Ketukan sebanyak dua kali Arya layangkan di pintu rumah ibunya. Arya kembali mengunjungi rumah ibunya, tapi tidak sendiri. Namun bersama dengan bi Yumi. Bukan tanpa alasan Arya mengajak bi Yumi kemari, karena bi Yumi dengan ibunya sangat dekat. Bisa dibilang bi Yumi adalah saksi bagaimana lika-likunya perjalanan keluarga Arya, bahkan saat Arya dipisahkan dengan ibunya bi Yumi sangat ingat dengan betul bagaiman kejadiannya.
Tapi, saat Arya mengatakan kepada bi Yumi kalau dirinya telah menemukan keberadaan ibynya, bi Yumi tidak percaya. Bahkan sampai mengira Arya berbohong, karena bi Yumi berspekulasi kalau ibunya Arya itu sudah meninggal dikarenakan tidak ada kabar sama sekali terkait dengan beliau.
Sampai akhirnya Arya memaksa bi Yumi untuk ikut dengannya mengunjungi kediaman ibunya Arya.
"Arya... kamu yakin ini rumah ibu kamu?" Tanya bi Yumi untuk keempat kalinya, dari mulai mereka masuk ke desanya sampai tiba di rumah, bi Yumi terus bertanya seperti itu.
Arya sendiri dengan sabar menganggukkan kepalanya dengan sangat mantap. Bermaksud menunjukkan kepada bi Yumi kalau dirinya tidak sedang bercanda.
"Kan udah Arya bilang bi... Arya kemaren lusa tu abis dari sini"
"Barangkali aja gitu kamu keliru" jawab bi Yumi yang tidak ditanggapi lagi oleh Arya.
Arya kembali mengetuk pintu, namun kali ini dirinya mengintip dari jendela. Apakah di dalam ada orang atau tidak walaupun tidak begitu jelas karena adanya tirai putih.
"Arya?" Satu suara muncul tiba-tiba dari arah belakang. Sontak Arya dan juga bi Yumi berbalik, yang terjadi setelahnya adalah bi Yumi kelewat terkejut sampai beliau terjatuh karena merasa tidak percaya akan kehadiran majikannya saat ini.
Arya dan juga ibunya dengan sigap membantu bi Yumi berdiri, Arya sendiri tidak bisa lagi menahan senyumannya melihat reaksi dari bi Yumi. Mata bi Yumi terus saja menatap ibunya dengan tatapan tidak percaya, tetapi diikuti dengan air mata yang tiba-tiba saja keluar.
"Bu Riska..." saut bi Yumi yang terisak. Sementara ibunya Arya tersenyum kemudian kedua wanita yang amat disayangi Arya saling berpelukan.
--
"Ya ampun bu Riska... ibu kemana aja bu? Saya khawatir banget sama ibu, saya kangen juga sama ibu.. saya ga berhenti-berhenti mikirin ibu" cicit bi Yumi yang masih menangis.
"Saya minta maaf ya bi.. saya juga mau berterima kasih sama bibi karena udah mau ngerawat Arya dengan tulus sampai Arya udah dewasa pun bibi masih mau ngurusin dia" bales ibuny Arya, mengindahkan pertanyaan bi Yumi barusan. Sama seperti saat Arya bertanya kepada beliau saat itu.
"Ibu sehat-sehat aja kan bu? Ibu makannya teratur? Gaada sakit kan bu?" Tanya bi Yumi bertubi-tubi.
"Engga bi.. saya sehat dan baik-baik aja"
Setelahnya, baik bi Yumi dan juga ibunya Arya saling bercerita satu sama lainnya. Walaupun yang lebih banyak berbicara jelas bi Yumi, bi Yumi banyak menceritakan Arya. Perkembangan Arya dari kecil sampai sekarang, tidak ada yang terlewatkan sedikitpun.
Ibunya Arya sendiri tidak merasa terganggu, justru beliau merasa antusias mendengar penuturan bi Yumi. Sementara untuk Arya yang mana dirinya saat ini sedang digibahin cuman senyum-senyum aja, sambil terus melafalkan doa dalam hatinya semoga aja bi Yumi ga keceplosan bilang kalau Arya suka bawa perempuan yang beda-beda untuk 'bermalam'.
"Arya juga sekarang udah hebat bu, dia udah punya rumah sendiri. Terus bibi ikut tinggal sama Arya sekarang" ujar bi Yumi yang dengan bangga sekali mengatakan hal tersebut. Tapi lain halnya dengan ibunya Arya, yang justru malah menatap Arya penuh tanya.
"Arya kan udah gede bun.. masa iya mau tinggal sama orang tua terus" jawab Arya asal.
"Kamu berantem sama ayah kamu?" Tanya ibunya, menghiraukan ucapan Arya barusan.
"Engga bunda.. Arya emang pengen tinggal sendiri aja"
"Atau kamu ga nyaman sama istri barunya?"tanya ibunya lagi. Namun kali ini berhasil membuat Arya langsung terdiam, dirinya merasa terpukul saat ibunya bertanya seperti itu. Berarti selama ini ibunya memang tau kehidupan ayahnya itu bagaimana, walaupun dalam keadaan terpisah.
"Arya.. kamu ga boleh gitu. Ibu emang ga ngelarang kamu untuk tinggal sendirian, tapi kan gaada salahnya juga kalau kamu masih tinggal sama ayah kamu, seengganya sampai kamu nikah"
"Bunda gatau apa yang Arya alamin di rumah itu" jawab Arya dengan nada bicara yang terkesan dingin. Seketika atmosfir di ruangan tersebut berubah jadi canggung- untuk bi Yumi. Bi Yumi pikir ini adalah batasan bagi dirinya, "permisi bu.. saya masakin buat makan malam yah?" Ucap bi Yumi kemudian segera beranjak menuju dapur tanpa menggu balasan dari ibunya Arya.
Selepas bi Yumi pergi, ibunya Arya menepuk sisi kosong di sebelahnya yang kemudian dituruti oleh Arya.
"Kayanya banyak yang harus kamu ceritain sama bunda" ujar beliau dengan nada yang sangat lembut.
"Bunda juga sama, bunda banyak rahasiain sesuatu dari Arya.. bunda pikir Arya gaakan tau? Gampang banget bun buat nebak, itu keliatan jelas" bales Arya dengan nada memohon. Dirinya merasa sudah cukup untuk menahan rasa penasarannya itu, dirinya benar-benar ingin tau apa yang sudah dialami oleh ibunya.
"Bunda bingung harus bilang dari mana, karena bunda sendiri udah banyak banget ngalamin banyak hal.. pada intinya kamu jangan benci sama ayah kamu Arya. Ayah kamu justru baik, sangat baik. Justru bunda bisa ada di sini, tinggal di rumah yang layak, itu semuanya dari ayah kamu. Bahkan ayah kamu juga masih nafkahin bunda nak..." ungkap ibunya Arya dengan serius.
"Tapi tetep aja bun.. ayah misahin Arya sama bunda. Dan cara ayah misahin kita tu bener-bener gabisa Arya terima bunda" sebuah gelengan kepala diberikan oleh ibunya Arya, beliau tersenyum lembut seraya mengusap lembut pipinya Arya. "Engga nak.. yang sebenernya bukan begitu"
Mendengar hal tersebut, Arya hanya bisa mengerutkan dahinya bingung. Dirinya tidak mengerti dengan ucapan ibunya barusan. "Maksud bunda apa?"
"Sebelumnya bunda minta maaf sama kamu, bunda gaada pikiran kalau hubungan kamu sama ayah kamu jadi rusak... itu semua gara-gara bunda.. bunda minta maaf"
"Bun.. gausah bertele-tele, cepet jelasin sama Arya, maksud bunda apa?"
"Saat itu, waktu ayah sama bunda lagi cekcok.. itu karena ayah kamu sebenernya nentang kepergian bunda yang tiba-tiba. Cuman bunda maksa, sampe akhirnya kita berdua cek-cok. Mungkin saat itu kamu masih kecil, jadi kamu belum ngerti sama situasinya, bi Yumi juga emang ngeliatnya cuman setengah-setengah.. tapi Arya, gaada yang misahin kamu sama bunda. Ayah kamu gaada sama sekali misahin kita sayang.. justru bunda yang ninggalin kamu"
"Ninggalin kamu sama Ayah kamu"