Keesokan paginya, Ara sudah siap dengan segala perlengkapannya. Ia menunggu jemputan dari travel yang telah ia pesan kemarin sore didepan rumahnya bersama Rena yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya dan juga Miya beserta Roni.
"Kakak, jaga kesehatan ya? Makan yang teratur dan satu lagi jangan lupa hubungi Rena. Kalau Rena telepon langsung angkat ya?" Ujar Rena.
Ara menganggukkan kepalanya pelan, "Iya Rena. Kakak janji, kakak akan selalu menghubungi Rena. Dan kamu juga jaga kesehatan, makan yang teratur dan belajar yang rajin. Supaya kelak saat Rena sudah dewasa, Rena bisa menjadi orang yang sukses dan tentunya kakak akan bangga pada Rena, begitu juga Ayah ibu disana. Pasti mereka bangga pada Rena." Ucap Ara. Lalu ia memeluk tubuh Rena.
Roni dan Miya tersenyum melihat adegan berpelukan Ara dan Rena.
"Rena jangan sedih ya, kakak janji akan pulang secepatnya. Tapi Rena harus doain kakak supaya kakak disana bisa sukses." Kata Ara, Rena terseyum lantas langsung memeluk Ara lagi.
Tak lama kemudian mobil yang Ara tunggu telah tiba. Ara melihat sebentar ke arah mobil itu, lalu ia beralih menatap ke Rena dan paman bibinya. "Paman, bibi, Rena. Aku berangkat dulu ya. Ara titip Rena, kalau Rena nakal paman dan bibi nggak papa untuk hajar Rena." Ujar Ara dengan kekehan kecilnya.
"Iya Ara, Kamu disana juga harus jaga diri baik-baik. Pesan bibi, jangan pernah sekalipun percaya sama orang yang baru kamu kenal. Apalagi cowok, bibi takut terjadi sesutu yang buruk padamu." Pesan Miya kepada Ara.
"Ara janji bi, jangan khawatirin Ara. Ara sudah bisa jagar diri baik-baik kok." Jawab Ara metakinkan bibinya bahwa ia akan baik-baik saja.
"Yaudah kalau gitu, aku berangkat dulu. Kasihan sopirnya udah nunggu lama." Lanjut Ara berpamitan. Ia memeluk paman dan bibinya sebentar serta mencium kening Rena. Lalu ia beranjak pergi dengan menenteng koper dan tas yang ia bawa memasuki mobil.
***
Jam menunjukkan pukul 12 siang, suasana kota sangat berbeda dari tempat Ara tinggal.
Jalanan sangat ramai, karena disiang hari banyak pegawai kantoran yang istirahat keluar mencari makan siang.
Terik mata hari sangat menyengat hingga kekulit Ara. Tak disangka sudah hampir satu setengah jam Ara berjalan kaki mencari tempat tinggal. Ia sudah mengelilingi tengah kota, namun belum juga menemukan tempat tinggal yang tepat untuk dirinya. Sedangkan besok pagi ia sudah harus masuk kerja di perusahaan yang telah ia lamar beberapa hari yang lalu. Bepergian sendirian di kota dan bahkan Ara tidak memiliki kerabat satu pun disana, begitupun ia juga sama sekali tidak mengenal seorang pun di kota itu.
"Haus.." Keluh Ara, sembari berjalan mencari toko ataupun minimarket disekitarnya.
Lelah dan letih, itu yang sedang Ara rasakan saat ini. Ia menuju ke minimarket membeli air minum untuk menghilangkan rasa dahaga nya yang melanda. Setelah membeli air minum dan sedikit camilan ia duduk di kursi didepan minimarket. Ara memainkan ponselnya, mencari informasi tempat tinggal yang dekat dengan kantornya dari ponselnya.
"Mbak, kalau boleh tanya mau kemana dan dari mana? kok bawa koper dan tas." Tanya seorang karyawan minimarket yang usianya sepertinya masih seumuran dengan Ara.
"Oh iya mbak, saya baru tiba ke kota dari tempat tinggalku didesa. Dan sekarang saya sedang kesulitan mencari tempat tinggal." Jawab Ara, dengan senyumnya mengembang dibibirnya.
"Oh, kebetulan sekali mbak. Diapartemen sebelah tempat tinggal saya ada yang kosong, kemarin pemiliknya baru pindah." Ujar Karyawan minimarket itu.
"Benarkah? Kalau boleh tau tempatnya dimana? Saya akan kesana sekarang." Tanya Ara.
"Saya antar saja Mbak, lagian sebentar lagi jam kerja saya hampir habis." Jawab Karyawan itu. "Btw perkenalkan mbak, namaku Sintya." Kata karyawan minimarket itu memperkenalkan dirinya seraya menguliahkan tangan kanannya.
"Oh, nama ku Deara panggil saja Ara." Jawab Ara seraya menerima uluran tangan dari Sintya.
20 menit kemudian Ara dan Sintya telah tiba diapartemen yang dikatakan Sintya tadi. Dan ternyata apartemennya lumayan masih dekat dengan kantor tempat Ara akan bekerja.
Ara memasuki apartemen tempat ia tinggal dan menuju kamar untuk membereskan dan merapikan beberapa barangnya kedalam lemari. Selesai merapikan barang, Ara menuju kedapur untuk memasak makanan. Untung ia membawa beberapa bahan makanan dari desa, jadi ia tidak begitu kesulitan.
Beberapa menit kemudian, makanan yang telah Ara buat sudah selesai. Ia menuju ke ruang makan dan menikmati makanannya.
Sungguh sangat berbeda menurut Ara, tidak seperti biasanya. Ara memandangi apartment yang ia tinggal, teringat saat ia masih didesa. Saat ia dirumah selalu ada Rena yang selalu menemani Ara. Beda dengan saat ini, ia sungguh sangat kesepian.
Hari ini, sungguh hari yang sangat melelahkan bagi Ara. Berjalan mengelilingi kota, bertanya kesana kemari untuk mencari tempat tinggal. Dan akhirnya telah ketemu juga.
Ara menuju kekamarnya, merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Hingga ia terlelap dalam tidurnya, karena ia sungguh sangat kelelahan.
***
Keesokan paginya Ara sudah siap dengan pakaian formalnya. kemeja warna putih, dan rok span pendek sampai lutut serta jas warna hitam. "Sempurna." Ucap Ara, memandangi dirinya dicermin dan tersenyum menatap penampilannya yang menurutnya sudah sangat bagus.
Ia mengambil tas yang telah ia siapkan dan diletakkan diatas tempat tidur, lalu ia berjalan keluar dari apartemen menuju kantor yang hanya ditempuh 5 menit dengan berjalan kaki.
'Trenyata suasana kota dipagi hari sangat ramai.' batin Ara. Memang iya, pagi hari dikota sangat ramai. Banyak sekali orang berlalu lalang untuk memulai aktivitas paginya.
Kini Ara sudah berada didepan kantor tempat ia akan bekerja, hari ini adalah hari ia interview kerja dan bertemu langsung dengan atasan dan pemilik perusahaan. Ara mendenguskan napasnya pelan, mencoba menetralisir rasa gugup yang melandanya.
"Oh astaga Ara, tenangkan dirimu. Jangan gugup Ara." Celetuk Ara pada dirinya, seraya memegangi dadanya untuk menenangkan rasa gugupnya dan merapikan pakaiannya.
Ara berjalan memasuki kantor perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di kota itu. Ia bahkan tidak pernah menyangka akan dipanggil untuk bekerja diperusahaan itu.
Hingga saat ini Ara sudah berada didepan pintu tempat diadakannya interview, Ara berdoa sejenak. Berdoa semoga ia diterima bekerja diperusahaan itu.
"Deara Pramitta, silahkan masuk." Panggil seseorang dari dalam ruangan.
Ara melangkah memasuki ruangan itu, tak lupa ia pancarkan senyum ramah diwajahnya.
"Silahkan duduk!" Perintah seorang pria, yang sepertinya adalah pemilik kantor ini.
"Oke Deara Pramitta. Sebelumnya perkenalkan saya Bryan Allan Martinez pemilik perusahaan ini. Tanpa basa basi, saya katakan, saya telah melihat berkas lamaran kerjamu dan perlengkapan lainnya serta saya sudah melihat nilai-nilai ipk kamu semasa kuliah. Menurut saya, bagus. Dan kamu layak untuk bekerja disini. Saya harap dalam masa pemagangan ini kamu tidak berbuat masalah apapun." Kata Pria itu.
Ara terkejut mendengar perkataan dari Bryan pemilik perusahaan itu. Bagaimana bisa seorang Deara Pramitta dengan IQ pas-pasan bisa diterima diperusahaan ini dengan semudah itu. Secara perusahaan itu sangatlah terkenal diseluruh kota bahkan di mancanegara dan tidak mudah bagi orang seperti Ara untuk bekerja, jika orang itu tidak berkuwalitas atau mungkin sedang beruntung.
Deamartie'z Beauty, sebuah perusahaan besar yang mengelola dibidang kecantikan, yang segala produk kecantikannya sangat terkenal di seluruh negara bahkan dimanca negara. Para staff perusahaanpun memiliki kuwalitas yang bagus. Perusahaan itu tidak pernah sembarangan merekrut orang untuk bekerja di perusahaan itu. Mereka selalu mengadakan perekrutan besar-besaran dan selalu diadakaan seleksi hingga menemukan calon pegawai yang menurut mereka sudah memenuhi standart.
Lain halnya dengan Deara Pramitta, ia kira ia tidak akan diterima diperusahaan itu. Ia bahkan sudah merencanakan suatu hal, jika ia tidak ditrima. Ia akan bekerja di restoran besar di kota itu. Syukurlah, jika aku diterima disini. Mungkin dewi keberuntungan sedang memihakku. Batin Ara.
Ara mengembangkan senyumnya setelah mendengar perkataan Bryan untuk menghormatinya, selaku pemilik perusahaan itu.
"Baik tuan, akan saya usahakan." Jawab Ara, seraya mengangguk kecil.
"Oke, kalau begitu sekarang kau boleh pulang. Dan besok kau bisa langsung bekerja."
"Iya tuan." Jawab Ara, lalu ia berdiri dari duduknya dan tersenyum permisi kearah Bryan.