanku dalam waktu yang lama di markas. Lalu yang paling buruknya aku kembali terjebak bersama Melodi.
"Kau lelah?" tanya sebuah suara di balik dedaunan. Sosok burung hantu melompat ke arahku dan bertengger di pundakku untuk kedua kalinya.
"Sangat!, mungkin aku akan tidur di bawah pohon sebelah sini." Aku menatapnya dengan wajah lesu. Seberapa inginnya aku agar ia pergi, tetap saja terus datang. Tapi ia yang sekarang bukanlah ancamanku yang sebenarnya.
"Hei bangun!" sayapnya menampar-nampar wajahku. "Tidak boleh! Masa orang pilihanku mau saja tidur di atas tanah dingin kotor ini. Sini, aku sudah menandai tempat yang bagus untukmu untuk sementara waktu."
Tiba-tiba layar hijauku menampilkan sebuah peta dengan titik kedap-kedip. Di pojok kanan atas tertulis 50 meter dan estimasi sampai 3 menit. Tanpa kusadari, sebuah angka tertera di sudut pojok atas layarku. '01:05.' Aku tidak tahu kalau memang selarut ini. Ini benar-benar perasaan yang aneh, biasanya aku sudah tidur jam 10 ketika di kompleks.
Meskipun sudah atau belum mengantuk, aku terus memandang kegelapan pada gudang kompleks tanpa cahaya sampai mataku menutup. Lalu seringkali suara dengkuran manusia yang lelah terdengar mengalahkan ledakan guntur ketika hujan. Hilangnya suara itu sekarang membuatku sedikit cemas.
"Aku ingin bertanya," ijinku tanpa langsung menanyakan. Energi sudah habis untuk mencari suatu jawaban dengan cepat.
"Silahkan!"
"Siapa keempat orang itu?" tanyaku singkat.
Ia terdiam menatapku sesaat. "Mereka adalah salah satu pemburu kelas kakap yang sangat ditakuti di sekitar situ. Kau beruntung telah lolos," kata burung hantu itu dengan sayap kiri yang menyentuh bagian bawah parunya seperti terlihat berpikir.
"Tapi bagaimana mungkin? Kami belum pernah bertemu namun mereka seperti mengetahui tentang mata ini. Seolah ini bukan kali pertama mereka melihat kombinasi mata dan layar hijau."
"Masa? Mungkin mereka pernah melihatmu diam-diam tanpa kau ketahui."
"Hmm ... bisa jadi," jawabku singkat karena tidak ingin berpikir keras malam ini. Mungkin saja mereka hanya pintar. Tapi gerakan mereka sangat akurat dalam menghindari 'seranganku'.
Sudah sampai! Aku terdiam melihat pemandangan di depanku. Sebuah rumah dengan genteng keramik bertembok bata dan cat putih berdiri di tengah lapangan kurang lebih 20x20 meter. Sementara rumah itu sendiri mempunyai luasan 8x8.
"Ya, kita sudah sampai. Beristirahatlah, perjalanan masih panjang," ujar William sang burung hantu yang langsung terbang tinggi ke angkasa.
Kakiku mundur perlahan. Sebuah bangunan aneh berdiri dibalik rimbunnya hutan ini. Bukannya takjub, malahan ada sesuatu yang tak biasa dari bangunan ini. Bagaimana ya cara mendeskripsikannya ya? Bangunan ini seperti baru saja dibangun. Tidak ada tanda-tanda lumut atau atau retak di dinding semacamnya. Seperti rumah ini baru turun dari langit.
Di dalamnya jauh dari perkiraan, sebuah api unggun tengah menyala di sisi kiri tembok, lengkap dengan instalasi tungku api. Di sisi berlawanan terdapat tempat tidur 1 ranjang lengkap dengan selimut putih berkilau dan bantal biru layaknya hotel. Lalu lemari baju yang berisikan Baju Pasukan Aliansi dan baju kasual lainnya yang terjereng rapih.
Lalu ruangan selanjutnya yang berupa kamar mandi dengan ... shower! Bagaimana mungkin? Saking girangnya dan tanpa basa-basi, baju penuh keringat ini kulepaskan. Tubuh ini kubiarkan terkena air dingin nan menyegarkan. Perasaan ini, seperti aku ingin tinggal di rumah ini selamanya dan tidak pernah keluar lagi.
Handuk baru kuoleskan menuju seluruh badanku. Aromaku sudah seperti terlahir kembali. Baju baru langsung kukenakan. Sudah 2 tahun aku tidak merasakan sensasi nyaman ini. Tempat ini terasa sangat hangat jika dibandingkan udara luar yang mencapai 10 derajat celsius. Sembari berbaring di atas kasur, kupandang api unggun di sampingku. Aku menarik nafas dalam lalu mulai menutup mata.
....
....
....
Api unggun yang menenangkan tidak membantuku sama sekali. Yang ada malah indra waspadaku semakin bergejolak karena diriku tidur di tempat yang mencurigakan. Seolah dinding disini mengawasiku. Semuanya nampak aneh akhir-akhir ini, seolah aku dipindahkan ke dunia lain yang penuh dengan sihir saat baru saja merasakan dunia luar.
"Tidur nak! Perjalananmu masih panjang."
"William ... dimana kau?" tanyaku kaget bukan kepalang ketika mendengar suaranya dari langit-langit.
"Selama ada jaringan, aku bisa berada dimanapun," tawanya menggema. "Lagipula, sudah setengah jam lebih dirimu berguling-guling tidak karuan. Mau aku berikan obat tidur?"
"Baiklah, aku akan tidur!" jawabku mencoba menahan rasa takut yang hampir membuatku gila. Lampu tiba-tiba menyala. Sementara api unggun masih bersuara.
Sebenarnya banyak yang kupikirkan. Sampai sekarang aku tidak tahu apa yang dimaksudnya dengan 'jaringan'. Tapi kekuatan itu, angin yang tiba-tiba muncul dari ruang hampa, lalu bola api yang terbentuk tiba-tiba dari layar hijau, kemampuan telekinesis, kemampuan berkomunikasi, dan melihat segalanya. Semakin lama realitaku semakin kacau. Aku seperti menyelam menuju ngarai dalam dan gelap.
Ia bilang kalau kami semua terjebak untuk proyek menyembuhkan bakteri berbahaya. Tapi sampai sekarang aku tidak tahu metode apa yang sebenarnya dia gunakan. Pikiranku masih teringat saat ia mengambil 'cairan' yang bukan darah dari lenganku. Apa itu ulah jaringan yang dimaksud?
Aku tidak yakin sepenuhnya alasan Melodi karena ia sakit hati. Buktinya saat tindakannya melindungi Kota Bandung dari makhluk itu. Lalu untuk William, dengan kekuatannya kenapa ia tidak menjatuhkan Melodi sendirian.
Menurutku sama sekali tidak aneh jika kapan saja William muncul di depan Melodi lalu membunuhnya dan kemudian menghilang kembali. Tapi apa yang menahannya? Apa Melodi benar-benar merepotkan seperti yang William katakan? Apa kekuatan Melodi lebih menakutkan sampai William saja kerepotan? Jadi siapa orang baik di sini?
Kuharap kalian semua baik-baik saja, Clara, maafkan aku Sadik, Syarif, Rudy, Sinta, beserta seluruh Pasukan Kompleks. Lalu pilot itu ... semoga pilot itu tidak kenapa-napa di Kota Ciragam. Ada sesuatu hal besar yang tidak bisa kugapai dari peperangan terselubung ini. Aku mendoakan yang terbaik bagi kalian warga di dalam pengepungan kabut.
Aku masih belum lupa janjimu terhadap kami semua Rudy. Semoga kita semua dapat keluar bersama-sama. Tapi aku takut. Aku takut kalau dunia luar tidak seperti bayangan kita. Apa disini lebih aman sambil menunggu ajal kita dengan tenang?