Cahaya silau tiba-tiba muncul tepat didepan Ara dan Aludra yang masih fokus menyaksikan adegan didepannya.
"Kenapa ini?" Tanya Ara sembari menutupi matanya dari cahaya yang silau.
Begitupun Aludra, ia menutupi matanya dari cahaya silau itu. "Sepertinya akan ganti adegan." Jawab Aludra.
"Maksudmu?" Tanya Ara.
"Kau lihat saja sendiri."Balas Aludra.
Hingga akhirnya, cahaya itu menghilang dan menampilkan gedung Sekolah Menengah Pertama. Disana terdapat seorang wanita dan pria yang tengah duduk di sebuah taman sekolah.
"Itu seperti kamu?" Tanya Ara lagi.
Aludra pun mengganggukkan kepalanya pelan menandakan iya.
"Ra. Kamu setelah lulus mau kemana?" Tanya seorang pria yang duduk disamping seorang wanita. Mereka berpakaian sragam khas SMP.
"Ya lanjut Sekolah Menengah Atas lah Aludra." Jawab Ara.
"Bukan. Maksudku, kamu ingin sekolah dimana?" Tanya Aludra lagi.
"Belum tau aku Al." Jawab Ara sembari memandang ke arah air mancur yang ada tepat didepannya.
"Bagaimana kalau ikut aku ke istana saja. Kita sekolah disana." Kata Aludra sukses membuat Ara terkejut.
"Tidak Al. Aku tidak mau, aku ingin disini saja bersama ayah dan ibuku dan juga kak Iyan." Tolak Ara.
Raut wajah Aludra berubah masam, tangan kanannya memegang tangan kiri Ara. "Aku mohon Ra. Sebentar lagi waktu aku di bumi akan habis, aku sudah terjebak lama disini. Dan aku akan menjalani hukuman disana selama 1.825 hari sama dengan 5 tahun. Dan aku tidak mau jauh-jauh dari kamu." Ujar Aludra dengan nada sedih dan kecewa.
Mendengar perkataan Aludra, Ara memalingkan pandangannya kepada Aludra. Matanya mulai memerah dan panas.
"Apa katamu? Kamu akan kembali ke bintang?" Tanya Ara tidak percaya.
Aludra menganggukkan kepalanya pelan. "Iya Ara, tetapi aku tidak tau kapan itu. Yang pasti setelah pesta kelulusan aku sudah harus kembali disana. Menjalani hukuman dan melanjutkan pendidikan diistana." Jawab Aludra.
Sontak Ara langsung memeluk tubuh Aludra. Ia tidak ingin berpisah dengan Aludra, hari-harinya selama 9 tahun ini selalu berwarna dan ia lalui bersama dengan Aludra. Dan sebagai anak remaja yang sedang mengalami jatuh cinta, ia pun tidak yakin mampu menjalankan hari-harinya tanpa Aludra.
"Kamu ikut aku ya Ra." Ucap Aludra membalas pelukan Ara.
Ara menangis dalam pelukan Aludra. "Hiks...hiks. Aku mohon jangan pergi Al hiks...hiks... Bagaimana hari-hari ku tanpa kamu. Dan jika aku ikut kamu, ayah dan ibu pasti tidak membolehkan aku." Balas Ara dengan menangis sesenggukan.
Aludra mengelus rambut belakang Ara pelan. "Kalau begitu, terpaksa kita harus berpisah selama 5 tahun. Setelah 5 tahun berlalu, aku janji akan kembali kesini lagi."
Tangisan Ara semakin histeris setelah mendengar perkataan Aludra. Ia menggelengkan kepalanya secara kasar.
"Tidak....tidak." Teriak Ara seraya melepas pelukannya dari Aludra.
Siswa atau siswi lain yang sedang berlalu lalang pun menatap kearah Ara dan Aludra berada. Salah satu dari mereka ada yang menghampirinya.
"Kau apakan Ara?" Tanya seorang gadis mendekat keAra dan mengelus bahu Ara.
"Dia akan pergi Sa. Pergi meninggalkan aku." Jawab Ara masih menangis.
"Benar yang dikatakan Ara?" Tanya gadis itu.
Aludra mengangguk pelan. "Tapi aku memang harus pulang Salsa. Orang tua ku sudah menyuruhku pulang." Dusta Aludra.
Gadis yang bernama Salsa itupun mengangguk mengerti. "Kamu harus tenang Ra. Aludra harus pulang, orang tuanya pasti sudah menunggunya. Lagian pasti Aludra akan kembali menemui mu lagi." Tutur Salsa seraya memeluk Ara.
Ara hanya menangis tanpa menjawab penuturan dari Salsa.
5 hari kemudian, malam hari di atap rumah.
"Al, kamu yakin mau ninggalin aku?" Tanya Ara dengan nada sedihnya.
"Maafkan aku Ra. Aku janji akan kembali lagi setelah menjalankan hukuman. Dan sebagai gantinya, aku akan memberikan ini kepadamu." Jawab Aludra seraya menunjukkan kalung dengan liontin bintang berwarna biru keunguan kepada Ara.
"Kalung itu." Ucap Ara seraya memegang dan melihat kalung di lehernya.
"Iya, kalung itu dulu adalah kalung pengikat kita untuk pertama kalinya dan sekarang sudah kembali lagi kepadamu." Jawab Aludra.
"Itu untukku?" Tanya Ara, matanya kembali berbinar melihat kalung yang ada ditangan Aludra.
Aludra mengangguk pelan, "Ehem. Ini untukmu Ara sayang." Jawabnya.
Aludra pun memakaikan kalungnya kepada Ara. "Menurut mu gimana? Bagus nggak?" Tanya Aludra.
"Bagus sekali Al." Jawab Ara sembari memegangi kalung yang sudah bertengger dilehernya.
"Kamu bisa gunakan ini saat ingin menghubungi aku. Panggil saja namaku, nanti aku akan menyahut panggilan mu dan kita bisa mengobrol." Ujar Aludra.
"Iya Al, terimakasih. Kamu harus hati-hati disana, jaga tubuh kamu. Dan yang penting lagi, jangan sampai tergoda dengan wanita lain disana." Tutur Ara seraya memegang lengan Aludra.
"Iya...iya. Terimakasih untuk hari-hari kita yang penuh warna. Aku akan selalu mengingat mu dalam hatiku. Kamu juga sebaliknya, jaga kesehatan kamu, jangan sakit-sakitan lagi, dan paling penting. Jangan sampai tergoda laki-laki lain." Ara mengangguk membalas tuturan Aludra.
"Ya sudah, aku pamit dulu ya. Sebentar lagi, aku akan menghilang." Pamit Aludra.
Ara pun langsung memeluk tubuh Aludra, sebelum tubunya menghilang dari hadapannya.
"Aludra." Panggil seorang pria.
"Kak Iyan." Balas Aludra dan melepas pelukannya dari Ara.
"Kau benar mau pergi?" Tanya pria itu yang bernama Iyan.
"Iya kak, aku terpaksa harus pulang ke bintang dan menjalani hukumanku." Jawab Aludra.
"Tapi kau akan kembali kan?" Tanyanya lagi dan dibalas anggukan oleh Aludra. "Aku tak tau harus bagaimana setelah kau meninggalkan Ara. Dia sangat menyayangimu Al." Lanjutnya lagi.
"Aku tau kak. Tapi aku janji setelah 5 tahun berlalu, aku akan ke bumi lagi." Iyan mengangguk mengerti membalas perkataan Ara.
Tidak lama kemudian tubuh Aludra mulai menjadi bayangan dan akhirnya menghilang.
"Aludra kak, hiks...hiks...hiks."
"Iya Ra, kamu harus tenang, jangan bersedih. Dia kan sudah janji akan kembali setelah hukumannya selesai." Tutur Iyan menenangkan Ara seraya langsung memeluk tubuh Ara.
Cahaya silau kembali muncul. Ara dan Aludra menutupi matanya dari cahaya silau itu.
Namun kali ini yang muncul berbeda, terdapat sebuah pintu masuk. Entah pintu menuju kemana mereka berdua tidak tau.
"Aku ingin ta...?" Ucap Ara terhenti.
"Jangan tanya dulu untuk saat ini. Kau hanya cukup melihatnya saja, sampai kau mengingatnya." Balas Aludra dengan nada datar.
"Mengingat?" Tanya Ara lagi, ia semakin bingung dengan perkataan Aludra.
"Kau hilang ingatan Ara. Kau melupakan aku." Balas Aludra dengan nada kecewa.
"Mmma...maksud..."
"Ssstt diam. Fokuslah kedepan lagi! Setelah ini, kau bebas tanyakan apapun kepada ku." Tutur Aludra.
"Ikuti aku!" Titah Aludra. Ara pun mengikuti langkah Aludra yang mulai membuka pintu didepannya.
Muncul cahaya terang yang menyilaukan setelah membuka pintu itu.
Mereka berdua terus berjalan hingga menemukan sebuah ruangan. Ruangan gelap yang terdapat seorang gadis yang sedang meringkuk disamping tempat tidurnya.
"Aludra. Aku merindukanmu, 5 tahun sudah berlalu, bahkan 7 tahun sudah berlalu. Namun rasaku kepadamu tetap sama Al. Aku rindu. Setiap hari aku selalu menatap bintang, berharap kamu akan kembali lagi kepadaku. Tapi apa, sekian lama aku menunggu kau tak kunjung datang. Hingga membuatku mulai lelah. Hiks...hiks..."
"Kenapa dua tahun ini saat aku menghubingi mu, kamu tak menjawab. Apa kamu sengaja menghindariku? Karena kamu sudah ada yang lain disana. Aku tau pasti kamu mendengarkan aku Al, aku tau. Hiks...hiks." Ucap gadis itu, kalimat terakhirnya ia katakan dengan berteriak.
"Besok aku sudah lulus menyandang gelar sarjana. Aku kira di tahun-tahun ini kita sudah bertemu, tapi apa? Kau semakin menyiksaku. Menyangga rindu yang entah tak tentu kapan ujungnya dan akhirnya. Dan maaf, aku mengkhianatimu disini. Ada seorang pria yang menyatakan cintanya padaku satu setengah tahun yang lalu, aku pun menerima cintanya. Aku kira dengan menerima cinta laki-laki lain aku bisa melupakanmu, tapi apa? Rasa ini selalu menyiksaku. Aku memang mulai menyukai laki-laki itu, tapi rasaku juga semakin bertambah besar terhadapmu." Ujar gadis itu. Kedua tangannya memegang kepalanya dan mengacak rambutnya frustasi.
"Selama ini, setelah kepergianmu kembali ke bintang. Hanya kak Iyan yang selalu menghiburku. Melakukan segala caranya agar aku tetap tersenyum bahagian dan tidak menangis lagi. Namun semenjak kak Iyan pergi ke kota, melanjutkan pekerjaan orang tua angkatnya, aku kembali kesepian." Ucap gadis itu terhenti, ia mulai mengatur nafasnya karena berbicara dan menangis tanpa henti.
Gadis itu menghelakan nafasnya secara kasar dan mengusap air matanya yang dari tadi keluar dengan derasnya. "Okey, jika ini memang kemauan kamu Al. Aku akan melupakanmu, melupakan segala kenangan indah kita dimasa lalu. Hanya kau yang ingin ku lupakan. Kau yang menyiksa ku dengan perasaanku ini." Kata gadis itu, air mata yang ia usap tadi sia-sia. Air matanya membendung tak tahan ingin keluar, dan akhirnya kembali membanjiri pipi gadis itu.
"Kau harus merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Rasa yang selalu menyiksa ku selama 7 tahun ini. Dan aku tidak tau harus berbuat apa. Sekarang aku hanya berdoa, semoga aku bisa melupakanmu, agar kau juga merasakan bagaimana tersiksanya diriku menahan rasa ini." Lanjut gadis itu.
Penampilannya sudah semakin acak-acakan, matanya sembab, tubuhnya yang semakin kurus, karena setiap hari menangis tanpa henti.
Ruangan tempat Ara dan Aludra berdiri berubah menjadi sebuah hutan lebat, namun pemandangannya sangat indah. Di sekelilingnya terdapat bunga-bunga yang tertanam cantik dan juga banyak kupu-kupu berterbangan.
"Tempat apa ini?" Tanya Ara, sembari memandangi pemandangan disekelilingnya.
"Entah, aku juga tidak tau." Jawab Aludra.
Dari langit muncullah cahaya berwarna biru keunguan dan saat turun ke bumi cahaya itu berubah menjadi putih, dan muncullah 6 orang manusia. Entah mereka siapa Ara juga tidak tau.
"Kalain." Gumam Aludra. Ara pun mengalihkan pandangannya ke Aludra, ia mengerutkan keningnya bingung. "Kau mengenal mereka?" Tanya Ara.
Aludra mengangguk pelan, "Mereka kakak-kakak dan adekku."
"Hai, Aludra. Apakah ini calonmu itu yang dulu pernah menolongmu?" Tanya kakak perempuan Aludra.
"Iya. Namanya Ara." Jawab Aludra.
"Hai Ara. Perkenalkan, aku calon kakak iparmu. Nama ku Adhara saudara kembarnya Aludra." Kata Adhara memperkenalkan dirinya.
"Hai kak."
"Jangan panggil kak, panggil saja Adhara. Lagian aku seumuran dengan Aludra, hanya beda 5 menit." Balas Adhara dengan kekehan kecilnya.
"Kalian ber-lima juga harus kenalan dong kepada calon saudara ipar kita." Titah Adhara. Dan akhirnya mereka pun memperkenalkan diri mereka masing-masing.
Anak pertana bernama Muliphen dengan nama panggilan Phen, anak kedua bernama Sirius dengan nama panggilan Rius, anak ketiga bernama Murzim dengan nama panggilan Zim, anak keempat bernama Wezen dengan nama panggilan Zen, anak kelima dan keenam Adhara dan Aludra mereka berdua kembar, serta anak terakhir bernama Furud.
"Senang bisa berkenalan dengan kalian semua." Balas Ara.
Mereka berenam mengangguk serentak.
"Kami pamit dulu. Tujuan kami disini hanya ingin berkenalan denganmu, semoga kamu lekas sembuh." Ucap Phen kakak pertama Aludra.
Ara mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti maksud dari perkataan Phen kakak Aludra itu.
"Maksud...." Ucap Ara terhenti karena ia tau orang yang akan ia tanyai sudah pergi menghilang entah kemana.
"Al." Panggil Aludra.
"Hem." Balas Aludra bergumam.
"Apa maksud dari kata kakakmu tadi? Sembuh. Emang aku sedang sakit?" Tanya Ara.
"Maksudnya, sembuh amnesia kamu." Jawab Ara.
"Apa? Amnesia?" Tanya Ara lebih bingung mendengar jawaban Aludra.
"Iya, setelah kau kecelakaan 1 tahun yang lalu. Kau mengalami amnesia ringan, dan hanya sebagian ingatanmu yang hilang dan itu ingatanku tentang ku." Balas Aludra dengan nada dinginnya.
Tiba-tiba tubuh Ara di angkat oleh aludra dengan ala bridle style.
"Diam! Kita akan kembali dan pulang." Ujar Aludra singkat. Dan ia pun melesat pergi meninggalkan tempatnya tadi.
Dengan hitungan detik mereka pun sampai didepan mobil Aludra yang terparkir didepan jalan masuk hutan.
"Masuklah!, setelah ini aku akan mengantarmu pulang." Titah Aludra.
ΔΔΔ