Han Shan Yan mengerti perasaan Zhou Cheng Cheng. Ia ingin menghibur gadis ini, tapi tak tahu apa yang harus di lakukannya. Kalau ia melakukan sesuatu untuknya, ia kuatir Ling Long akan marah, karena Ling Long tahu tadinya Han Shan Yan memang mencintai gadis itu.
Tapi Zhou Cheng Cheng menganggapnya sebagai seorang kakak. Han Shan Yan tahu maksud Zhou Cheng Cheng berbuat itu. Sama sekali tidak terpikirkan kalau ia akan menjadi suami Ling Long. Ia beranggapan Ling Long adalah kawannya yang baik. Juga kawannya Zhou Cheng Cheng yang baik. Ia mulai terpengaruh oleh cerita Ling Long di masa yang lalu, sehingga hatinya merasa terenyuh mendengar semua cerita itu. Dari situlah Han Shan Yan mulai ingin menghibur wanita ini.
Zhou Cheng Cheng memang lain dari Ling Long. Ia tidak mau di hibur dan tidak mau di tolong. Ia ingin merasakan beratnya hidup dalam menghadapi semua yang terjadi. Ia ingin merasakan pahitnya kehidupan yang sebenarnya. Ia ingin anaknya lahir tidak menyusahkan orang lain, termasuk Zhang Han, ayah dari anak yang di kandungnya itu. Tapi ia tahu Zhang Han yang kini sudah menikah, tak mungkin lagi di ganggu atau di rusak rumah tangganya. Ia ingin Zhang Han bahagia dengan pernikahannya.
Itu saja sudah cukup baginya, tak ada sedikit pun pikiran untuk mengatakan pada lelaki itu, bahwa anak yang sedang di kandungnya itu adalah anaknya. Ketika Zhou Cheng Cheng sedang duduk di taman depan rumah Ling Long, tiba-tiba ada seseorang yang berjalan mendekatinya.
Zhou Cheng Cheng tahu itu pasti Ling Long, kalau tidak tentu Han Shan Yan. Tapi mau apa mereka datang ke sini? Bukankah para tamu sudah sejak tadi pergi?
"Ah… mungkin aku telah membuatnya bingung? Baiklah aku akan meninggalkan tempat ini, kalau memang aku menganggu ketentraman mereka, aku akan segera pergi tidur!" begitu pikir Zhou Cheng Cheng dalam hatinya.
"Zhou Cheng Cheng? Kok duduk sendirin?" tanya Ling Long sambil mengambil sebuah kursi dan ia duduk di samping Zhou Cheng Cheng.
"Tentunya malam ini aku membuat kalian bingung, biarlah aku pergi tidur sekarang juga!" ujar Zhou Cheng Cheng sambil berdiri mau meninggalkan Ling Long yang sudah duduk di sampingnya itu.
"Jangan dulu. Malam ini kita ngobrol-ngobrol, kau mau menemani ku kan?" ujar Ling Long menghibur gadis ini.
"Untuk apa? Kau kan sudah lelah sejak tadi?" tanya Zhou Cheng Cheng dengan anda heran tak mengerti.
"Kau tidak mau kalau aku menemani mu di tempat ini?" tanya Ling Long.
"Bukan aku tidak mau, untuk apa kau tidak tidur? Tidurlah!" suruh Zhou Cheng Cheng kepada Ling Long.
"Kau tidak senang?" tanya Ling Long.
Zhou Cheng Cheng diam, Ling Long juga diam, sehingga datang Henry Lee dan Han Shan Yan mendekati mereka berdua. Ling Long gembira karena Han Shan Yan mengerti perasaan temannya. Mereka masing-masing mengambil kursi dan duduk.
Zhou Cheng Cheng hanya menundukkan kepalanya ketika tahu ada seseorang yang sama sekali tidak di kenalnya itu. Ia tahu mungkin maksud Ling Long dan Han Shan Yan baik, untuk menghiburnya. Tapi bukan itu yang Zhou Cheng Cheng inginkan, ia ingin selamat dalam melahirkan dan tak mau menyusahkan orang lain, itu saja! Selain itu tidak!
Henry Lee bersikap sopan dan baik. Ia terus memandangi Zhou Cheng Cheng yang sejak tadi menundukkan kepalanya. Ia tahu mungkin Zhou Cheng Cheng orang yang kesepian, ia tidak mau di ganggu di saat duduk menyepi seperti sekarang ini.
"Cheng Cheng, kenalkan, ini kawan ku!" ujar Ling Long samil menunjukkan pada Henry, padahal menurut Zhou Cheng Cheng tanpa di tunjuk yang mana orangnya pun ia sudah tahu.
Kemudian Zhou Cheng Cheng mulai melirik pada seorang yang duduk di samping Han Shan Yan. Ia tetap berdiam saja sampai Henry Lee berdiri sambil menyondorkan tangannya dan berkata.
"Henry Lee!" ujarnya.
Zhou Cheng Cheng berdiri sambil menjawab.
"Zhou Cheng Cheng!" jawabnya. Ia kemudian duduk.
Tak lama seorang pembantu datang membuatkan kopi untuk mereka. Ling Long sedang merokok begitu asyiknya, ia tidak mau dulu meninggalkan kawannya ini, karena ia tahu pasti Zho Cheng Cheng akan ikut masuk. Makanya ia memberikan isyarat pada Han Shan Yan agar mau menunggu mereka sampai berbicara.
Henry Lee sudah melihat keadaan Zhou Cheng Cheng yang sedang mengandung. Bagaimana mungkin ia harus menyembunyikan kandungannya kaerna perutnya yang semakin membuncit? Zhou Cheng Cheng tetap tenang ketika ia melirik pria itu. Ia tahu sejak semula pria itu selalu meliriknya. Zhou Cheng Cheng mengusap-usap perutnya sambil tersenyum dan berkata.
"Kau tidak capek?" tanyanya sambil mengangkat kepala dan melirik pada Ling Long yang sejak tadi memandangnya.
"Apanya yang capek, pasti kau yang capek?" tanya Ling Long lagi.
"Aku? Lho, kenapa aku yang capek, apa kau pikir aku yang telah menjadi pengantin?" ledek Zhou Cheng Cheng lagi.
"Cheng Cheng, masa kau ajak Ling Long saja berbicara yang lain tidak?" ujar Han Shan Yan ikut meledek.
"Apa kalian tidak merasa rugi berbicara dengan ku?" tanya Zhou Cheng Cheng.
"Apanya? Kok bisa rugi?" Han Shan Yan berkerut dahi.
"Aku kan bukan orang baik-baik!" jawab Zhou Cheng Cheng sambil melirik pada Henry yang sedang asyik merokok sambil memandanginya.
"Siapa yang mengatakan itu?" tanya Ling Long.
"Kita kan tidak mengatakan begitu?" tambah Haan Shan Yan.
"Katanya kau mengajar?" tanya Henry Lee yang ikut nimbrung.
"Tahu dari mana?" tanya Zhou Cheng Cheng.
"Coba tebak, dari siapa ayo?" tanya Henry Lee lagi.
"Ling Long, sama Han Shan Yan itu sudah pasti loh!" jawab Zhou Cheng Cheng agak mulai senang. Suasana menjadi ceria, ketika cerita sampai pada cerita yang membuat mereka lebih akrab lagi.
Henry Lee senang memandangi Zhou Cheng Cheng yang manis dan senang tersenyum.
"Suka merokok?" tanya Henry Lee sambil menyondorkan rokok pada Zhou Cheng Cheng.
Zhou Cheng Cheng menggeleng, karena memang sudah lama dia tidak merokok lagi.
"Terima kasih!" jawab Zhou Cheng Cheng santai.
"Kenapa?" tanya Henry memancing.
"Apakah kau tidak melihat kandungan ku yang semakin membuncit ini, hm?" tanya Zhou Cheng Cheng sambil mengusap perutnya.
"Hebat….!" puji Henry Lee.
"Apanya yang hebat?" tanya Zhou Cheng Cheng tidak mengerti.
"Hebatnya, setiap wanita selalu mau berkorban demi anaknya yang tercinta!" jawab Henry Lee.
"Apa maksud mu?" tanya Zhou Cheng Cheng, yang mulai senang berbicara dengan Henry Lee.
****
To Be Continue…
Terima kasih buat kalian semua yang sudah membaca chapter ini ya. Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya~