Chereads / Cinta dan Pengorbanan / Chapter 17 - Chapter 17 Perubahan

Chapter 17 - Chapter 17 Perubahan

Pagi ini Zhou Cheng Cheng baru saja masuk ke tempat ia mengajar di sebuah teman kanak-kanak. Tempatnya lebih dekat dari rumahnya, sehingga ia bisa berjalan kaki. Ia sedang mengalami masa percobaan sebagai guru di taman kanak-kanak itu. Ketika bertemu dengan sesama guru, ada yang berkata:

"Hai seminggu kita tak jumpa, rasanya Nona Zhou semkain gemuk dan cerah saja?" ujar wanita ini.

Zhou Cheng Cheng tersenyum mendengar ucapan rekannya ini.

"Dan kelihatannya sudah tidak merokok lagi?" ujar direktur sekolah itu yang juga ikut berbicara di antara guru itu.

"Banyak orang tua murid yang tidak suka aku merokok, tapi kalau aku berhenti mengajar, mereka juga tidak mau belajar, makanya aku mengalah saja." ujar Zhou Cheng Cheng tenang.

"Bapak, saya harap Bapak mau menambah murid baru untuk saya!" mohon Zhou Cheng Cheng.

"Memangnya kenapa?" tanya direkturnya.

"Saya mulai banyak memerlukan uang, karena sebentar lagi saya akan melahirkan anak!" ujar Zhou Cheng Cheng tenang.

"Oh… rupanya beberapa hari ini tidak masuk, jadi pengantin yah? Kok nggak ngundang-ngundang?" ledek rekannya lagi.

"Siapa yang menikah?" tanya Zhou Cheng Cheng.

Semua yang ada di runagan itu tak berani lagi banyak bertanya pada Zhou Cheng Cheng. Mereka berpikir, mungkin saja Zhou Cheng Cheng baru bercerai dengan suaminya karena baru dua bulan ini ia masuk ke tempat kerjanya yang sekarang.

"Apakah hal ini banyak mempengaruhi pekerjaan ku?" tanya Zhou Cheng Cheng dengan nada serius.

"Tidak… tidak…. mempengaruhi…!" jawab direkturnya. Ia takut Zhou Cheng Cheng tersinggung. "Usahakan jangan sampai anak-anak tahu… saya kuatir… orang tua mereka…" ujarnya.

"Saya akan berusaha seperti yang Bapak harapkan itu!" jawabnya.

***

Selesai mandi sore ini, Zhou Cheng Cheng melihat perutnya yang mulai membulat itu. Ia tersenyum dan mengusap perutnya. Kandungannya berjalan empat bulan. Kalau tidak di perhatikan benar-benar, ia tidak kelihatan sedang mengandung, karena tubuhnya yang agak kecil. Setiap hari ia bangun ketika subuh, kemudian berjalan-jalan sendiri selesai sembahyang. Ia banyak membaca buku yang berhubungan dengan masalah kandungan.

Di dalam buku itu ada artikel, jika seseorang yang sedang hamil, harus banyak berjalan, karena dalam kelahirannya ia akan banyak membantu. Makanya Zhou Cheng Cheng rajin berjalan pagi. Ia takut kalau kelahirannya nanti akan menyusahkan semua orang, sedangkan ia tidak punya suami yang sebenarnya. Ia ingin mudah dalam melahirkan dan tidak mau merepotkan orang lain. Ia telah siap menerima semua yang akan terjadi, di saat ia akan melahirkan.

Setiap siang ia pulang mengajar, ia selalu membuatkan makanan untuk ayahnya. Kemudian sore hari ia berangkat akan mengajar lagi. Malam hari ia akan masak lagi untuk makan malam ayahnya. Dengan demikian ayahnya akan terurus makanannya dengan baik. Keadaan rumahnya sekarang bersih dan rapih, jauh di bandingkan dengan rumahnya yang dulu. Setiap pagi ia menyempatkan diri untuk menyapu dan mengepel rumahnya. Benar-benar berbeda dengan yang dulu. Ia juga sekarang tidak pernah mau memperdulikan ocehan ayahnya jika sedang mabuk.

"Tidak perlu membeli-beli aku… kau mau menjilat ku yah?" kata ayahnya sambil menikmati hidangan yang panas yang baru saja di sediakan oleh Zhou Cheng Cheng. "Engkau tetap anak brengsek… apa pun yang kau lakukan!"

Ia melirik pada ayahnya yang sedang mabuk itu. Ia tak mau menjawab. Dengan tenang ia masuk ke dalam kamarnya untuk mengoreksi pekerjaan muridnya.

"Apakah kau tidak mual, berkeliaran dengan perut semakin membesar?" tanya ayahnya.

"Mulai bulan depan aku tidak mengajar lagi, Yah!" ujar Zhou Cheng Cheng.

Secara jujur ia mengakui bahwa anaknya sudah banyak perubahan. Ia lalu ingat akan foto istrinya yang masih tergantung dengan setia di kamar putrinya. Ia masuk dan mengambil foto itu, kemudian terus memandanginya tanpa membuka suara. Setelah menyimpan kembali foto itu ke tempatnya, ia kemudian memadamkan lampu di kamar putrinya yang mungkin juga lupa di matikan.

Berbagai kejadian di masa lampau masuk menyeruak benaknya yang selama ini tak pernah terpikirkan. Yah, sudah lama ia hidup begini. Ia mulai sadar apa yang di lakukannya selama ini. Ia menangis dan putrinya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di dalam diri ayahnya. Zhou Cheng Cheng tidak tahu apa yang sedang di perbuat ayahnya.

***

Zhou Cheng Cheng bertemu dengan Han Shan Yan di suatu rumah makan. Ia datang lebih cepat, karena ingin cepat bertemu dengan pria yang hampir beberapa bulan tidak pernah di temuinya.

"Maaf… aku terlambat…!" ujar Han Shan Yan yang baru datang.

"Bukan kau yang terlambat, tapi aku yang lebih cepat datang!" timpal Zhou Cheng Cheng.

"Apa kabar?" tanya Han Shan Yan.

"Kabar baik!" jawab gadis ini, sambil mempersilahkan ia duduk. Lama sekali mereka berbincang-bincang, baru Han Shan Yan membuka bicaranya yang serius sambil mengeluarkan kartu undangan untuk Zhou Cheng Cheng.

"Kau pasti heran, karena aku akan menikah dengan Ling Long!" jawab Han Shan Yan.

"Aku sudah tahu!" jawab gadis ini sambil membaca kartu itu dengan tenang.

"Sama sekali tidak terduga kan?" ujar Zhou Cheng Cheng lagi sambil tersenyum.

"Oh ya?" tanya pria ini.

"Kalian memang merupakan pasangan yang cocok, aku senang dapat mendengar berita ini!" kata Zhou Cheng Cheng. Tapi dalam hatinya ada rasa kecewa yang di pendamnya.

Han Shan Yan tersenyum sambil mendengarkan ucapan gadis ini.

"Sedangkan aku…" ujar Zhou Cheng Cheng tidak meneruskan kalimatnya.

"Kenapa?" tanya pria ini melihat wajah Zhou Cheng Cheng yang memucat.

"Apakah kau tidak melihat perubahan dalam diri ku?" tanya gadis ini. "Aku sedang mengandung!" ujarnya tenang.

Han Shan Yan menghela nafas, mendengarkan semua ucapan gadis ini. Ia tak bicara apa-apa, ia biarkan Zhou Cheng Cheng terus berbicara.

"Ayah anak yang sedang ku kandung ini…!"

"Siapa?" tanya pria ini tidak sabar lagi.

"Zhang Han…!" jawabnya sambil menundukkan kepalanya.

"Bagaimana mungkin kau meminta tanggung jawabnya, dia kan sudah beristri?" ujar pria ini cemas.

"Apa kau pikir hanya dia yang dapat membesarkan anak ini, hm?" tanya Zhou Cheng Cheng.

"Bukan begitu maksud ku…" ia begitu ragu-ragu mengatakan.

"Maksud mu apa?" tanya gadis ini.

"Tidak!" jawabnya.

"Kau tidak perlu menguartirkan aku, dan aku yakin aku dapat membesarkan anak ku dengan baik." ia pun membelai-belai perutnya yang mulai membesar itu.

Senyumannya mencerminkan seorang ibu yang sejati. Ia begitu tenang bercerita tentang keadaannya. Han Shan Yan pun heran melihat banyak perubahan pada diri Zhou Cheng Cheng yang selama ini selalu berputus asa dalam menghadapi apa saja. Kini Zhou Cheng Cheng begitu yakin akan kehidupan anaknya yang akan berada di dalam tangannya.

***

To Be Continue…