Chereads / Meraih Cinta Sang Bintang / Chapter 6 - BAB 6 Sial!!

Chapter 6 - BAB 6 Sial!!

Deamartie'z Beauty, nama itu terpampang di gedung besar yang menjulang tinggi. Ara sedang berdiri didepan gedung perusahaan itu, ia tersenyum memandangnya. "Aku tak pernah menyangka bisa bekerja di perusahaan besar ini." Gumam Ara. Para karyawan dan staff kantor banyak yang berlalu lalang memasuki perusahaan. Suasana kantor dipagi hari memang sangatlah ramai.

Ara beralih memandangi orang yang berlalu lalang dan kendaraan yang memasuki perusahaan. "Memang benar, orang yang bekerja di perusahaan ini sangat pro semua, bahkan mereka sepertinya banyak yang dari keluarga kaya dan penampilan mereka sangat rapi dan keren-keren, berbeda sama aku." Gumam Ara lagi dengan senyum kecutnya. Lalu ia melanjutkan langkahnya, berjalan memasuki kantornya. Yah, seperti biasa, semua orang menatap Ara dengan pandangan yang sama. Namun Ara sudah sedikit bisa beradaptasi. Ia mengacuhkan segala pandangan aneh itu dan hinaan yang sedikit terdengar ditelinganya, walau mereka hanya berbisik-bisik.

Hingga sampai di lift, tanpa ia sengaja ia menabrak seseorang pria yang tengah berdiri menelepon seseorang. 'brukk', Ara terkejut. Ia sedikit melirik takut ke arah orang yang tanpa sengaja ia tabrak, "Ma...maaf tuan, saya tidak sengaja. Maaf saya salah, lain kali saya akan berhati-hati lagi." Kata Ara terbata-bata meminta maaf pada pria itu dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Sebelumnya, jika kamu ingin meminta maaf, seharusnya kamu tatap mata lawan bicara mu." Ujar pria itu dengan nada lembut.

Ara pun mengikuti perintah pria itu, ia menatap pria itu. Mata Ara sedikit melotot melihat bahwa yang ia tabrak adalah atasannya pemilik perusahaan itu. "Maaf tuan Bryan." Kata Ara.

"Iya, tidak apa-apa. Lain kali kamu hati-hati ya. Saya permisi dulu masih ada telepon." Jawab Bryan seraya memeperlihatkan ponselnya yang masih terpampang terdapat panggilan yang terhubung dengan orang lain.

Ara menundukkan badannya memberi rasa hormat dengan senyum tipisnya.

Kini Ara sudah berada diruangan kantornya, ia sedang duduk sembari membuka laptop perusahaan untuk membuka e-mail masuk. Memastikan apakah ada pekerjaan yang harus ia selesaikan untuk saat ini.

"Huffht...ternyata pekerjaan untuk hari ini lebih banyak dari kemarin." Gumam Ara.

Ara keluar dari aplikasi E-mail nya dan beralih membuka aplikasi Microsoft Word. "Oke Ara, sekarang saatnya bertempur." Gumam Ara lagi seraya sedikit menaikkan lengan bajunya.

"Halo mata empat, sepertinya hari ini kau sangat bersemangat?" Tanya Rose tiba-tiba, entah dari kapan ia sudah duduk disamping Ara dengan kedua tangannya menyilang diatas dada dan seringaiannya.

"Ya, seperti yang anda lihat." Jawab Ara dengan matanya dan jari-jarinya yang tetap fokus mengetik.

"Oke lanjutkan. Semoga hari ini kau tak ada masalah." Ujar Rose dengan smirknya.

"Semoga saja." Jawab Ara tetap fokus dengan pekerjaannya.

Dari ruangan sisi kanan tempat Ara datanglah seorang pria berjas milo dengan setelannya yang berwarna senada menghampiri keberadaan Ara. "Permisi nona Deara, bagaimana dengan jas saya yang kemarin?" Tanya pria itu yang tengah berdiri tegap dihadapan tempat Ara bekerja.

Sontak Ara sedikit terkejut, senyum nya berubah kecut kala ia mengingat bahwa ia lupa dangan suatu hal. "Ma.. Maaf tuan, saya lupa tidak membawanya. Sekali lagi saya minta maaf tuan." Jawab Ara gugup dengan terbata-bata. "Apa perlu saya ambil sekarang tuan? Lagian tempat tinggal saya tidak jauh dari kantor." Tanya Ara lagi.

Pria itu, Bryan. Ia tersenyum gemas melihat tingkah Ara yang sangat polos. "Tidak perlu Ara, saya hanya memastikan saja. Lagian jas saya yang seperti itu dirumah banyak." Jawab Bryan.

"Setelah pekerjaanmu selesai sekitar jam 1 siang, datanglah ke ruanganku! Ada yang ingin aku sampaikan padamu." Pinta Bryan dengan senyum tipisnya.

"Baik tuan." Jawab Ara dengan sedikit menundukkan badannya. Lalu Bryan melenggang pergi dari tempat Ara berada.

Sedangkan Rose yang sedari tadi melihat dan mendengar percakapan Ara dan Bryan hanya menatapnya dengan kesal. Dengan sedikit umpatan yang ia lontarkan dan hanya ia saja yang bisa mendengarnya.

Jam telah menunjukkan pukul 12.30 siang, dan setengah dari pekerjaan Ara telah terselesaikan. Ara menatap jam tangannya, ia teringat perintah Bryan yang memintanya untuk menuju keruangan Bryan.

"Mau kemana kau?" Tanya Rose yang melihat Ara tengah berdiri dari duduknya dengan membawa map berwarna biru.

"Saya mau ke ruangan tuan Bryan." Jawab Ara singkat.

"Tidak perlu. Aku saja yang akan membawa berkasnya kesana."

"Tidak mbak, tadi tuan Bryan sendiri yang meminta saya untuk mengantar berkas ini sendiri kepadanya. Lagian kata tuan, ada yang ingin ia sampaikan padaku." Jawab Ara lalu melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Bryan.

"Menyebalkan." Gerutu Rose kesal. "Tapi apa ya yang ingin di sampikan Bryan kepada Ara?" Tanya Rose penasaran. Rose beranjak berdiri dari duduknya, ia berjalan ke jendela yang terdapat di ruangan Bryan.

"Untung saja tadi aku sudah merencanakan sesuatu untuk si kampungan itu" Kata Rose dengan smirknya.

Setengah jam sebelumnya

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang waktunya istirahat atau makan siang bagi para penghuni kantor. Ara, ia enggan meninggalkan pekerjaannya, karena masih banyak yang akan ia kerjakan setelah menyelesaikan dokumen didalam map biru.

"Mata empat. Buatin aku kopi seperti biasa, sekarang!" Perintah Rose membuat fokus Ara seketika buyar.

"Tapi mbak, pekerjaan saya belum selesai." Celetuk Ara.

"Tidak ada tapi-tapian nona Deara. Sekarang juga kau buatkan aku kopi! aku haus." Perintah Rose lagi dan hanya dijawab anggukan oleh Ara.

"Eh, tunggu-tunggu. Kopinya yang dingin." Ujar Rose lagi. Ara hanya melirik sebentar ke arah Rose. Lalu Ara beranjak dari duduknya menuju ke pantry.

"Oke, mata empat kampungan. Sekarang waktunya aku mengerjakan tugasku." Ucap Rose. Ia mengambil map warna biru yang ada di meja Ara. Rose membuka berkas itu dengan hati² dan membuka lembaran demi lembaran. Lalu ia mengganti beberapa kertas yang berisi dokumen penting kantor dengan kertas yang telah ia siapkan tadi.

Map berwarma biru itu adalah dokumen penting yang akan di presentasikan saat rapat nanti, yang berisi tentang Beberapa perusahaan yang bekerja sama dan beberapa dokumen persentase saham Deamartie'z Beauty serta beberapa dokumen penting lainnya. Ara bahkan sangat kewalahan mengerjakan itu semua hanya dengan modal ringkasan di buku catatan kecil dengan menghabiskan waktu hampir lima jam.

"Hari ini kau akan mendapatkan masalah besar mata empat." Ucap Rose dengan seriangaiannya.

"Tinggal nunggu waktu rapat nanti." Ucap Rose lagi.

Ruangan Bryan

"Permisi tuan. Bolehkah saya masuk?" Tanya Ara sopan dibalik pintu ruangan Bryan.

"Masuklah!" Ara pun melangkahkan kakinya menuju ke meja kebesaran Bryan. "Silahkan duduk!" Perintah Bryan. Ara pun mendudukkan pantatnya dikursi yang ada didepan meja Bryan.

"Ini tuan berkasnya. Semuanya sudah saya selesaikan untuk keperluan rapat siang ini." Ujar Ara sembari menyerahkan map biru yang ada ditangannya dan diterima oleh Bryan.

"Sebelumnya tuan baca dulu!, siapa tau nanti ada kesalahan akan saya perbaiki." Pinta Ara dan dijawab dengan anggukan kecil oleh Bryan.

Bryan membuka lembaran pertama dokumen bermap biru itu, ia berniat hanya untuk sedikit melihat dan membaca sebentar. Sedangkan Ara sangat gugup, ia takut kalau ada kesalahan.

"Oke, sepertinya sudah bagus." Puji Bryan sembari menutup dokumen bermap biru itu. "Sekarang aku akan menyampaikan beberapa hal pada mu. Nanti kamu ikut ke ruang rapat untuk melihat Bagaimana suasana saat rapat nanti dan sedikit-sedikit kamu akan mulai mengerti hanya dengan melihat dan mendengarnya saja. Jangan lupa membawa buku catatan kecil. Serta satu lagi, besok malam kamu ikut aku ke pesta opening cabang store baru." Ujar Bryan jelas dan lugas.

"Tapi tuan, kenapa harus saya yang ikut. Bukannya yang Sebenarnya harus ikut itu nona Rosediana?" Tanya Ara dengan sedikit penolakan.

"Tidak nona Deara. Kamu juga harus ikut, Rosediana nanti juga akan hadir diacara itu. Besok malam aku akan memberikan kesempatan pertama padamu untuk mengikuti acara itu. Toh kamu pasti penasaran dengan acaranya dan itu adalah salah satu tugas penting kamu untuk membuat proposal nantinya dari awal sampai acara selesai. Jadi kamu harus membawa catatan kecil untuk mencatat hal-hal penting di acara besok malam." Jelas Bryan dan dijawab anggukan dan senyum tipis oleh Ara.

"Yasudah, sekarang kamu boleh pergi. 20 menit lagi rapat akan dimulai."

Meeting Room

Semua staff kantor yang ikut dalam bagian rapat beberapa sudah hadir di dalam ruangan meeting. Meeting kali ini dihadiri dari Direktur 5 perusahaan lain yang ikut serta merapatkan masalah kerja sama dan juga membahas perihal pembukaan cabang kantor market baru.

Ara yang sudah duduk tenang dibarisan ujung sedang menunggu semua orang yang ikut hadir dalam rapat itu. Ia memandangi disekelilingnya, melihat banyak orang yang sedang bercakap-cakap. Namun, ia hanya sendiri di keramaian itu, tak ada seorangpun yang ingin berbicara kepadanya. 'Huffht' Ara mendengus.

Tidak lama kemudian pemimpin perusahaan Bryan Allan Martinez telah datang. Seketika suasanan ruangan hening, tak ada satupun yang berbicara. Seperti biasa, Bryan selalu menatap semua peserta rapat dengan tatapan dinginnya. Tetapi, ia akan sedikit tersenyum dengan tamu undangan yang hadir.

Bryan berdiri di samping layar monitor untuk menjelaskan beberapa proyek kerja sama dan jumlah saham yang telah di perolah beberapa bulan terakhir ini.

"Sebelumnya, terimakasih semuanya sudah hadir di acara rapat penting ini. Terutama untuk para tamu undangan." Ucap Bryan memulia raat dengan pembukaan.

Sudah hampir setengah jam Bryan menjelaskan secara rinci dan mendetail. Ara menyimak dan sedikit mencatat hal-hal penting yang disampaikan didalam rapat.

"Untuk penjelasannya, cukup sampai sini saja. Jika ada yang mau ditanyakan silahkan angkat tangan dan tanyakan." Ucap Bryan.

"Permisi tuan Martinez, Bolehkah saya melihat berkas rincian saham dan kerjasama?" Tanya tuan Petter pemilik perusahaan di bidang furnitur dan pembangunan yang terkenal sangat sukses hingga saat ini.

Bryan menganggukkan kepalanya, seraya ia berjalan ke arah tuan Petter dan menyerahkan dokumen bermap biru itu. "Silahkan anda periksa tuan Petter!" Pinta Bryan. Lalu ia duduk di bangku kebesarannya.

Bryan menatap secara seksama ke arah tuan Petter, berharap ia setuju. Namun berbeda dengan yang diharapkan Bryan, mata tuan Petter melotot, ada aura kemarahan yang terpancar di wajahnya. "Apa-apaan ini? Apakah ini yang kau sebut kerja sama? Bagaimana bisa kami hanya mendapatkan keuntungan senilai 25%? Sedangkan kami sudah menyumbang banyak untuk proyek kerja sama ini." Ujar tuan Petter membuat terkejut peserta rapat seluruh ruangan. Begitu juga Bryan,  ia lebih terkejut lagi. "Maaf tuan, sebelumnya saya sudah menawarkan kepada anda dengan saham yang anda peroleh senilai 45%. Termasuk juga tuan Maura, tuan Abraham, tuan Grown dan tuan Bradley." Ujar Bryan meyakinkan.

"Silahkan anda lihat sendiri tuan Martinez, anda sendiri yang menulisnya dalam berkas ini!" Kata tuan Petter melempar kasar berkas bermap biru itu.

Bryan membuka dengan hati-hati memastikan apakah benar ada kesalahan tulis. Matanya sedikit melotot melihat lembaran yang ia buka. "Bagaimana bisa? Bukan hanya satu lembar saja yang salah, melainkan 10 lembar dan ini harus dirombak ulang." Ujar Bryan, Ara seketika gemetar mendengar perkataan Bryan,suhu badannya berubah panas dingin.

"Maaf sebelumnya tuan-tuan,saya sudah merancangnya dengan sedemikian rupa. Dan saya sudah yakin bahwa saya tidak salah dalam memberikan keuntungan untuk kalian yng ikut kerja sama." Ujar Bryan meyakinkan ke-5 direktur perusahaan yang ikut kerjasama.

Mata Bryan beralih ke arah ujung, dimana tempat Ara duduk. "Nona Deara Pramitta." Panggil Bryan, Ara menunduk ketakutan mendengar namanya dipanggil. "Bagaimana anda mengetiknya hingga banyak sekali kesalahan disini? Apakah anda tidak menelitinya kembali, haah?" Tanya Bryan dengan nada datar dan penuh kemarahan. "Maaf tuan, tadi saya sudah mengetiknya dengan benar dan saya sudah memeriksanya kembali." Celetuk Ara dengan nada gemetar.

"Saya tidak mau tau, sekarang juga anda perbaiki berkas ini sampai benar, saya beri waktu 10 menit mulai dari sekarang!!" Perintah Bryan.

"Ba..baik..tuan, akan saya kerjakan lagi." Jawab Ara, matanya berkaca-kaca. Ia berjalan ke arah Bryan mengambil berkasnya untuk ia perbaiki kembali.

Kini Ara sudah di ruang kerjanya, ia tertunduk menangis. Bagaimana bisa ia melakukan kesalahan sebesar ini, bahkan kesalahannya bisa membuat marah direkrut perusahaan lain yang ikut kerja sama.

"Bodoh kau Ara...bodoh hiks...hiks...hiks." Ara merutuki dirinya. Ia membuka kembali laptopnya untuk memperbaiki beberapa file yang salah.

"Tunggu-tunggu...Di laptopku file nya tidak ada yang salah sama sekali, malah semuanya benar dan sama dengan yang dituliskan di catatan kecil ini. Kenapa bisa di lembaran yang sudah aku print menjadi berbeda? Aneh sekali. " Gumam Ara.

"Sebaiknya nanti aku beritahukan ke tuan Bryan. Sepertinya ada yang sedang mengerjaiku." Gumam Ara lagi.

2 jam kemudian, Jam kantor telah usai. Saatnya para penghuni kantor untuk pulang dari kerjanya.

Ara, ia masih duduk di bangku tempat kerjanya. Mengerjakan setengah pekerjaan yang belum ia selesaikan. Sepertinya ia akan pulang sore.

"Permisi nona Deara, anda dipanggil tuan." Ujar staff kantor pria berjas hitam. Ara menganggukkan kepalanya dan menutup laptopnya. Lalu ia berjalan memasuki ruangan Bryan.

"Permisi tuan, apakah saya boleh masuk?" Tanya Ara dibalik pintu.

"Masuklah.!"Perintah Bryan.

Ara melangkah berjalan menuju kedepan tempat duduk Bryan.

"Apa ada yang perlu saya bantu tuan?" Tanya Ara.

"Begini nona Deara, saya harap ini adalah kali pertama dan terakhirnya kamu membuat kesalahan. Jika kamu mengulanginya lagi, saya dengan terpaksa akan memberhentikan kamu. Kenapa saya berkata begini? Karena masalah hari ini bukan hal sepele, ini mengenai integritas perusahaan dan nama baik perusahaan dalam menjalin kerjasama. Semoga kamu bisa mengerti." Ujar Bryan gamblang.

"Tapi tuan, saya sungguh-sungguh. Saya mengerjakannya dengan benar dan teliti, bahkan saya juga merasa aneh kenapa di laptop saya file nya benar tetapi ketika sudah saya print bisa berbeda." Jawab Ara dengan nada meyakinkan.

"Berbeda? Oh nona Deara. Bagaimana bisa berbeda, sudah jelas-jelas tadi banyak kesalahan. Dan katamu berbeda dari file di laptopmu? Aku rasa yang aneh itu kamu." Ucap Bryan

"Saya tidak berbohong tuan. Saya berkata jujur, mungkin saja ada yang mengerjai saya tuan." Kata Ara.

"Mengerjai kamu? Mana ada orang dikantor ini mau mengerjai mu, sedangkan ia juga tau kalau file itu penting untuk rapat hari ini. Dengar Deara Pramitta, orang-orang dikantorku ini berkualitas semua. Jadi tidak mungkin ada yang mau melakukan hal sepele itu. Dan satu lagi jika memang ada yang mengerjaimu, hal apa yang membuatnya iri padamu. Sedangkan kamu tau sendiri bagimana dirimu dan apa kelebihanmu." Ucap Bryan dengan nada meremehka. Perkataan Bryan kali ini memang sangat menyakitkan bagi Ara, sukses membuat mata Ara berkaca-kaca namun masih bisa ia tahan.

"Maaf tuan, saya tau kalau saya itu sebenarnya tidak pantas berada di kantor ini. Tapi setidaknya saya sudah berkata jujur apa adanya. Jika memang anda tidak percaya kepada saya, itu terserah kepada anda tuan. Saya permisi dulu." Jawab Ara dengan menahan tangisnya lalu ia melenggang pergi dari ruangan Bryan.

Ara berjalan menelusuri koridor, ia akan pergi ke taman belakang kantor yang sudah sepi. Ara duduk di salah satu bangku taman, ia menundukkan kepalanya dengan kedua tangannya meremas rambutnya.

"Kenapa aku tidak pernah beruntung sedikitpun ya tuhan hiks...hiks... . Kenapa hidupku selalu sial begini.???" Gerutu Ara mengeluh.

"Ayah ibu, aku merindukan kalian. Walaupun hidupku berantakan dan selalu sial seperti ini. Setidaknya, kalian masih hidup bersama ku. Bagaimana aku menjalani hidup ini tanpa kalian?" Gerutu Ara dengan tangisnya yang semakin menjadi-jadi.

Setelah 30 menit Ara menghabiskan waktunya untuk menangis sendirian ia memasuki kantornya kembali untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

"Tak apa Ara, mungkin awal kesuksesanmu memang harus begini. Bersedih dan menderita dulu." Ujar Ara meyakinkan dirinya, seraya ia merapikan posisi duduknya untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Kali ini jangan sampai ada sesikitpun kesalahan." Gumam Ara.

Ara memfokuskan dirinya untuk mengerjakan pekerjaannya. Ia tau pekerjaan yang harus ia selesaikan masih lumayan banyak, belum juga laporan hasil rapat tadi. Karena perkataan Bryan masih sangat membekas dihatinya. Ia menjadi tidak fokus dengan pekerjaannya. Jika ia mengingatnya, ia masih bisa menangis merasakan sakit atas perkataan Bryan. "Astaga Ara...Fokuslah, jangan kau pikirkan perkataan tuan Bryan." Gumam Ara lagi. "Sepertinya aku butuh kopi." Kata Ara, ia berdiri dari duduknya dan menuju ke pantry untuk membuat kopi agar ia bisa fokus dalam pekerjaannya.

Saat di pantry, Ara melamun lagi. Ia masih mengingat perkataan Bryan tadi. Sakit hati yang ia rasakan, entah kenapa rasa sakit itu melebihi ketika ia mengakhiri hubungannya dengan Alvano. Ara mengacak sedikit rambutnya "Arrkkhh...Tanangkan dirimu Ara." Gerutu Ara. Kopi yang telah Ara buat sudah jadi, ia membawanya ke ruangannya lalu mendudukkan pantatnya dan sedikit menyesap kopi buatannya.

***

Hari sudah mulai gelap. Suasana kantor sudah mulai sepi, tak banyak yang berlalu lalang walaupun masih ada yang bekerja lembur.

Ara, ia sudah hampir menyelesaikan pekerjaanya tinggal mengerjakan laporan hasil rapat tadi siang yang masih kurang perbaikan sedikit. "Akhirnya selesai juga. Untuk laporan akan aku perbaiki di rumah saja." Gumam Ara. Ia membereskan mejanya yang berantakan dan memasukkan beberapa barang penting kedalam tasnya. Ia melihat jam yang ada di tangannya "Jam setengah 6. Aku harus segera pulang. Badanku sudah mulai lelah dan mulai lapar." Gumam Ara.

Ara melanjutkan langkahnya keluar dari kantor. Seperti biasa ia hanya berjalan kaki untuk pulang ke apartemennya. Ara berjalan pelan menyisiri tepi jalan kota.

Ara melihat ke jalan zebra cross yang ia lewati biasanya. Sambil menunggu lampu berubah warna merah,  ia meraih ponsel di saku jasnya dan meraih headset di tasnya. Ia menancapkan headset ke telinganya, mendengarkan lagu kesuakaannya 'Princesses Don't Cry dari Aviva'. Ia sangat menyukai lagu itu karena dengan mendengarnya ia bisa sedikit bisa melupakan masalahnya yang membuat ia menangis.

Ara melirik sebentar ke ara depan, melihat orang yang sudah menyebrang. Tanpa Ara sadari, saat ia menyebrang ada mobil yang melintas. 'Bruugg' Ara tertabrak mobil itu, tubuh Ara ambruk. Tapi hanya sedikit goresan di telapak tangan siku dan lututnya yang tidak parah. Untung saja sopirnya langsung mengeram mendadak. Mungkin jika tidak, Ara sudah berlumuran darah.

Pemilik mobil itu keluar dari mobilnya, memastikan keadaan Ara. "Maaf nona, bagaimana keadaan anda? Apakah lukanya parah?" Tanya wanita yang kira-kira berusia setengah baya.

"Tidak nyonya. Tidak terlalu parah, hanya sedikit goresan saja." Jawab Ara.

Wanita paruh baya itu mengulurkan tangannya untuk membantu Ara berdiri, Arapun menerima uluran tangan dari wanita itu. "Terimakasih nyonya." Ucap Ara.

"Sepertinya luka kamu perlu dibawa ke rumah sakit. Bagaimana kalau saya antar kamu ke rumah sakit?" Tanya wanita setengah baya itu seraya menyentuh luka di telapak tangan Ara.

"Tidak perlu nyonya, lagian luka ini tidak terlalu parah kok."

Wanita paruh baya itu meraih domet di tasnya "Kalau begitu tololong terima uang ini sebagai ganti pengobatan luka kamu." Ucap wanita itu menjulurkan tangannya yang terdapat beberapa lembar uang.

"Maaf nyonya, tidak perlu. Di rumah saya masih ada beberapa obat-obatan untuk menyembuhkan luka saya." Tolak Ara dengan nada lembut.

Wanita itu mengembalikan uangnya kedalam tasnya. "Baiklah kalau begitu. Perkenalkan nama saya Diana Mauren, psnggil saja Diana." Ucap Wanuta paruh baya itu yang bernama Diana memperkenalkan dirinya seraya mengukurkan tangannya.

Ara membalas uluran tangan dari Diana dan tersenyum tipis. "Nama saya Deara Pramitta, panggil saja Ara. Senang berkenalan dengan anda nyonya Diana." Balas Ara.