Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 35 - Thirty Five

Chapter 35 - Thirty Five

Aku benar-benar kehabisan kata-kata melihat Anya sekarang. Saat di jalan tadi Anya bilang pengen mampir ke mall, dan aku langsung mengiyahkan keinginannya tersebut. Arya sempat protes pada awalnya karena dia gamau ngeliat Anya kelayapan masih pake seragam, tapi aku langsung aja ngebelain Anya dan dua lawan satu jadi Arya kalah.

Saat di mall, restoran menjadi tempat yang pertama dikunjungin karena Anya bilang kalau dia lapar. Aku sendiri cuman iya-iya aja karena sejujurnya aku masih shock karena kejadian tadi waktu di Sekolahnya Anya.

Yang membuat aku jadi kehilangan kata-kata itu adalah, Anya sekarang ini keliatan biasa aja. Dia makan dengan sangat lahap bahkan senyuman di wajahnya tidak pernah luntur, seakan kalau kejadian barusan bukan masalah yang besar buat dia.

Aku berani bertaruh kalau Anya pasti pernah mengalami kejadian yang lebih dari barusan.

"Ka Val mau ngaca? Muka kakak lucu banget tau sekarang" ucap Anya sambil ketawa-ketawa. Mukanya sekarang ini beneran kaya gaada beban sama sekali.

Dan aku milih untuk diam sambil menatap Anya ngeri, aku gatau isi hati dia sekarang ini apa, tapi ngeliat dia senyam-senyum beneran bikin aku ngeri.

"Ka Val kenapasih?" Lanjutnya lagi.

Aku menghela nafas panjang seraya memejamkan mataku erat, kemudian aku menatap Anya lurus. "Kamu kalau mau sedih gapapa ko Nya.." ucapanku barusan hanya mendapat respon kebingungan dari Anya.

"Kamu pasti tau maksud kakak apa.." lanjutku lagi.

"Engga, Anya ga ngerti. Emang ini ka Val ngebahas apa?" Tanyanya dengan nada bicara yang cukup polos.

"Nya, kakak jujur ya sama kamu. Kakak tu pernah juga ngerasain apa yang kamu rasain sekarang.. tapi itu udah lama banget jadi kakak udah cukup terobati sama kejadian itu, tapi kamu? Sekarang? Kakak boleh untuk ngerasain cape atau mengeluhkan sesuatu"

Anya langsung tersenyum saat aku menyelesaikan ucapanku barusan. Senyumannya pun sangat berbeda dari yang sebelumnya, "Nya..." panggilku lagi dengan hati-hati.

"Kakak pasti kaget ya?" Ujar Anya tidak menjawab ucapanku barusan.

"Iya.. walaupun emang ga se kaget itu tapi tetep aja" jawabku apa adanya, kekehan pun keluar begitu saja dari mulutnya Anya.

"Pokonya aku gapapa ka, aku udah keluarin semua keluh kesah aku sama kakak kemarin. Dan setelah aku curhat sama kakak, aku ngerasa jauh lebih baik. Untuk yang tadi aku minta maaf ya kak, kakak jadi harus denger apa yang harusnya ga kakak denger"

"Kamu anak paling hebat yang pernah kakak temuin Nya"

--

Setelah dari restoran, Anya kembali mengajakku untuk mampir ke toko-toko lainnya. Entah untuk sekedar liat-liat atau Anya beneran mau belanja.

"Ka, bagus yang mana? Yang kanan atau kiri?" Tanya Anya sambil menunjukkan dua baju dengan model yang sama tapi berbeda warna di kedua tangannya.

"Kakak pilih yang kanan, warnanya lebih cocok sama kamu Nya.. lebih soft gitu" jawabku dan respon Anya juga langsung tersenyum diikuti anggukkan kepalanya sambil menaruh kembali baju yang tidak dipilih olehku.

"Kakak ga belanja?" Tanya Anya yang aku bales dengan gelengan kepala. "Baju-baju kakak tu banyak tapi jarang dipake, sayang jadinya kalau terus beli baju"

"Anya"

Aku dan juga Anya mendengar sebuah suara yang memanggil nama Anya sontak langsung menolehkan kepala berbarengan.

Tidak jauh dari tempat kita berdua berdiri ada seorang wanita dengan tampilan yang sangat berkelas. Tidak menor tapi siapapun akan tau kalau yang dipakai oleh wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki adalah barang-barang branded semua.

Aku yang tidak tahu menau wanita itu siapa hanya melirik ke arah Anya yang terlihat biasa saja menatap wanita itu. "Ka Alana?" Ucap Anya setelahnya.

Ingatanku akan nama Alana yang disebut sama Anya barusan langsung muncul tiba-tiba. Aku cukup terpukau melihat kakak perempuannya Anya ini, sangat cantik dan juga elegan.

Aku jadi penasaran bagaimana paras dari kedua orang tua mereka, karena baik Arya, Anya atau Alana ini tidak ada satupun yang visualnya mengecewakan.

"Kamu kesini sama siapa? Kenapa masih pake seragam?" Cerca Alana seraya mendekat ke arah kami berdua.

"Oh.. ini, Anya kesini sama ka Valerie. Ka Val, ini ka Alana, kakak perempuan aku" ucap Anya memperkenalkan aku kepada kakaknya.

Akupun langsung mengulurkan tangan yang dibalas dengan Alana. "Valerie"

"Anya" jawabnya singkat.

Setelah jabatan tangan kita terlepas, Alana kembali menatap Anya lurus. "Pertanyaan kakak belum dijawab Anya"

"Anya emang sengaja langsung ke sini. Waktu pas dijemput sama ka Arya, Anya minta di drop di mall. dan Ka Valerie mau nemenin Anya.. kalau harus pulang dulu nanti jauh lagi ka" jawab Anya dengan tenang.

"Apa? Kamu dijemput... sama Arya? Dia juga?" Ujar Alana sembari menunjuk ke arahku.

"Ka Valerie emang temennya ka Arya" jawab Anya dan entah kenapa Alana terlihat sangat terkejut.

Sama denganku, Anya sedikit kebingungan dengan respon yang diberikan oleh Alana. Kalau aku sendiri menganggapnya sedikit berlebihan, karena tidak ada yang spesial dan seharusnya pun tidak perlu sampai terkejut begitu.

"Eum.. bisa kita ngobrol?" cicit Alana, tapi kali ini ditujukan kepadaku.

Aku sempet kikuk sendiri karena merasa ajakannya terlalu tiba-tiba, "eum.. ada apa ya kalau boleh tau?"

"Gapapa, saya pengen ngobrol aja sama kamu" ujarnya lagi.

"Boleh.." jawabku terkesan kagok. Karena sejujurnya aku sedikit ragu untuk mengiyahkan, tapi aku juga tidak mungkin langsung menolak.

"Ka.. Anya gamau belanja sendirian, Anya pengen di temenin dulu sama ka Valerie" timpal Anya dengan nada merengek.

"Yaudah, saya tunggu di coffee shop yang deket pintu masuk ya. Kamu boleh temenin dulu adik saya belanja" Alana langsung pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dariku.

"Ka Alana orangnya emang begitu ka, maklumin aja.. tapi dia orangnya baik ko sebenernya" ucap Anya tiba-tiba.

"Hah? Gitu gimana Nya?"

"Iya.. keliatannya kaya sombong gitukan? Kesan pertama kalau ketemu sama ka Alana pasti begitu. Aku juga waktu pertama kali ketemu sama dia takut.." jawab Anya.

"Kamu sama dia ketemu pas udah gede?" Tanyaku agak kaget.

"Iya.. ka Alana tu tinggal di luar negeri, aku ketemu sama dia waktu pas liburan keluarga.. ka Alana nyusul gitu, aku sempet bingung sih dia siapa. Cuman waktu pas ayah bilang kalau dia kakak aku, yaudah aku cuman iya-iya aja" jelas Anya dan aku cuman nganggukin kepala sebagai jawabannya.

"Tapi ka..." lanjut Anya lagi.

"Kenapa?"

"Kalau seandainya nanti ka Alana ngomong yang aneh-aneh, jangan di denger ya ka. Anggep aja angin"

"Emangny bakal ngomong apa? Aneh-aneh tu gimana maksudnya?"

"Nanti juga tau ko"