Senyuman Zhou Cheng Cheng mencerminkan seorang ibu yang sejati. Ia begitu tenang bercerita tentang keadaannya. Han Shan Yan pun heran melihat banyak perubahan pada diri Zhou Cheng Cheng yang selama ini selalu berputus asa dalam menghadapi apa saja. Kini Zhou Cheng Cheng begitu yakin akan kehidupan anaknya yang akan berada di dalam tangannya.
"Dengan kesibukan yang menumpuk, aku tak punya waktu lagi untuk melamun yang tidak-tidak!" katanya. "Sebentar lagi orang akan tahu siapa aku?" ujarnya tenang.
Ya, Zhou Cheng Cheng telah banyak perubahan. Dengan perasaan haru pria ini memandangi gadis yang ada di hadapannya.
"Aku tahu anak ku tak punya ayah. Karena itulah aku harus menjadi seorang ibu, sekaligus menjadi seorang ayah bagi anak ku. Aku harus lebih kuat dari wanita lainnya, aku harus berani, karena aku tidak ingin anak ku menderia di kemudian hari!" jawab Zhou Cheng Cheng.
Han Shan Yan begitu terharu, sehingga ia tidak percaya pada ucapan yang keluar dari mulut gadis yang seperti sekarang ini. Wanita yang dulu pernah di temuinya hendak membunuh diri. Sekarang begitu banyak perubahan pada dirinya. Zhou Cheng Cheng melihat pada jam tangannya, dan berkata.
"Aku harus pulang!" ujarnya.
"Kau mau mengajar? Biar aku yang mengantar!" ujar Han Shan Yan.
"Tidak usah! Sekarang aku lebih suka berjalan kaki, itu kan lebih baik untuk orang yang sedang hamil seperti aku ini." ledeknya.
"Kau memang pandai sekarang." ujar pria ini sambil sama-sama berdiri setelah membayar rekening makanan. Mereka meninggalkan rumah makan itu."
Mereka berpisah di depan pintu rumah makan itu, Zhou Cheng Cheng: "Lebih banyak olahraga kan tubuh ku tambah sehat. Jangan lupa kalau aku ini tidak punya suami lho! Tak ada yang menemani ku di dalam kamar bersalin." ujarnya sambil tertawa.
"Aku harus memiliki tubuh yang lebih sehat dari wanita lain, kau tahu itu?" katanya lagi sedih melambaikan tangan pada Han Shan Yan.
Han Shan Yan tidak memaksakan untuk tetap naik mobil.
"Kau memang mengangumkan!" desahnya.
Wanita muda ini pun telah berubah. Yang tidak berubah adalah kecintaannya pada warna hitam.
***
Akhirnya Han Shan Yan mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Ling Long. Hari ini adalah hari pernikahan mereka. Banyak tamu yang hadir. Di antaranya Zhou Cheng Cheng dan beberapa kawan Ling Long, yang juga merupakan kawan Han Shan Yan. Begitu banyak tamu yang hadir, sehingga Ling Long hanya menggelengkan kepalanya saja ketika Zhou Cheng Cheng tersenyum padanya. Zhou Cheng Cheng ikut membantu menerima tamu mereka. Karena hanya Zhou Cheng Cheng lah yang dapat membantuny, dan Ling Long sangat berterima kasih atas bantuan Zhou Cheng Cheng itu. Walaupun dengan perut yang sudah mulai membuncit.
Zhou Cheng Cheng tak pernah mengeluh sedikit pun. Ia yang memesan makanan ke sana ke mari untuk hari pernikahan itu. Han Shan yan senang melihat sikap Zhou Cheng Cheng yang baik itu.
Tamu makin banyak yang datang, ketika mulai jam tujuh malam. Begitu kebiasaaan orang yang mengadakan pesta pernikahan. Dengan senyuman yang khas Zhou Cheng Cheng pun menyambut tamu mereka. Zhou Cheng Cheng tidak mau mengecewakan para tamu itu, hanya karena kurang pelayanan yang baik. Maka ia dapat membantunya dalam penerimaan tamu.
Sudah empat hari ini, ia tidak masuk mengajar karena ia menginap di rumah Ling Long. Ia sama sekali tidak pernah meminta bayaran pada kawannya itu. Malam ini seolah-olah tidak ada masalah pada dirinya. Ia tidak mau pada hari bahagia kawannya ini, ada orang yang melihat wajahnya yang tidak senang dan sedih itu. Makanya dengan rela ia mau menunjukkan dirinya yang gembira.
Ling Long dan Han Shan Yan begitu terharu melihat sikap Zhou Cheng Cheng yang penyabar. Saat ini, Zhou Cheng Cheng bukanlah yang dulu yang selalu berputus asa. Ia sekarang berani dalam menghadapi tantangan apa pun. Malam ini Ling Long kedatangan seorang kawan lamanya yang baru datang dari luar negeri, yaitu seorang pemuda yang berusia sekitar tiga puluh delapan tahun. Tampangnya memang tidak memperlihakan sama sekali usianya itu, karena orangnya tampan, cool, supel, dan gagal. Taka da orang yang tahu kalau usianya sudah setengah tua.
Sejak pertama kali datang, ia selalu memandangi kelincahan Zhou Cheng Cheng dalam menerima tamu. Ia belum sempat menanyakan tentang diri wanita yang berbaju hitam itu. Karena ia tahu tak mungkin untuk menanyakan kepada Ling Long yang sedang menjadi pengantin. Lain waktu ia ingin menanyakan hal wanita itu.
Sejak ia melihat Zhou Cheng Cheng, hatinya bergetar. Ia sendiri tak dapat mengartiknnya. Tak pernah ada orang yang sesuai dengan kenginan hatinya. Tapi, ia sendiri merasa aneh karena pertama kali melihat penampilan Zhou Cheng Cheng yang begitu sederhana sekali. Begitu cepat ia tertarik pada sikap gadis ini.
Waktu hampir menunjukkan jam dua belas malam. Semua tamu yang tadinya memenuhi ruangan rumah Ling Long yang begitu besar dan mewaah itu, kini seorang demi seorang mulai meninggalkan tempat itu. Tinggal sanak saudara saja yang masih berkumpul. Tentunya Zhou Cheng Cheng masih ada di tempat itu karena gadis ini bermaksud masih akan menginap satu hari lagi.
Sebelum pergi untuk berganti pakaian, Ling Long memanggil Henry lee pemuda yang sejak tadi memperhatikan Zhou Cheng Cheng. Long Long dapat melihat sikap temannya itu, tapi Han Shan Yan tak begitu mengenal Henry Lee, sebab Henry Lee adalah kawa dari suami Ling Long yang pertama.
"Hei, Henry, jangan suka melamun, ada apa sih?" ledek Ling Long.
"Hai, ganti pakaianlah dulu, nanti biar ku ceritakan yang sebenanrya!" jawab pria ini sambil mendorong Ling Long untuk masuk.
"Sebentar yah, aku ganti pakaian dulu, nanti benar lho! Ceritain!" ucap Ling Long.
"Beres! Jangan langsung tidur yah?" ledek Henry Lee lagi.
Han Shan Yan tak ada rasa cemburu sedikit pun melihat ke arah Ling Long yang begitu akrab berbicara dengan kawan suaminya yang lama itu. Lalu ia beralih memandangi Zhou Cheng Cheng yang sejak tadi duduk di ruangan yang sepi. Ia menyendiri. Makanya Han Shan Yan tak ingin mengganggunya sedikit pun. Ia tahu mungkin Zhou Cheng Cheng sedang memikirkan masa yang akan datang, di mana ia ahrus melahirkan tanpa seorang suami dan anaknya yang lahir tanpa seorang ayah.
Han Shan Yan mengerti perasaan Zhou Cheng Cheng. Ia ingin menghibur gadis ini, tapi tak tahu apa yang harus di lakukannya. Kalau ia melakukan sesuatu untuknya, ia kuatir Ling Long akan marah, karena Ling Long tahu tadinya Han Shan Yan memang mencintai gadis itu.
***
To Be Continue…