Chereads / Meraih Cinta Sang Bintang / Chapter 10 - BAB 10 Time Traveler ke Masa Lalu 1

Chapter 10 - BAB 10 Time Traveler ke Masa Lalu 1

"Kita mau kemana?" Tanya Ara kepada Aludra yang tengah menyetir di bangku kemudinya.

"Nanti kau juga akan tau sendiri." Balas Aludra sedikit melirik Ara disampingnya.

"Kalau bisa pulangnya jangan terlalu sore. Nanti jam tujuh malam aku akan menghadiri pesta opening store."

"Aku tau." Balas Aludra singkat.

Kenapa pria ini menjadi dingin denganku, tadi pagi saja dia tidak sependiam gini, malah dia sangat cerewet dan konyol. Batin Ara.

"Sikapku tergantung bagaimana sikap orang lain kepadaku." Ucap Aludra tiba-tiba, Ara sedikit terkejut. bagaimana tidak. Perkataan Aludra sangat pas dengan apa yang dikatakan dalam hatinya.

"Maksudmu?" Tanya Ara bingung.

"Tak usah kau pikirkan." Balas Aludra.

"Aneh." Gumam Ara lirih.

Semoga, dengan ini. Ara bisa kembali mengingat semuanya. Batin Aludra.

Setelah percakapan singkat itu, tak ada suara sedikit pun di dalam mobil itu. Hanya ada suara gemuruh kendaraan yang berlalu lalang memecah geheningan. Ara bergelayut dengan pikirannya sendiri, begitupun juga Aludra yang masih fokus dengan menyetir.

"Sudah sampai. Turunlah!" Titah Aludra singkat memecah keheningan selama perjalanan.

Mereka pun turun dari mobil. Ara semakin dibuat bingung dengan pemandangan didepannya, yang menampilkan pemandangan hutan yang lebat dan sedikitpun tak ada tanda-tanda adanya pemukiman penduduk.

"Kenapa kau mengajakku kesini?" Tanya Ara.

"Ikuti aku. Jangan pernah kau lepaskan cekalan tanganku. Hutan ini sangat berbahaya." Balas Aludra.

Aludra pun melangkahkan kakinya memasuki hutan lebat itu dan diikuti Ara dibelakangnya.

"Tapi kenapa kau mengajakku kesini?" Tanya Ara lagi.

"Ssstt, diam!" Ara meremang mendengar desisan Aludra, ia membolakan matanya.

"Jangan banyak tanya." Lanjut Aludra lagi.

"Ehem." Balas Ara dengan menganggukkan kepalanya pelan.

Ara memandangi pemandangan hutan disekelilingnya. Pemandangannya yang sangat menakutkan dengan pohon yang menjulang tinggi dengan daunnya yang sangat lebat dan juga rerumputan yang lebat, membuat area disekitarnya terlihat gelap dan menakutkan.

Srekk srekk

Mata Ara menajam kala mendengar suara semak-semak yang membuatnya semakin takut. Langkah kakinya ia percepat menyamai langkah kaki Aludra.

"Menakutkan sekali." Gumam Arah lirih.

Kata Aludra aku tidak boleh bicara, tetapi aku semakin takut. Batinnya

Tanpa aba-aba tiba-tiba tubuh Ara terhuyung, Ara kira ia akan terjatuh. Ternyata tubuhnya diangkat oleh Aludra. Tubuh mungil Ara digendong Aludra dengan ala bridle style. Ara pun mulai memposisikan tubuhnya senyaman mungkin dengan kedua tangannya bertengger di leher Aludra.

"Jangan berisik sedikitpun. Aku akan melesat cepat dengan kekuatanku."Bisik Aludra tepat di telinga Ara. Ara mengangguk patuh. Bahunya terangkat karena perlakuan Aludra yang membuat sensasi geli diarea lehernya.

"Sebentar lagi kita akan sampai." Bisik Aludra lagi.

Aludra dan Ara memasuki sebuah gapura dengan anak tangga yang ditengahnya terdapat tiga buah lonceng, entah itu gapura apa Ara tidak tau. Wajahnya ia tenggelamkan diceruk leher Aludra agar ia tidak memandangi disekelilingnya yang terlihat menakutkan.

Setelah memasuki gapura itu, suasana sangat berbeda dari sebelumnya. Cahaya yang sangat terang mengusik Ara yang bersembunyi di ceruk leher Aludra. Matanya ia perjapkan dan sesuaikan cahayanya yang masuk ke mata.

Ara dibuat terkejut bukan main, didepannya bukan lagi hutan lebat yang gelap dan menakutkan. Melainkan sebuah taman kanak-kanak yang rami dengan anak kecil yang bermain.

Aneh sekali. Batin Ara.

Aludra menurunkan tubuh Ara ketanah. Ara pun menyesuaikan tubuhnya agar berdiri tegap.

"Kita dimana?" Tanya Ara kebingungan.

"Ikuti saja semua alurnya yang ada disini. Kamu hanya cukup diam dan melihatnya." Jawab Aludra dan Ara mengangguk patuh. Namun ia masih sangat bingung dengan apa yang ia lihat didepannya.

Mata Ara kembali tertuju menatap Aludra dengan segala kebingungannya. Pria aneh ini, selalu saja membuatku terkejut dan bingung. Batinnya.

"Kau jangan bingung, cukup berdiam saja dan lihat semuanya. Ah, satu lagi. Mereka tidak bisa melihat keberadaan kita." Ujar Aludra tiba-tiba.

"Lagi-lagi kau membuatku terkejut. Apa kau bisa membaca pikiranku?" Balas Ara bertanya.

Aludra menganggukkan kepalanya pelan. "Ehem." Gumamnya.

"Jadi kau benar bisa membaca pikiranku?"

"Benar Ara. Sudah, kau diam! Ini adalah awal dari semuanya. Kau cukup lihat saja." Ucap Aludra dan dijawab anggukan pelan oleh Ara.

Mereka berdua pun melihat pemandangan didepannya, yang terdapat banyak anak kecil bermain dengan asiknya. Jika dilihat umur mereka sekitar 6 tahun.

"Fokus dengan anak kecil perempuan yang tengah bermain di prosotan itu!" Titah Aludra membuyarkan Ara yang tengah melihat anak kecil yang bermain.

"Maksudmu anak kecil yang memakai baju merah muda itu dengan dua kuncitan?" Tanya Ara tanpa mengalihkan pandangannya dan dibalas anggukan pelan oleh Aludra.

Ara pun mengalihkan pandangannya menuju ke perempuan kecil berbaju merah muda yang asik bermain prosotan.

"Tunggu...tunggu. Wajahnya terlihat tidak asing bagiku." Gumam Ara.

"Itu adalah kamu sewaktu masih kecil." Balas Aludra.

"Maksudmu itu adalah aku? Dan sekarang kita berada di masa lalu ku, begitu?" Aludra mengangguk menjawab pertanyaan Ara.

Ara menghelakan nafasnya pelan, karena ia tidak tau apa maksud Aludra membawanya ke masa lalunya.

Fokus lagi ke perempuan kecil tadi. Ia tengah berbincang ria bersama ketiga teman perempuannya. Entah apa yang mereka bicarakan hingga membuat gelak tawa ria dari ketiga perempuan kecil itu.

"Ara, sini pulang!" Panggil seorang wanita dewasa yang kira-kira usianya sekitar 30 tahunan. Wanita itu mendekati perempuan kecil yang sedang ia panggil.

"Ibu. Aku masih ingin main bu." Rengek Ara kecil.

"Ara, besok kamu bisa main lagi. Hari sudah mulai sore nak. Lagian ibu ada kabar gembira buat kamu." Balas si ibu menghibur Ara kecil. Wanita itu menjongkokkan tubuhnya menyamakan tinggi tubuhnya seperti Ara kecil.

"Kabar baik? Kabar apa bu?" Tanya Ara kecil. dengan nada riangnya.

"Tapi kamu harus ikut ibu pulang ya. Ayok kita pulang!" Ajak si ibu menarik pelan tangan Ara dan melangkahkan kakinya.

"Ibu..ibu belum beri tau aku kabar baiknya." Rengek Ara kecil dengan menggoyang-goyangkan tangan ibunya.

"Iya ibu beri tau. Kakak kamu Iyan mengunjungi kita." Balas si ibu.

"Kak Iyan datang bu?" Tanya Ara kecil sedikit terkejut dengan guratan senyum bahagianya. Si ibu menganggukkan pelan kepalanya membalas pertanyaan anaknya.

"Yeay...Kak Iyan pulang....Kak Iyan pulang." Ujar Ara kecil melompat-lompat kecil.

"Eh..cukup jangan lompat-lompat. Nanti malam kamu ngompol lagi." Tutur si ibu seraya membelai puncak kepala Ara kecil.

Akhirnya mereka berdua pun sampai dirumany sederhananya.

Ara kecil berlari menghampiri kakaknya, dan si kakak melentangkan kedua tangannya bertujuan untuk memeluk adeknya.

"Kak Iyan. Aku kangen sama kak Iyan. " Ucap Ara kecil membalas pelukan kakaknya.

"Sama, kakak juga kangen sama kamu." Balas si kakak yang bernama Iyan.

"Kak, ayok main. Ara ingin main sama kakak." Ajak Ara kecil.

"Tunggu dulu adek. Mama sama papa kakak juga ingin ketemu sama kamu. Yok masuk dulu, nanti setelah Ara ketemu mereka kita main lagi." Tutur Iyan seraya mengangkat tubuh Ara kecil untuk digendongnya.

"Ternyata kamu berat juga ya dek." Goda Iyan.

"Ih kakak. Kan Ara suka makan, habis masakan ibu enak-enak." Balas Ara dengan nada lucunya.

Di ruang tamu terdapat 2 pasang wanita dan pria. Ibu dan Ayah Ara, dan satu nya lagi orang tua angkat Iyan.

"Eh Ara. Mama kangen lo sama kamu nak." Ujar si Mama.

Iyan mengalihkan gendongannya kepada Mama angkatnya.

"Iiih, kamu kok semakin cantik aja. Aku gemes sama kamu nak." Puji Si Mama angkat sembari mencubit kedua pipi Ara kecil yang memang terlihat chubby.

Ara meringis menunjukkan deretan giginya yang masih ompong dibagian samping kanan.

"Eh, kamu ompong ya?" Tanya si papa tiri.

Ara menganggukkan kepalanya pelan dan menyembunyikan wajahnya didada si mama tiri.

"Eh jangan malu. Nanti kalau udah waktunya tumbuh kan juga tumbuh sendiri." Tutur ibu Ara.

"Adek, bagaimana kalau kita main aja?" Kata Iyan menawari Ara kecil.

Wajah Ara kecil yang semulanya sedih berubah senang. Ia pun berlari menghampiri kakaknya dan berjalan keluar untuk bermain.

"Kak Iyan, cari burung disangkar yuk!" Rengek Ara kecil.

"Iya...iya ayok. Tapi dimana?" Tanya Iyan.

"Disana kak." Tangan Ara kecil menunjuk ke arah hutan yang ada disamping kanan rumah.

"Eh, jangan disitu dek. Itu hutan nanti kalau ada ular tau hewan buas gimana?"

"Iiih,.. Ayok dong kak." Rengek Ara kecil dengan menggoyangkan tangan Iyan. Lalu Ia berlari menuju hutan.

Iyan pun mengikuti langkah Ara menuju hutan.

Saat di hutan. Ara kecil mendengar suara tangisan seseorang. Ia celingukan mencari arah suara itu berasal.

"Kak Iyan, kakak denger nggak ada suara orang menangis?"

Iyan menggelengkan kepalanya pertanda kalau ia tidak mendengarnya.

"Iih kakak. Padahal ada suaranya loh jelas." Ucap Ara. Ia berlari lagi mencari sumber suara itu berada.

"Ara? Jangan kesitu. Itu arah jurang Ara!" Larang Iyan, ia berlari menghampiri Ara. "Kita balik aja yuk Ra. Kakak takut, kalau itu orang jahat atau bukan manusia." Lanjut Iyan.

"Kakak penakut." Ledek Ara sembari berjalan menuju ke arah sumber suara dan terdapat jurang didepannya.

"Itu jurang Ara. Kita balik aja ya, nanti kalau kita kenapa-kenapa gimana?" Larang Iyan lagi menarik tangan Ara pelan.

Ara melepas kasar tangannya dari cekalan Iyan. "Aku nggak mau pulang sebelum aku tau yang nangis tadi siapa." Tolak Ara kecil. Ia memajukan langkahnya menuju kearah jurang itu, untuk memastikan apakah ada orang di sana.

"Kakak, sini!" Titah Ara kecil dengan melambaikan tangannya kepada Iyan.

Iyan pun berjalan menghampiri tempat Ara berdiri.

"Itu!!" Tangan Ara menunjuk ke arah jurang yang ternyata disana ada anak laki-laki yang bergelayutan di akar, menahan tubuhnya agar tidak jatuh lebih dalam.

"Kasian dia. Kita tolong aja ya kak."

Iyan mengangguk pelan. "Tapi gimana nolongnya Ara. Kita masih kecil dan kakak takut, masak iya kakak turun kesana?" Tanya Iyan.

"Ya tidak kak. Kakak jangan turun, Ara nggak mau tau pokoknya kakak harus tolongin dia." Ucap Ara dengan kesal.

"Iya kakak akan cari cara." Iyan pun mondar mandir mencari cara, bagaimana ia bisa menolong anak itu.

"Aha? Kita tarik aja akar ini Ara sampai anak itu bisa naik ke atas."

"Iya kak ayok."

"Hei, kamu yang dibawah. Pegang talinya ya. Jangan sampai lepas." Teriak Ara.

Anak laki-laki itu pun menjawab Ara. "Ii...iya."

"Dalam hitungan ketiga kita tarik ya. 1 2 3. Tariiikkkkk!" Titah Iyan.

Ara dan Iyan pun menarik akar itu hingga akhirnya, anak laki-laki itu naik ke atas dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Wajahnya terdapat goresan luka, lengan bajunya sobek, kakinya yang berjalan pincang dan kedua telapak tangannya terdapat luka.

"Kamu nggak papa kan?" Tanya Ara kepada anak laki-laki itu.

"Tidak. Terimakasih ya sudah nolongin aku." Ucap anak kecil itu berterimakasih.

"sama-sama." Balas Ara kecil dan Iyan bersamaan.

"Kenalkan namaku Pangeran Bintang Aludra." Kata anak laki-laki itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan kanannya.

"Kok panjang sekali nama kamu, nama panggilan aja?" Tanya Ara kecil.

"Panggilan itu apa?" Tanya Anak laki-laki kembali.

"Nama kecil kamu." Sahut Iyan.

Anak kecil itu menggeleng-gelangkan kepalanya.

"Aludra ya?" Timpal Ara kecil bertanya dan di jawab anggukan ragu oleh anak laki-laki itu. "Perkenalkan, nama ku Ara." Ucap Ara kecil lagi.

"Kamu kenapa bisa sampai begini? Di mana rumahmu?" Tanya Iyan.

"Aku tadi bermain-main di istana tapi saat aku menjeburkan ke sungai aku malah jatuh kesini." Jawab Aludra.

Ara kecil dan Iyan melongo mendengar jawaban dari Aludra yanh tidak ia mengerti maksudnya.

"Istana? Istana apa maksudmu?" Timpal Ara bertanya.

"Iya rumah ku di istana, di bintang." Balas Aludra.

Ara kecil semakin tidak mengerti maksud dari Aludra. Menurutnya perkataan Aludra hanya ada di buku dongeng yang biasanya ibu nya bacakan untuk dia.

"Lalu orang tua mu diaman?" Tanya Iyan lagi.

"Mereka di istana. Tidak ada yang tau kalau aku bermain di sungai. Mungkin sekarang mereka mencariku." Jawabnya.

Ara kecil melirik kearah Iyan, mereka berdua mengangkat kedua bahunya.

"Ya udah kalau gitu. Ikut kami aja, nanti luka kamu diobatin sama ibu aku." Tawar Ara kecil.

Ara kecil dan Iyan memapah Aludra untuk berjalan. Sampai akhirnya mereka tiba didepan rumah.

"Ayah Ibu, Mama Papa." Panggil Iyan.

Yang dipanggil pun akhirnya keluar rumah.

"Siapa anak ini? Kenapa dia?" Tanya ibu.

"Tadi Ara sama kak Iyan main di hutan, tapi Ara dengar ada suara nangis ya Ara cari. Saat ketemu Ara lihat dia sudah didalam jurang." Jawab Ara kecil.

"Terus yang menolong dia kalian?" Tanya Papa angkat Iyan.

"Iya." Jawab Ara kecil.

Ayah Ara menghampiri Aludra dan membopong tubuhnya, membawanya masuk kedalam rumah.

ΔΔΔ