Chereads / Cinta dan Pengorbanan / Chapter 23 - Chapter 23 Kesal

Chapter 23 - Chapter 23 Kesal

Sambil menggerutu, ia kemudian berjalan menuju kamarnya lagi, kemudian membanting pintu dengan kerasnya, seolah-olah benar-benar ia membenci cucunya itu. Tapi beberapa saat kemudian ia muncul lagi, memandangi putrinya yang sedang mendinginkan susu.

"Hei, siapa laki-laki yang setiap hari mengantarkan makanan untuk mu itu?" tanyanya.

"Teman." sahut Zhou Cheng Cheng sambil mengoyang-goyangkan botol susu, agar lebih dingin.

"Aku tahu itu teman!" bentak ayahnya dengan suara keras. Tapi ia segera mengetahui kekeliruannya waktu bayi dalam pelukan putrinya bergerak begitu terkejut. Dengan suara rendah ia bertanya, "Apakah… dia ayah anak ini?"

"Bukan!" bantah Zhou Cheng Cheng.

"Apakah ia akan menikahi mu?" tanya ayahnya.

Tapi sayang Zhou Cheng Cheng sudah malas malayani ayahnya yang terasa begitu nyinyir itu. Sambil menggendong anaknya, ia mengoyang-goyangkan botol susu dan masuk ke dalam kamarnya. Tapi ayahnya yang sudah tidak begitu banyak minum arak setelah adanya cucu di rumahnya, tampak bersemangat mengejar di belakang putrinya dan bertanya pula, "Kalau bukan ayah anak ini, mengapa setiap hari ia selalu mengantarkan makanan untuk mu? Apakah maksudnya baik terhadap diri mu?"

"Apa susahnya, juga apakah mungkin ada orang yang berbaik hati pada kita, lalu kita menolaknya?" tanya Zhou Cheng Cheng kesal.

Segera saja Zhou Cheng Cheng menutup pintunya di depan hidung ayahnya, membuat ayahnya terpaksa menutup mulut.

Bayi yang usianya belum mencapai satu bulan ini Nampak lucu sekali, bila mencium adanya bau susu. Di dalam pelukan sang ibu, ia menggerakkan mulutnya yang kecil itu. Sambil memberi minum putrinya, Zhou Cheng Cheng meneliti wajah bayi mungil ini, berusaha menemukan ciri-ciri wajah Zhang Han. Tapi ia merasa segala sesuatu pada diri bayi ini persis serupa dengan dirinya. Mata… hidung… bibir… tidak ada bagian yang membuat Zhou Cheng Cheng teringat akan bayangan laki-laki itu. Ia begitu senang mendekati putrinya, sehingga mampu duduk sampai siang hari, memandangi makhluk kecil itu dalam pelukannya. Tapi di tengah-tengah bayi dan ibu terkilas seorang pria bertubuh besar, tinggi, dan tampan. Bayangan itu adalah milik Henry Lee.

****

Waktu Hu Bi Qing masuk ke kamar, Zhang Han segera menghampri meha penerimaan tamu, dan bertanya, "Saya ingin bertanya tentang nyonya Zhou… biasanya hari apa ia datang memeriksakan kandungannya?"

Yang di tanya sama sekali tidak mengangkat kepalanya maupun menjawab. Ia hanya menunjukkan ke meja pendaftaran, seolah-oleh menyuruh Zhang Han bertanya ke meja itu. Dan Zhang Han pun berjalan ke meja seberang, mengajukan pertanyaan yang sama. Tentu saja gadis ini yang di bagian pendaftatran menjadi heran. Ia memandangi lelaki ini, dan bertanya, "Bagaimana kami dapat mengetahui? Bagaimana kami dapat mengetahui kapan pasien datang? Sakit apa?"

"Bagian pemeriksaan kandungan!" jawab Zhang Han tegas.

"Lebeih baik tuan tanyakan saja ke bagian kandungan… di dalam sana!" Ia menunjuk ke ruang pemeriksa, tempat Hu Bi Qing berada.

Tentu saja Zhang Han tidak mungkin amsuk dan mengajukan pertanyaan itu di depan hidung istrinya. Ia melirik jam, sebentar lagi Hu Bi Qing pasti keluar. Kebetulan seorang suster baru saja keluar dari ruang pemeriksaan maka Zhang han sengaja tersenyum ramah dan bertanya, "Permisi…!"

"Ada apa?" tanya suster itu sambil melambatkan langkahnya.

"Ada seorang nyonya yang bernam Zhou Cheng Cheng. Mungkin sekarang kandungannya sudah memasuki bulan ke sembilan…. tubuhnya tidak begitu tinggi, kurus kecil… saya ingin tahu, biasanya dia datang hari apa ya?"

"Siapa namanya?" tanya suster ini.

"Zhou Cheng Cheng… nyonya Zhou… tubuhnya…" ia tidak mungkin meneruskan kalimatnya, karena Hu Bi Qing tahu-tahu sudah berada di sampingnya…

Entah sejak kapan istrinya berdiri di situ, dengan perut yang mulai membesar kelihatannya lucu sekali. Dari sikap istrinya, ia tahu, Hu Bi Qing telah mendengar percakapan dirinya dengan suster tadi. Tentunya Hu Bi Qing juga telah mendengar tadi Zhang Han telah mengatakan nama Zhou Cheng Cheng. Dengan gugup Zhang Han pun melambaikan tangannya pada suster tadi yang tampak keheranan, melirik istrinya, kemudian berjalan menuju luar di mana mobilnya berada. Hu Bi Qing turun naik ke dalam mobilnya. Wanita ini memandang wajah suaminya dengan penuh rasa curiga.

"Untuk apa kau menyelidiki pemeriksaan kandungan wanita lain itu?" akhirnya Hu Bi Qing tidak mampu menahan dirinya, dan bertanya.

Zhang han sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan istrinya. Ia pura-pura sibuk memundurkan mobilnya. Tentu saja Hu Bi Qing semakin kesal. Ia pun berkata pula dengan wajah geram, "Sebenarnya apa yang kau lakukan tadi sih?!"

"Apakah kau tidak dapat menutup mulu mu sebentar?" bentak Zhang Han. Ia malarikan mobilnya meninggalkan pelataran parkir rumah sakit itu. Mobil di larikan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ia lupa kalau saat ini ada istrinya yang sedang hamil tua.

Beberapa menit kemudian telah tiba di depan rumah mereka. Dengan gesit ia membuka pintu dan melompat keluar. Sedangkan Hu Bi Qing tetap mematung dan diam, tidak mau turun sama sekali. Melihat hal itu Zhang Han pun tidak mampu lagi menahan emosinya, dan ia pun berteriak dengan keras dengan nada membentak kesal, "Lalu kau mau apa? Aku mau masuk kerja… tidak ada waktu untuk bertengkar dulu tahu?"

"Aku ingin kau menerangkan dengan jelas!" kata Hu Bi Qing yang sejak tadi menjadi istri Zhang han, sifatnya manja dan pemarah banyak mengalami perubahan. Kini ia dapat lebih bersabar dalam menghadapi suaminya.

Tapi perubahan Zhang Han di rumah sakit tadi benar-benar membuatnya marah. Zhang Han berjalan meinggalkan Hu Bi Qing. Ia tidak ingin dan tidak bersemangat berbicara lebih jauh dengan Hu Bi Qing. Ia hanya memikirkan Zhou Cheng Cheng. Cheng Cheng-nya yang malang, yang tengah mengandung anaknya. Betapa ia aingin bertemu lagi dengan wanita itu. Wanita yang bertubuh kecil, tapi mempunyai kemampuan yang sangat besar yang bisa memuat dirinya mabuk kepayang. Ia merasa Zhou Cheng Cheng telah mengukir jiwanya, membuat ia tak bisa melupakan wanita itu seumur hidupnya.

"Zhang Hen Ge Ge!" pekik suara dari arah belakang.

Zhang han berpaling melihat istrinya tengah melangkahkan kakinya. Ia tidak mendengar suara derit mobil di larikan secepat kilat. Ia juga tidak mendengar adanya bunyi mobil yang di tabrakkan. Memang benar, Hu Bi Qing begitu kaget mendengar semua penjelasan suaminya sehingga ia tidak bertenaga untuk menghidupkan mesin mobilnya. Ia tidak mempunyai gairah untuk menabrakkan dirinya, malah terlalu kaget untuk sekedar berpikir normal. Sedangkan Zhang Han berjalan terus, sama sekali tidak memikirkan keselamatan istrinya. Tapi ia sendiri merasa heran, bukankah Hu Bi Qing sekarang istrinya? Bukankah wanita ini juga sedang mengandung anaknya? Tapi mengapa Zhang Han mampu membiarkan Hu Bi Qing sendirian?

***

To Be Continue…