Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 42 - Fourty Two

Chapter 42 - Fourty Two

Ingin rasanya Valerie menjatuhkan dirinya dari atas gedung atau ke dalam air sehingga membuat dirinya terkejut dan setelahnya terbangun dari tidur.

Valerie ingin menganggap semua yang terjadi kepadanya selama ini adalah sebuah mimpi, mimpi yang panjang.

Dari banyaknya rintangan yang Valerie alami, mungkin kenyataan yang satu ini membuat dirinya sulit untuk menghadapi dan menerimanya.

Kenyataan kalau calon suami ibunya yang selama ini Valerie benci keberadaannya adalah ayah dari temannya sendiri. Ayah dari Arya, yang mana itu artinya jika pernikahan itu terwujud dirinya dan juga Arya akan menjadi saudara tiri.

Kenyataan tersebut sangat menampar Valerie dan membuat dirinya cukup terguncang. Valerie mengisolasi dirinya selama beberapa hari untuk memulihkan kembali pikirannya yang sempat kacau, bahkan dirinya juga sampai melupakan janjinya dengan Anya karena peristiwa tersebut.

Setelah Arya dengan spontannya bertanya kepada pak Heri dan memanggilnya dengan sebutan Ayah, hal yang terjadi selanjutnya hanya kecanggungan dan juga keterkejutan tentu saja.

Pak Heri sendiri tidak mengatakan apa-apa lagi, saat Arya berbicara sesuatu kepadanya Pak Heri memilih untuk pergi. Tapi Arya masih diam disana dengan pikiran yang penuh sekali dengan pertanyaan.

Hingga beberapa saat setelahnya Arya baru menyadari kalau keberadaan ayahnya di rumah Valerie pasti ada kaitannya dengan keinginan ayahnya untuk menikah.

Ya, Arya masih ingat akan itu.

Setelah itu Arya tidak mengucapkan apapun lagi kepada Valerie, dirinya memilih untuk segera pergi meninggalkan Valerie yang masih terdiam di depan rumahnya.

--

"Udah seminggu kamu diem terus di rumah, banyak murung juga, tante khawatir lo Val..." ucap tante Sarah saat beliau mengantarkan makan malam untuk Valerie ke kamarnya.

Valerie tidak menggubris ucapan tante Sarah, beliau memang terus mengatakan hal tersebut. Tapi yang dilakukan oleh Valerie hanya tersenyum. Dirinya memang tidak bilang kepada siapapun soal itu, karena Valerie sendiri masih belum siap untuk menceritakan ulang.

"Makasih tan... maaf Val ngerepotin"

Tante Sarah hanya menghela nafas kemudian menganggukkan kepala. Setelahnya beliau keluar dari kamar Valerie, kembali membiarkan Valerie sendirian.

"Gimana bu?" Tanya om Farhan saat tante Sarah sudah menginjakkan kakinya lagi di lantai satu.

"Masih gamau ngomong, dia kenapa ya pak? Ibu khawatir.. masalahnya tu langsung drastis gitu loh.."

"Bapak juga udah sempet ngobrol sama sahabatnya Valerie, yang namanya Andrea itu.. dia juga gatau. Malahan dia baru tau soal Valerie tu dari bapak" bales om Farhan yang masih menyiratkan rasa khawatirnya kepada Valerie.

"Apa kita tanya ke temannya yang waktu terakhir dateng ke sini itu pak?" Usul tante Sarah.

"Namanya siapa bu? Kita kan gatau.. kalau nanya ke Valerie juga belum tentu di jawab"

"Bapak ini... susah-susah, ya tanya aja ke sahabatnya Valerie. Pasti dia tau.. atau kita minta tolong aja ke sahabatnya Valerie, ibu beneran ga tega pak liat Val murung kaya gitu"

"Ya bapak juga khawatir bu.. tapikan bapak juga gabisa bertindak banyak, kalau itu ada kaitannya sama privasi Valerie bapak bisa apa. Saran dari ibu juga bapak agak ragu.." tidak ada balasan apapun lagi dari tante Sarah, beliau juga merasa jika ucapan dari suaminya itu ada benarnya juga.

"Yasudah.. nanti bapak coba bujuk Valerie"

Tepat setelahnya, bel pintu rumah berbunyi. Om Farhan beranjak dari duduknya kemudian menhampiri jendela untuk mengintip siapa tamu yang berkunjung.

Karena setelah kejadian pak Heri datang ke rumah, om Farhan dan juga tante Sarah selalu mengintip terlebih dahulu melalui jendela.

saat memastikan siapa yang datang, Om Farhan langsung membukakan pintu diikuti senyuman ramah dari mulut beliau.

"Malam om.." sapa Andrea dengan ramah.

"Malam nak Andrea, ayo masuk"

Setelah mempersilahkan Andrea masuk, tante Sarah juga turut menyambut kedatangan Andrea dengan ramah.

"Maaf ya om, tante saya bertamu malam-malam begini"

"Gapapa nak Andrea.. kamu pasti mau ketemu sama Valerie kan?"

"Iya tante, saya baru bisa ketemu sama Valerie sekarang karena kemaren-kemaren saya sibuk. Dan Valerie juga susah dihubungin, terus saya juga khawatir.. makanya saya dateng ke sini, mumpung kerjaan saya udah selesai semua"

"Kamu langsung ke kamarnya aja ya, dia ada di kamarnya"

--

Dengan langkah yang santai, Andrea berjalan menuju kamar Valerie. Dirinya sempat mengetuk pintu kamarnya dua kali kemudian dibukanya pintu kamar Valerie perlahan.

"Val..." panggil Andrea kemudian dia menyembulkan kepalanya terlebih dahulu.

Mata Andrea langsung menangkap kehadiran Valerie yang tengah diam menghadap jendela kamarnya.

"Val.." panggil Andrea lagi, namun kini dirinya mulai berjalan menghampiri Valerie yang masih bergeming.

Andrea sempat melirik ke arah meja samping kasurnya Valerie, disana ada nampan yang berisikan sepiring nasi dan juga lauknya, juga ada segelas air putih dan satu piring kecil yang berisikan buah. Semuanya masih utuh belum tersentuh.

"Val, gue ada disini.. wujud gue nyata loh, bukan bayang-bayang" Andrea kembali bersuara saat dirinya mengambil posisi duduk di belakangnya Valerie.

"Ndre.." panggil Valerie akhirnya bersuara, namun tidak mengalihkan pandangannya sama sekali.

"Kenapa?"

"Gue udah nyusahin berapa orang?"

"Maksudnya gimana? Gangerti gue"

"Udah berapa orang yang kesusahan gara-gara sikap gue sekarang?" Lanjut Valerie memperjelas ucapannya barusan.

"Ya.. kalau lo nanya begitu, jawabannya udah jelas gaada lah. Kapan sih lo nyusahin orang begitu"

"Tapi ko gue ngerasanya begitu ya?"

"Apasi Val, udah deh jangan mikir kemana-mana.. lo tu bukan nyusahin, kalau bikin khawatir iya. Om lo cerita sama gue kalau seminggu yang lalu lo tiba-tiba aja diem dan setelahnya langsung ngurung diri di kamar tapi lo gamau bilang apa-apa.. lo kenapasih? Jangan bikin orang sawan Val, ampun deh.." cerca Andrea yang gemas dengan ucapannya Valerie barusan.

"Lo bilang gitu berarti gue nyusahin kan Ndre?"

"Lo ngomong gitu lagi gue mutilasi sekarang juga ya! Bedain tolong mana yang namanya khawatir sama nyusahin"

"Coba cerita, lo itu kenapa.. apa yang ngengganggu pikiran lo sekarang ini.. sampe-sampe harus bikin lo mengisolasi diri, karena selama ini gue kenal lo, baru kali ini gue ngeliat lo kaya sekarang Val"

"Gue tu cuman mau nenangin pikiran gue aja Ndre, pikiran gue lagi kacau banget.." jawab Valerie dan Andrea tentu tidak puad mendengar balesan dari Valerie.

"Gue mau jawaban yang detail ya.. please Val, gue ada disini itu untuk membantu lo. Gue ada di sini tu buat ngurangin beban lo juga.. dengan lo berbagi siapa tau bisa bikin lo tenang"

"Kalau lo ikutan stress juga gimana? Kan gaada yang tau reaksi lo nanti bakal gimana kalau gue bilang"

"Gaakan, gue jamin gaakan."

Valerie pun menghela nafasnya panjang, kemudian dia berbalik menghadap Andrea dengan tatapan yang sendu. "Lo masih inget kan kalau ibu gue mau nikah lagi?"

"Iya.. terus?"

"Calon suaminya itu ternyata.. bapaknya Arya"

"HAH?!"