Seorang anak laki-laki dimana satu sekolah yang sama dengan diriku, SMA Metropol, berbicara begitu lantang mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa aku adalah calon menantu ideal mereka.
Masih waraskah dia ?
Kenapa aku ?
Padahal kami baru bertemu beberapa kali saja.
Dia memang anak laki-laki yang jenius satu sekolah. Namun, mungkin karena terlalu jenius otak dia menjadi error! Asal bicara. Tanpa memperhatikan orang lain, orang yang dibicarakan itu berkenan atau tidak.
Mungkin mitos tentang orang jenius itu benar, mereka menjadi tidak memperhatikan etika, sopan santun, tata krama bahkan perasaan orang lain saat mereka bicara. Seolah dunia hanya milik dirinya seorang. Seolah dunia itu bisa diselesaikan dengan rumus yang dalam satu detik bisa dia uraikan jawabannya.
Kalian juga tidak akan percaya kan ?
Dan jangan pernah percaya dengan omong kosongnya. Jangan pernah tertipu oleh kata-kata yang keluar dari mulut dia.
Mulut seorang anak laki-laki bernama Lyon dari kelas Sains. Kelas yang hanya diisi oleh anak-anak berotak. Maksudnya mereka yang boleh dikategorikan hanya memakai otak dan otak untuk hidup.
Buku-buku tebal berisi aneka rumus fisika dan kimia selalu menjadi santapan mereka di pagi hari. Di siang hari. Bahkan, mungkin saat mereka akan beranjak tidur pun tidak lupa dibawa, menjadikan buku-buku tersebut sebagai bantal dan guling.
Kelas Sains di SMA Metropol adalah nomor satu di Mestonia. Mayoritas lulusan dari kelas tersebut tanpa susah payah langsung dipinang oleh berbagai kampus favorit dan merupakan jaminan tidak tertulis kalau hidupnya akan makmur saat mereka bekerja nantinya.
Mestonia tidak pernah main-main terhadap orang jenius. Mestonia akan memperlakukan orang-orang cerdas tersebut dengan sangat layak, skema structural yang tidak kasat mata jelas menjunjung tinggi mereka yang mempunyai otak, maksudnya mempunyai kapasitas yang layak diperhitungkan demi kemajuan Mestonia sendiri.
Kembali ke topik kenapa aku dijadikan tumbal keserakahan anak laki-laki itu yang tidak pernah aku tahu sebelumnya. Aku tidak tahu jika pada akhirnya kesepakatan tertulis itu hingga berujung seperti ini.
Atau mungkin ini hanya permulaan?
Aku bukanlah siapa-siapa. Bukan anak orang kaya. Bukan anak orang penting, hanya imigran dari distrik lain karena mengikuti jalur beasiswa yang disediakan SMA Metropol.
Aku tidak pernah berharap berurusan dengan anak laki-laki jenius yang misterius ini. Apalagi sampai harus bertemu dengan orang tuanya, dan, bahkan dikenalkan sebagai calon menantu?
Kalau bukan dia sudah sinting lalu apa lagi?
-
Kehidupanku sudah cukup sibuk dengan persoalan masalah pribadi, keluarga, keuangan dan pekerjaan sambilan untuk bisa terus bertahan hidup di kota metropolitannya Mestonia, Metropol. Kota sejuta impian kata orang.
Namun, pada kenyataannya hanyalah kota penuh dengan matrealisme, apapun yang ingin kamu dapat harus menggunakan uang sebagai alat tukar. Bahkan bernapas pun suatu hari akan ada pajak bulanannya.
Keluarga?
Keluargaku...lebih tepat kedua orang tuaku sudah lama meninggal dunia akibat kebakaran. Sekarang aku tinggal bersama paman Jon dan bibi Mia serta satu-satunya sepupuku, Abel.
Jangan pernah bertanya bagaimana kerasnya hidup di Mestonia, lebih tepatnya Metropol sebagai kota metropolitan nomor satu di benua tujuh, Mestonia. Hidup seperti bertahan hidup di hutan rimba dalam buku dongeng dari benua barat.
Bekerja keras adalah pion utama, walau pun kami sejak dulu selalu bekerja keras di Finelan sebagai petani sayuran, hal itu masih belum cukup layak untuk mendapatkan kehidupan yang layak di kota baru ini. Aku khawatir tabungan paman Jon akan segera habis jika aku hanya berpangku tangan tanpa ada tindakan untuk sedikit membantu bibi Mia yang menemaniku tinggal di Metropol.
Setidaknya selama aku menempuh pendidikan SMA disini.
Walaupun aku mendapatkan beasiswa penuh selama tiga tahun, tetapi itu hanya sebatas untuk biaya sekolah. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutaman dalam hal makanan, aku, kami harus banting tulang mencari uang yang tidak mudah didapatkan.
Bahkan paman sampai sekarang belum bisa mendapatkan pekerjaan tetap untuk sekedar bekerja disebuah toko. Oleh karena itu paman Jon kembali ke Finelan, melanjutkan sebagai petani sayuran bersama Abel.
...
Ekonomi adalah isu utama di Metropol. Isu yang tidak mudah untuk diselesaikan apalagi menyangkut tentang para pendatang, para imigran dari distrik lain yang dating mencari pekerjaan di Metropol dengan berbagai macam impian mereka.
Bahkan, anak kecil pun harus bisa berpikir bagaimana cara untuk bertahan hidup dalam lingkaran masyarakat kelas bawah. Lingkaran kehidupan yang aku jalani. Lingkungan tempat tinggal kami di Metropol. Lingkungan masyarakat yang diisi oleh para pekerja rendahan, tinggal dalam rumah hunian yang sangat sederhana, yang kalau boleh dibilang sebenarnya cukup layak untuk ukuran distrik Finelan, tempat tinggal kami dulu.
Secara tidak langsung tingkatan kasta tercipta dengan sendirinya di lingkungan masyarakat Metropol.
Masyarakat dengan kasta kelas tertinggi adalah mereka para milyuner, anggota dewan dan mereka yang ada mengisi jabatan di pemerintahan.
Masyarakat kasta kelas menengah ialah untuk mereka para jutawan, pengusaha menengah dan pegawai kantoran yang kepemilikannya mayoritas dipegang oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah distrik.
Sedangkan masyarakat kasta kelas bawah adalah kami, orang-orang tanpa pekerjaan tetap, imigran dari distrik lain yang berharap dengan merantau ke kota metropolitan Metropol akan merubah perekonomian keluarga, yang tentu saja sering kali tidak sesuai dengan harapan.
Bagai punguk merindukan bulan, itu kata pepatah kuno yang aku baca dalam sebuah literature di perpustakaan di pusat kota.
Karena hal itulah, aku bertemu dengan Lyon.
Pertemuan yang tidak pernah aku harapkan terjadi dalam tujuh belas tahun kehidupanku di dunia ini. Pertemuan yang mengubah jalan hidupku. Pertemuan yang tidak menyenangkan, amat sangat tidak menyenangkan untuk diingat apalagi untuk diceritakan.
Aku tidak pernah menduga akan bertemu sesosok makhluk hidup spesies manusia berjenis kelamin laki-laki seperti dia. Lyon itu tidak terdefinisikan.
Dia itu tidak bisa ditebak isi kepala dan jalan pikirannya. Dia itu semau sendiri. Lyon itu alien yang menyamar menjadi makhluk bumi dengan misi untuk menghancurkan bumi suatu hari nanti.
Pasti.
Itu pasti alasan kenapa dia mempunyai sikap, kepribadian dan tingkah laku sangat tidak menyenangkan seperti itu.
Aku hanya bisa berharap mempunyai sebuah kesempatan untuk memutar waktu dan kembali kemasa dimana saat-saat pertama kali aku dan dia bertemu.
Andaikan, aku bisa menghindari pertemuan tersebut, aku berani bertaruh untuk menukar semua harga benda yang aku miliki untuk mendapatkan satu kesempatan emas nan berharga tersebut.
Membalikkan keadaan.
Membalikkan kehidupanku kembali seperti semula. Mengembalikkan diriku ke tempat dimana aku berasal, Finelan.
...
Finelan adalah kampung halamanku. Finelan adalah sebuah distrik dimana masyarakatnya cinta damai dan hidup bersahaja. Finelan merupakan tempat dimana cinta pertamaku bersemi...