"Warning!!! Cerita ini hanya boleh di baca dengan usia 21++!!!"
"Untuk yang di bawah umur di larang membacanya!!!"
***
Han Shan Yan pun segera merangkulnya. Ia merasa dalam tubuh gadis yang kurus ini ada kekuatan yang aneh, dan kekuatan itu mampu memusnahkan dirinya. Zhou Cheng Cheng meronta-ronta dalam pelukan pria ini.
"Dia ingin menikah dengan ku, apakah aku cukup normal menjadi seorang istri?" tanya Zhou Cheng Chng kepada pria itu. Tubuh gadis ini menggigil dalam pelukan Han Shan Yan.
Tanpa sadar pria ini telah mengecup rambutnya, pipinya. Dan ia sadar sendiri telah tersihir oleh kekuatan gaib yang di miliki oleh Zhou Cheng Cheng.
Apakah mungkin ia telah jatuh cinta pada gadis ini? Apa sebenarnya yang terjadi atas dirinya? Pertanyaan ini berulang-ulang muncul dalam hatinya. Ada seorang pemuda lain yang ingin mengajaknya menikah, tapi gadis ini telah menolaknya. Sedangkan dia juga mulai jatuh cinta padanya, dan gadis ini sama sekali tidak tahu menahu tentang ini, sungguh menyedihkan!
***
Zhou Cheng Cheng tak perlu mencari kunci sebab pintu ruang depan tampak terbuka sedikit. Ia pun masuk dan menutup dua pintu lagi. Ruang tamu di terangi oleh cahaya orange remang-remang. Di kursi panjang itu, Zhou Cheng Cheng melihat sesosok tubuh bersandar dengan santainya. Sejenak ia pun mendengar suara gelitik es batu beradu dengan bibir gelas.
"Baru pulang?" suara lelaki itu terasa berat dari kursi panjang.
Zhou Cheng Cheng menyalakan lampu dinding dan suasana dalam kamar tamu agak terang. Ternyata Cheng Kai yang duduk di kursi besar itu.
"Ya." Zhou Cheng Cheng menjawab singkat.
"Terlalu larut." Cheng Kai meletakkan gelas di meja. "Ke mana saja kau?"
"Bukan urusan mu." jawab Zhou Cheng Cheng.
"Baiklah bukan urusan ku." Cheng Kai pun bangkit dan mendekati Zhou Cheng Cheng yang sedang menuangkan minuman di bar.
"Aku cuma ingin minta imbalan ku, lalu pulang…" kata Cheng Kai
Zhou Cheng Cheng memandang laki-laki itu dengan perasaan jijik. Tetapi memang dia sudah tak dapat berbuat apa-apa lagi. Cheng Kai adalah pengawal pribadi yang di tempatkan Om Hans untuknya. Om Hans adalah pengusaha kaya yang memelihara Zhou Cheng Cheng. Karena Om Hans tinggal di Amerika, dia cuma bisa datang paling cepat dua tiga bulan sekali, maka ia mempercayakan kesetiaan Zhou Cheng Cheng kepada pemuda bernama Cheng Kai ini. Chang Kai sendiri tak berani mengganggu Zhou Cheng Cheng, sebab bila Om Hans tahu, entah apa jadinya. Namun dasar bajingan, si Cheng Kai punya akal yang bagus, tetapi menjijikan. Setiap Zhou Cheng Cheng menginginkan kebebasan dan berkencan dengan pemuda yang di inginkannya, Cheng Kai menarik keuntungan.
"Kau boleh pacaran dengan siapa saja." kata Cheng Kai dulu. "Aku akan menjaga agar Om Hans tidak tahu. Tetapi kau harus memberi imbalan atas jasa baik ku itu."
"Uang?" tanya Zhou Cheng Cheng.
Cheng Kai tertawa gelak-gelak. Dengan terus terang ia mengatakan bahwa imbalan untuk sekali kencan dengan pemuda lain adalah tidur semalaman dengannya. Seperti yang terjadi malam ini. Zhou Cheng Cheng di perbolehkan nonton dan bersuka ria bersama Han Shan Yan sampai larut malam. Cheng Kai tak akan melaporkan penyelewengan Zhou Cheng Chen kepada Om Hans. Tetapi Zhou Cheng Cheng harus membeli kebebasannya itu dengan tubuhnya sendiri.
Malam itu ia harus tidur dengan Cheng Kai sampai pagi. Zhou Cheng Cheng memang tak bisa menolak. Sebagai wanita yang baru saja mekar, ia masih ingin bermain-main dengan sesame teman, apalagi ia masih sekolah. Ia ingin mereguk kebahagiaan masa mudanya dan menghabiskan waktu-waktu tertentu untuk di cinta dan mencintai.
Mula-mula ia menolak usul Cheng Kai itu. Tetapi kemudian di pahaminya bahwa segala sesuatunya memang sudah terlambat. Dari pada ia harus menghabiskan waku mudanya terkurung di dalam rumah menanti kedatangan Om Hans dari luar negeri setiap tiga bulan sekali, Zhou Cheng Cheng lebih memilih mendapat kebebasannya walaupun itu harus di tebusnya dengan mahal. Toh sama saja, dia merasa bukan sebagai wanita baik-baik. Om Hans atau si Cheng Kai sama saja. Mereka itu sama-sama seorang bajingan!
"Kamar mu atau kamar ku?" Cheng kai mendekati Zhou Cheng Cheng di baar, tetapi Zhou Cheng Cheng menghindar.
"Aku mau mandi dulu dan ganti pakaian." Zhou Cheng Cheng beranjak dari bar menuju ke ruangan dalam. "Kau boleh menemui ku sejam lagi."
Cheng Kai tersenyum, sejam lagi berarti jam dua.
***
Ketika Cheng Kai masuk ke kamar Zhou Cheng Cheng, gadis itu sudah menantinya berbaring di ranjangnya yang indah. Mata gadis itu terpejam, tetapi tidak tidur. Dari dasternya yang tipis, Cheng Kai bisa melihat bentuk tubuh Zhou Cheng Cheng yang luar biasa. Sambil membuka baju, mata Cheng Kai tak lepas-lepas memandang Zhou Cheng Cheng, lalu mata itu pun menyapu ke bawah sampai habis.
Zhou Cheng Cheng tak beraksi ketika Cheng Kai mendekati dan tidur di sebelahnya tanpa busana. Ia masih tetap diam ketika tangan Cheng Kai mulai beraksi. Nafas si Cheng Kai bagaikan deru mesin giling mendesah ke telinga Zhou Cheng Cheng. Gadis itu menggelinjang sedikit ketika Cheng Kai semakin nakal. Hanya delapan menit pemanasan, hentakan-hentakan itu mulai di rasakan dan Zhou Cheng Cheng pun beraksi. Bagaimana pun bencinya ia kepada Cheng Kai, tetapi lelaki ini punya sesuatu yang istimewa, sesuatu yang tidak di punyai Om Hans. Cheng kai agak liar dan kasar, tetapi Zhou Cheng Cheng menyukainya.
Tangan Zhou Cheng Cheng pun melingkar di leher Cheng kai dan mulai menarik wajah lelaki muda itu ke wajahnya. Bibir mereka pun berpagut dengan ketat. Semkin lama keduanya sekamin lia. Menggeliat-geliat di bawah tekanan gelora nafas yang berhimpit. Keringat bercucuran di tubuh kedua manusia itu. Lelaki itu mengejang, mendesah sambil lengannya memeluk pinggang Zhou Cheng Cheng kuat-kuat. Zhou Cheng Cheng mendorong Cheng Kai hingga telentang di sisinya. Wanita muda itu pun segera bangkit. Cheng Kai diam saja. Ia masih telentang di pembaringan tanpa busana. Namun masih tersengal.
"Cepat kau berpakaian dan keluar dari sini." kata Zhou Cheng Cheng. "Aku mulai muak melihat mu."
Cheng Kai tertawa. Ia pun kemudian bangkit dan mengenakan celananya. Di ambilnya rokok sebatang dan di sulutnya. Ia pun memandang Zhou Cheng Cheng sejenak sebelum ia keluar.
"Kau semakin hebat, Cheng Cheng." kata Cheng Kai. "Semangat mu luar biasa. Apa teman kecan mu yang masih ingusan itu mampu memuaskan mu?"
***
To Be Continue…
Terima kasih buat kalian semua yang sudah membaca chapter ini ya. Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya~