Zhou Cheng Cheng mengangguk, ia percaya pada ucapan lelaki ini. Meskipun wajahnya tetap tenang, tapi hatinya serasa bagaikan di iris-iris, begitu nyeri. Di hadapannya ada seorang lelaki yang di cintainya, yang menjadi ayah dari anaknya. Kemudian ia berkata, "Percayalah! Aku akan membesarkannya dengan sepenuh hati ku… aku akan membesarkannya hingga dia dewasa… meskipun kau tak ingin menjadikan aku sebagai istri mu… aku akan membiayinya." ujar wanita ini sedih sekali.
"Terima kasih!" jawab
"Dia kan anak ku juga, aku akan merawatnya sebaik mungkin." Begitu asing kedengaranya, semua ucapan wanita ini, membuat Zhang Han berputus asa. Ia kemudian memandangi wajah wanita yang ada di depannya. Wanita yang sangat di cintainya itu kini lebih cantik dari dulu, waktu keduanya masih suka berpergian, selagi pacaran.
"Ayah mu yang menjaganya?" tanya Zhang Han begitu sendu.
"Aku memang harus bekerja di malam hari…!" sahut Zhou Cheng Cheng. Tentu saja ia tak mengerti maksud pertanyaan pria ini.
"Tapi…" Zhang Han kelihatan bimbang. Apa yang masih dapat di utarakan di depan wanita ini, yang pernah dan masih di cintainya sampai sekarang.
"Tidak perlu kau datang ke tempat ku lagi… hanya menambah luka ku akan membuat hati ku semakin sakit!" ujar Zhou Cheng Cheng sendu.
"Aku tidak sampai hati…" kata Zhang Han dengan mata yang terpaku pada wajah wanita yang ada di hadapannya itu.
"Yah, bagaimana mungkin aku dapat menahan diri untuk tidak datang ke sini? Aku masih mencintai mu… dan sekarnag aku puny anak di tempat ini… aku ingin sekali menjenguknya!" Zhang Han pun mengeluarkan tangan, memegang wajah Zhou Cheng Cheng, memaksa wanita ini untuk memandang wajahnya.
"Jawablah pertanyan ku…" desak Zhang Han. "Apakah kini aku dapat menahan diri untuk tidak menjenguk anak ku?"
Zhou Cheng Cheng pun berusaha untuk melepaskan wajahnya dari sentuhan tangan pria ini, ia harus mampu mempertahankan ketenangannya. Ia tidak boleh terpengaruh oleh sikap mesra yang di perlihatkan oleh Zhang Han. Ia tidak boleh menyerah kalah begitu saja pada pemuda ini.
"Aku memang pernah merasakan penyesalan ketika tidak menerima ajakan mu untuk menikah!" akhirnya Zhou Cheng Cheng pun berkata terus terang. Keterus-terangan itu merupakan kelebihan dari wanita muda ini. Dalam keadaan bagaimana pun, sulit baginya untuk berdusta.
"Kau tahu? Ketika aku temui terakhir kali kau sedang menjadi seorang pengantin, saat itu aku baru menyadari… aku mencintai mu… tapi sayang sekali, kesadaran itu baru datang pada hari pernikahan mu. Tragis sekali bukan?" Zhou Cheng Cheng berbicara tanpa memandang pria ini, kemudian ia pun berusaha untuk memandang pada suatu aarah, menahan rasa sakit hatinya pada pria ini, yang membuat dirinya jadi begini hidupnya.
"Kau harus tahu… bahwa anak itu bukan lagi anak mu! Kau jangan lagi coba-coba untuk datang ke maari… kau akan menambah sakit hati ku kembali muncul… lebih baik kau cepat pergi sekarang juga dari sini…!" tiba-tiba wajah Zhou Cheng Cheng berubah bengis dan pandangannya tajam menakutkan.
Zhang Han jadi kaget dan heran melihat perubahan mendadak Zhou Cheng Cheng yang begitu menakutkan.
"Zhou Cheng Cheng dengar, ada apa ini aku tetap menyayangi dan mencintai mu… percayalah…" kata Zhang Han gemetaran, sambil melangkah mundur karena Zhou Cheng Cheng dengan tatapan tajam dan bengis maju mendekatinya.
"Dia bukan anak mu lagi, gara-gara kau tidak berani menghadapi orang tua mu, saudara-saudara mu… menjadikan aku menjadi wanita pemuas cinta bagi mu… dan anak ini adalah bukan hanya benih mu saja yang ada pada darah anak itu. Tapi juga Om Hans dan teman-temannya, lalu Cheng Kai, dan masih banyak lagi. Kau memang lelaki lemah tak mempunyai keberanian untuk menantang. Sekarnag setelah kau membuat ku menderita, menghancurkan masa remaja ku dan cita-cita ku. Kau malah kawin dengan wanita lain…! Kau biadab Zhang Han…! Sangat biadab…!"
Zhou Cheng Cheng tiba-tiba saja mengambil sebuah batang kayu yang ia lihat ada di dekatnya itu dan langsung memukul ke arah kepala Zhang Han dengan cepat sekali, sehingga Zhang han tak sempat mengelak.
Brughhh!!"
Kepala Zhang Han pun bocor. Ia pun langsung terhuyung roboh ke tanah. Zhou Cheng Cheng yang baikan kemasukan setan itu pun terus menghajar sambil berteriak-teriak histeris…! Membuat orang sekampung mendengarnya dan mereka lalu mendatangi tempat di mana Zhou Cheng Cheng sedang histeris.
"Mati kau, mati kau… bangsat ha ha ha… haaa… haa…! Mati… mati…!!"
Orang-orang bukan main terkejutnya dan seorang lelaki cepat memiting Zhou Cheng Cheng dari belakang dan di ikuti yang lain. Wajah Zhou Cheng Cheng bagai singa betina yang lapar dan haus darah matanya merah… Tubuh dan muka Zhang Han pun telah berlumuran darah tak bisa bergerak lagi… Orang-orang berkerumunan dan menolong tubuh Zhang Han yang sudah sekarat itu.
Ayah Zhou Cheng Cheng pun datang. Pak Zhou bukan main terkejutnya… melihat kejadian itu… lelaki itu seketika sadar kalau semua ini juga gara-garanya yang masih sering mabok-mabokan dan kurang kasih pada Zhou Cheng Cheng… tiada kasih selama ini. Itulah yang membuat Pak Zhou kini bagai orang linglung menyaksikan kejadian yang telah terjadi itu.
Zhou Cheng Cheng tertawa-tawa bagai orang gila… di bawa, di amankan oleh orang-orang untuk selanjutnya di serahkan pada pihak yang berwajib.
"Kenapa kau bisa lakukan ini, anak ku… Cheng Cheng… Cheng Cheng…" kata Pak Zhou dengan suara serak dan menyesali. Ia coba memeluk anaknya. Tapi Zhou Cheng Cheng yang sudah seperti orang gila itu menyentaknya dan tertawa-tawa sambil ingin berontak dengan kekuatan yang luar biasa… lelaki yang memeganginya itu pun hampir saja tak kuat lagi memegangi dan menahannya.
"Cheng Cheneg telah kemasukan roh setan!" kata salah seorang lelaki yang berumur, kelihatan ia seperti orang pintar, atau semacam dukun!"
Orang tua yang tiba-tiba muncul itu pun menyembur Zhou Cheng Cheng tiga kali dengan air putih yang sudah di baca-bacai mantra. Namun tetap saja Zhou Cheng Cheng masih beringas. Hingga orang tua itu heran sendiri, kembali membaca manteranya dan kembali menyemburkannya air putih, tapi tetap saja Zhou Cheng Cheng masih tak berubah. Hingga akhirnya orang tua itu sadar bahwa Zhou Cheng Cheng bukan kemasukan roh setn, tapi jiwa dan syarafnya memang sudah terganggu, alias gila!
"Sebaiknya kita bawa saja ke rumah sakit jiwa, Pak." kata seorang lelaki yang bernama Xiao Tian itu.
"Apa?! Kau kira anak ku gila?! Tidak… kalian pergi semua dari rumah ku ini! Biar aku yang urus anak ku… pergi…!" kata Pak Zhou sambil mengusir orang-orang.
***
To Be Continue…