Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 45 - Fourty Five

Chapter 45 - Fourty Five

"Gue kira lo bakal nginep" ujar Fito saat Arya sudah memasuki ruangan VIP yang memang dipesan khusus oleh Fito di salah satu bar yang cukup mewah.

"Ibu gue ga kasih izin, mungkin ibu gue takut kalau keberadaan gue di rumah itu diketahuin sama ayah gue. Makanya ibu gue cari aman aja" jawab Arya sambil menuangkan wine ke dalam gelas.

"Terus, lo udah dapet jawaban yang selama ini lo cari?" Pertanyaan dari Fito langsung dibales dengan gelengan kepala dari Arya. Sejenak Arya tersenyum simpul kemudian menatap Fito lurus, "gue udah sempet nanya. Tapi ibu gue terus ngalihin pembicaraan, gue gamau ngerusak suasana. Jadinya gue milih untuk diem dan mungkin pertanyaan itu bisa gue tanyain lagi nanti"

Fito menganggukkan kepalanya mengerti, sebuah senyuman tercetak di wajah Fito. "Syukurlah, seengganya lo udah tau dimana ibu lo. Dan lo sama beliau bisa melepas rindu sepuasnya" ucapan Fito barusan mengundang senyuman juga di wajah Arya. Dia benar-benar berhutang banyak kepada Fito, Arya tidak bisa membayangkan jika tidak ada Fito apakah mungkin Arya bisa menemukan keberadaan ibunya atau tidak.

"Thanks ya To, gue berhutang banyak sama lo"

"Santai lah... itu gunanya sahabat" jawab Fito diikuti dengan sebuah senyuman.

"Ohiya, ngomong-ngomong... tadi siang gue sempet mampir ke Cafe punya temen lo itu. Cafenya oke juga ya ternyata, gue kayanya bakal sering kesitu deh. Buat nongkrong ngopi biasa atau bahkan buat kerja, terlalu nyaman tempatnya" lanjut Fito lagi.

Arya yang akan menegak minuman panas tersebut langsung terhenti sejenak saat mendengar ucapan Fito. Sontak dirinya melirik Fito dan memberikan tatapan bingungnya, sadar akan maksud tatapan itu Fito langsung menanggapi kembali, "malah lupa dia. Itu loh, temen lo yang cewek. Yang pernah lo ceritain ke gue.. gausah pura-pura lupa ya lo, temen cewek cuman satu doang gausah belagu. Dan yang jelas gamungkin Tere" lanjut Fito lagi.

"Oh.. iya, tempatnya emang bagus.. pelayan-pelayannya juga ramah. Lo ketemu sama temen gue ga?" Saut Arya saat dirinya baru sadar kalau yang dimaksud oleh Fito adalah Valerie.

"Gue gatau muka temen lo kaya gimana.. kalau tau pun pasti gue udah sksd, lumayan kan.. kalau gue jual nama lo ntar dikasih diskon" celetuk Fito disertai cengiran.

"Miskin banget si lo! Gausah kaya orang susah minta diskonan segala. Gaji perbulan aja udah mau ratusan juta masih minta diskon"

"Realistis Ya, biaya hidup makin sini makin mahal" jawab Fito yang hanya ditanggapi dengan tawa oleh Arya.

"Tar yah.. gue ke toilet dulu" lanjut Fito lagi kemudian dia langsung keluar dari ruangan tersebut.

Menyisakan Arya sendirian yang kini tawanya langsung menghilang begitu saja dengan mudahnya.

Pikirannya saat ini kembali berkecamuk. Satu nama yang ada di benaknya saat ini cukup membuat dirinya pusing tujuh keliling jika terus memikirkannya.

Valerie.

Satu nama yang sempat mengganggu pikiran Arya selama beberapa hari sampai akhirnya Fito menyinggung soal keberadaan ibunya, barulah Arya sejenak melupakan Valerie.

Namu saat Fito kembali menyinggung Valerie barusan, Arya kembali memikirkan Valerie dan juga peristiwa hari itu.

Sebuah peristiwa yang cukup mengejutkan untuk Arya, dirinya sangat mudah menebak jika ayahnya memiliki hubungan dengan keluarganya Valerie. Atau lebih tepatnya ibunya Valerie.

Arya masih ingat jika Valerie tidak punya hubungan yang cukup baik dengan ibunya, begitupun juga dirinya dengan ayahnya. Dan melihat ayahnya yang secara tiba-tiba datang kerumah Valerie disaat ibunya baru saja datang, itu sudah terlihat dengan sangat jelas.

Bagaimanapun juga Arya tau kalau ayahnya tidak mungkin se random itu datang kerumah seorang perempuan yang usianya jauh lebih muda dari ayahnya.

Setidaknya Arya tau bagaimana selera wanita ayahnya itu.

Saat peristiwa itu terjadi, Arya sebenarnya tidak tau harus bersikap seperti apa kepada Valerie. Dirinya terlalu terkejut sampai akhirnya langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan sesuatu kepada Valerie.

Dalam hati, Arya merasa bersalah kepada Valerie. Karena menurut Arya, keberadaan ayahnya lah yang membuat hubungan Valerie dengan ibunya menjadi rusak. Lagipula siapa yang akan menerima jika orang terdekat kita akan menikah tetapi pada kenyataannya salah satu dari mereka masih berkeluarga.

Sampai seminggu sudah berlalu, perasaan bersalah itu masih ada. Arya sendiri tidak tau harus bersikap bagaimana jika nanti dirinya bertemu dengan Valerie baik disengaja maupun tidak. Dirinya terlalu malu untuk menampakkan wajahnya di depan Valerie, atau keluarganya yang lain.

--

Valerie menatap pantulan dirinya di cermin. Penampilan dirinya saat ini bisa dibilang cukup mengerikan karena kantung matanya yang menghitam juga sedikit tebal. Karena memang Valerie sulit untuk tidur, dirinya mendadak mengalami insomnia tepat saat kejadian hari itu.

Berhari-hari Valerie mengurung diri di kamar membuat dirinya tidak merasa baik juga. Justru sebaliknya, kejadian tersebut terus saja terbayang-bayang olehnya, rasa bersalah juga kembali menghantui dirinya. Belum lagi om, tante, Fanya dan juga Andrea yang terus khawatir dengan keadaan Valerie.

Tapi, saat ini.. Valerie mulai tersadar juga merasa kalau ini sudah sangat cukup, bayang-bayang wajah kekhawatiran dari keluarganya dan juga Andrea terus saja berputar di kepalanya. Sejenak Valerie menyesalkan sikapnya yang cenderung ke kanak-kanakan.

Valerie keluar dari kamar mandi dalam keadaan dirinya cukup segar. Walaupun kantung matanya masih hitam.

Dengan santai Valerie berjalan menyusuri tangga menuju lantai bawah, kemudian menghampiri om, tante dan juga Fanya yang sedang menyantap makan malamnya.

"Valerie?" Panggil om Farhan. Tante Sarah dan juga Fanya sontak langsung menolehkan kepalanya bersamaan dan sebuah senyuman tercetak di wajah mereka.

"Sini nak! Ayo kita makan sama-sama" ajak tante Sarah semangat. Karena bisa dibilang ini pertama kali beliau melihat Valerie mau keluar dari kamarnya.

Valerie hanya tersenyum kemudian dia menghampiri mereka dan mengambil posisi duduk di sebelah Fanya.

"Lauknya mau sama apa? Daging sapi? Atau ayam? Atau dua-duanya mau?" Valerie langsung tersenyum, terselip juga kekehan dari mulutnya melihat tante Sarah saat ini.

"Val ambil sendiri aja tan.." ujar Valerie.

"Makan yang banyak yah.." timpal tante Sarah lagi.

Setelahnya mereka pun melanjutkan santap malamnya dengan suasana yang kembali menghangat. Bahkan Fanya sampai tidak berhenti tersenyum selama dia makan.

"om.. tante.." panggil Valerie.

"Kenapa Val?" Bales om Farhan.

"Val besok mau balik kerja aja kayanya"

"Kamu yakin udah merasa baik? Kalau belum istirahat lagi aja Val.. jangan terlalu dipaksain" ucap tante Sarah kepada Valerie.

"Sebelumnya Val mau minta maaf, selama beberapa hari kebelakang sifat Val bikin om sama tante khawatir. Tapi sekarabg Val udah baik-baik aja. Dengan Val yang turun dan mau duduk disini, itu udah jadi tanda kalau Val baik" jawab Valerie dengan sangat tegas sambil tersenyum.

"Val, om gaakan maksa. Tapi kalau kamu emang udah ngerasa baik.. om bersyukur, karena om bisa ngeliat kamu seperti biasanya lagi" timpal om Farhan.

"Iya om.. Val mau balik kerja lagi juga bukan apa-apa, tapi Val gaenak sama yang lainnya om, tante. Udah terlalu lama Val ga nengok cafe"

"Yaudah.. tapi kamu jangan banyak pikirin hal-hal yang ga penting ya Val, tante beneran gamau kamu sampe stress" nasihat tante Sarah yang Valerie balas dengan anggukkan kepala.