"Welcome Back mba Valerie!" Sorak semua pegawai cafe menyambut kedatangan Valerie dengan sangat gembira.
Bahkan mereka se niat itu sampai membuat banner bertuliskan 'welcome back our lovely boss' dan juga membuat kue yang spesial untuk merayakan kembalinya Valerie dari cuti resmi dan cuti dadakannya itu.
Mereka sengaja menyiapkan ini semua atas dasar rindu yang mereka rasakan kepada Valerie. Maka dari itu mereka sengaja menyiapkan segalanya dari jauh-jauh hari.
Sementara itu Valerie yang mendapat surprise sederhana dari para anak ayamnya ini tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya. Senyuman di wajah cantinnya tak luntur-luntur, dirinya merasa tersentuh dengan usaha mereka dan juga merasa hangat karena rasanya seperti berkumpul kembali bersama keluarga setelah sekian lamanya.
"Kalian tau dari mana deh kalau saya hari ini masuk kerja lagi?" Tanya Valerie saat dirinya selesai meniup lilin.
"Sebenernya sih kita udah nyiapin ini dari lama mba. Soalnya kita kita pengen aja gitu bikin kejutan pas mba balik lagi ke cafe.." jawab Rayno yang dibales dengan anggukkan setuju dari yang lainnya.
"Terus om Farhan tadi malem ngasih tau Zidan kalau mba mau balik. Jadi Zidan langsung ngabarin Kevin, Lusi sama Rayno buat bantuin bikin kuenya" timpal Zidan
"Makasih ya... saya jadi gaenak harus ngerepotin kalian kaya gini"
"Apasih mba... kapan mba ngerepotin kita? Justru kita tu sayang banget sama mba Valerie, banget! Banget!" Ucap Ayu dengan dengan semangat, mengundang kekehan dari yang lain.
Valerie menolehkan kepalanya ke samping, menatap om Farhan dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. "Makasih ya om.."
"Makasih apa, om ga ngelakuin apa-apa ko"
--
Valerie menjalankan aktivitasnya di cafe seperti biasanya. Senyuman ramah yang selalu dia berikan kepada setiap pelanggan yang datang, juga pelayanannya yang tidak pernah minus, pergerakannya yang cepat, semuanya dia lakukan dengan sangat baik seperti biasanya.
Dalam hati di sela-sela kegiatannya, Valerie berpikir jika dirinya memang harus menyibukkan diri. Karena sudah terbiasa produktif jadi ketika Valerie tidak melakukan sesuatu, dirinya akan cepat stres. Seperti kemarin saja contohnya.
Dirinya merasa keputusannya untuk bekerja kembali adalah pilihan yang tepat.
Klining
"Welcome to the Jungle!" Bukan. Slogan tersebut bukan diucapkan oleh Ayu, Rani ataupun Valerie. Melainkan Andrea, dirinya mengatakan slogan cafe dengan sangat lantang dan juga bersemangat. Mengundang tawa dari beberapa pengunjung cafe atau juga tatapan aneh dari sisanya, tetapi Ayu, Rani dan juga Valerie hanya tersenyum melihat tingkah Andrea yang memang selalu seperti itu.
"Bentar ya mas, mba Valerie lagi sibuk sama pelanggan. Ayu bikinin dulu pesanan mas ya.." ucap Ayu yang dibales dengan anggukkan kepala oleh Andrea.
"Yu!" Panggil Andrea. "Kenapa mas?"
"Jangan lupa kopinya ya.."ingat Andrea yang langsung membuat Ayu menganggukkan kepalanya mantap.
Tak lama setelahnya Valerie datang sambil menaruh nampan di atas meja lalu dirinya duduk di samping Andrea.
Valerie tersenyum lebar saat matanya dengan mata Andrea bertemu, senyuman tersebut juga seakan menular kepada Andrea. Sehingga dirinya juga ikut tersenyum. "Gini ke dari kemaren-kemaren.. kan enak diliatnya. Daripada ngerem terus di kamar, bertelor apa lo?" Celetuk Andrea mengundang kekehan dari mulut Valerie.
"Gue ngerasa baik banget Ndre, gue jadi nyesel kenapa ga dari waktu itu aja gue balik kerja lagi.. jadinya kan gue ga banyak mikir ini-itu"
"Ya... lo nya sendiri juga emang batu kan? Dikasih tau, malah balik diem. Ga nurut sama sekali"
"Ya maaf.. namanya juga orang lagi kalut" ucap Valerie pembelaan diri.
"Tapi Val.. kalau gue ngungkit sesuatu, kira-kira lo bakal... keganggu lagi ga?"
"Maksudnya?"
"Iya.. kaya misalkan gue nyinggung... mas Arya misal" Valerie sempat terdiam beberapa saat, kemudian dirinya kembali tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "Kenapa? ada apa sama dia?"
"Lo yakin gamasalah kalau gue bahas?"
"I'm ok Ndre.. gue beneran udah baik-baik aja"
"Jadi, tadikan biasa.. agenda rutin kantor gue meeting sama kantor dia. Yang jelas, selama meeting tadi mata gue gapernah lepas dari mas Arya, soalnya dia dari pas ketemu gue mukanya tu kaya sendu banget Val. Cuman emang gue gaberani nanya, pas ketemu pun gue bahas yang lain. Mencoba biasa dan berlagak tidak tau apa-apa" jelas Andrea.
"Lalu?"
"Lalu... pas tadi mau pulang, dia nyamperin gue. Dan tiba-tiba aja dia nanyain kabar lo"
"Oya? Nanya gimana?"
"Ya gitu, dia bilang aja kaya.. 'mas, kabar Valerie gimana? Dia baik-baik aja?' Ya gue mah iya-iya aja.. gamungkin kan gue bilang kalau lo sempet ngerem di kamar selama seminggu. Cuman ya gitu, dia nanya pun kaya ragu" ujar Andrea yang membuat Valerie menatap kosong di depannya. Sontak Andrea langsung menyenggol lengan Valerie cukup kencang saat dirinya melihat Valerie kembali bengong seperti beberapa waktu ke belakang.
"Kan.. kan... jangan mulai deh Val"
"Iyaa maaf. Kelepasan gue"
"Kayanya kalian emang beneran harus ketemu deh. Dan kalian harus ngobrol soal ini, jujur.. lo sama mas Arya emang baru kenal dan kedekatan kalian pun masih terbilang biasa aja. Tapi, punya hubungan yang canggung dengan orang yang kita kenal itu gaenak Val.." saran Andrea, tetapi Valerie tidak langsung memberikan tanggapannya. Dirinya terdiam seakan-akan menimbang-nimbang saran dari Andrea barusan.
"Mumpung belum terlalu lama untuk kalian bahas. Siapa tau dengan lo ketemu dan bicarain masalah ini sama mas Arya bisa bantu diri lo sendiri juga.." lanjut Andrea lagi.
"Gue bingung harus memulainya gimana Ndre, gue terlalu... takut?"
"Ngapain takut sih? Gausah takut lah..."
"Masalahnya kalau gue sendiri si oke, gue ayo-ayo aja. Tapi Arya? Dia belum tentu mau ketemu sama gue"
"Terus lo mau dateng ke tempatnya tiba-tiba? Mau surprise gitu? Yakali Val, yang begini-begini jangan suka dibikin kejutan.."
Valerie kembali terdiam. Mendadak pikirannya kembali berkecamuk, Valerie lagi-lagi memikirkan beberapa hal yang sebenarnya belum terjadi tetapi sudah dipikirkan olehnya. Valerie si overthinking kembali muncul.
"Val, kalau lo bengong lagi.. gue sembur pake air ya"
"Yaudah iya.. gue hubungin dia duluan"
--
Valerie terus saja menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong, dirinya terus seperti itu selama hampir 10 menit. Dirinya masih merasa takut dan juga ragu untuk menghubungi Arya walaupun sisi lain dalam dirinya terus mendorong untuk cepat menghubungi laki-laki itu
Hingga beberapa menit setelahnya Valerie sudah meyakinkan dan memantapkan hatinya. Dirinya menghela nafas panjang kemudian menekan kontak Arya lalu ditekannya lagi dial call.
Tidak butuh waktu lama menunggu panggilannya dijawab, sebuah suara yang cukup berat terdengar di sebrang sana.
'Halo, Valerie?'