"Tempat baru kamu nyaman banget ya kayanya? Sampe-sampe gapernah lagi mampir ke rumah.."
sontak Arya langsung tersenyum saat mendengar ucapan bi Yumi, dirinya meraih segelas kopi yang baru saja di hidangkan oleh bi Yumi kemudian menyeruputnya. Arya benar-benar rindu kopi bikinan bi Yumi..
"Bibi pasti kangen ya sama Arya? Yakan?" Ucap Arya dengan percaya diri.
"Ngapain bibi kangen sama anak nakal kaya kamu?"
"Bibi suka gitu deh... gengsi banget mau ngakuin" goda Arya kepada bi Yumi yang memang menjadi salah satu kebiasaannya. Untuk Arya, menggoda bi Yumi adalah hiburan tersendiri baginya. Arya juga pantang menyerah sebelum pukulan melayang dari bi Yumi.
"Tapi Arya... bibi benaran serius, maksud bibi tu ada untungnya kamu gapernah kesini" ekspresi Arya sebelumnya menampilkan senyuman jahilnya langsung berubah saat bi Yumi mengubah nada bicaranya menjadi serius.
"Alana terus dateng ke sini setiap hari. Dan dia selalu nanyain apartement kamu dimana, coba kalau kamu suka mampir terus ketemu sama dia? Mati berdiri kayanya bibi" jelas bi Yumi dan Arya sudah tau kalau hal tersebut akan terjadi.
"Tapi gaada yang ngasih tau kan bi Arya tinggal dimana?"
"Engga, lagipula mereka gaada yang tau juga. Cuman bibi yang tau"
"Makasih ya bi.." bales Arya tetapi dengan nada yang gusar. Tangan bi Yumi terulur untuk mengusap surai Arya dengan lembut, "kamu berantem lagi sama dia?" Tanya bi Yumi dan Arya menganggukkan kepalanya.
"Pertama, dia nyindir-nyindir Arya terus soal Apartement. Dan biasa.. dia sirik sama Anya karena Arya cuman baik dan ngajakin Anya nginep. Kedua, dia berulah karena ngatain temen Arya bi. Arya kesel banget, sampe bingung mau gimana lagi ngadepin dia" curhat Arya.
"Kenapa kamu ga minta tolong ayahmu untuk pulangin dia? Kaya dulu.."
"Kayanya Ayah lagi kangen sama Alana, makanya ayah biarin Alana tinggal dirumahnya dan ngebiarin Alana disini semaunya dia"
"Yasudah... kamu maklumi aja, lagipula juga dia emang begitu mau gimana lagi? Yang penting dia jangan sampe bertingkah kaya dulu lagi.."
"Iyaa bi"
--
"Ka Val serius mau pulang sekarang? Kenapa ga nanti aja sih?" saut Anya sambil cemberut.
Valerie yang tengah merapihkan baju-bajunya terhenti sejenak untuk melihat Anya, dirinya langsung tersenyum kemudian tangannya terulur untuk mengusak rambut Anya gemas. "Kakak kan punya keluarga juga Anya... gamungkin dong kakak tinggalin, lagian ini juga bukan apartement kakak. Kakak juga ga enak kalau harus lama-lama tinggal disini"
"Tapikan ka Andrea juga ga masalah..."
"Iya.. tapikan kakak tetep gaenak cantik.."
"Yaudah deh, kalo gitu Anya mau pulang juga kerumah. Percuma Anya disini juga kalau ka Valerie gaada" balesnya yang masih menunjukkan ekspresi cemberut.
"Nanti kapan-kapan kakak ajak main kerumah kakak ya.. Fanya juga tinggal sama kakak ko"
"Beneran ka?!" Tanya Anya dengan sumringah, Valerie juga menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Asik! Akutu seneng banget tau ka bisa kenal sama Fanya.. aku sama dia tu nyambung banget kalau ngobrol"
"Syukur deh kalau gitu.. semoga kalian bisa jadi sahabat ya.."
Tepat setelah Valerie selesai berbicara, pintu apartement milik Andrea terbuka. Muncul Andrea disana sementara ada Arya di belakangnya mengekori Andrea.
"Beres Val?" Tanya Andrea yang dibales dengan anggukkan kepala oleh Valerie.
"Halo Valerie, apa kabar?" Tanya Arya sedikit canggung.
"Baik.." jawab Valerie sambil tersenyum geli, mendengar Arya mengucapkan kalimat tersebut dengan sangat canggung cukup lucu bagi Valerie.
"Valerie..." panggil Arya.
"Ya?"
"Saya udah bilang sama mas Andrea, kalau saya mau nganterin kamu pulang. Sekalian ada yang mau saya bicarain sama kamu" bales Arya.
Baru Valerie ingin membalas, Anya sudah menyambar lebih dulu heboh. "Anya ikut! Anya ikut! Ya ka yaa... Anya mau ikut"
"Engga. Kakak sekalian mau ngobrol sama Valerie Anya, dan ini pembahasannya untuk orang dewasa" tolak Arya dengan tegas. Tentu saja hal tersebut membuat Anya balik cemberut.
"Besok kakak jemput kamu di Sekolah, teru nanti main kerumah kakak. Gimana?" timpal Valerie dengan maksud menghibur Anya, walaupun Anya menganggukkan kepalanya tapi dia masih menunjukkan ekspresi murungnya.
"Anya.. kakak gasuka ya kamu kaya gini."
"Iya.. iya... kakak bawel banget sih!"
"Yaudah kalau gitu, Valerie.. ayo kita jalan"
--
"Jadi... kamu mau ngobrolin apa?" Tembak Valerie langsung saat mereka berdua sudah masuk ke dalam mobilnya Arya.
"Sabar Valerie.. saya tarik nafas dulu" bales Arya sambil terkekeh, setelahnya dia menyalakan mobilnya kemudian menancapkan gas meninggalkan gedung apartement.
"Sebenernya saya yakin kalau kamu gamau bahas soal ini, tapi buat saya perlu. Karena jujur aja saya terus kepikiran kamu Valerie" ucap Arya tiba-tiba sambil melirik ke arah Valerie lalu kembali fokus pada jalanan.
"Kenapa?"
"Soal Alana..."
"Ya ampun, Arya-"
"No Val.. saya bener-bener harus mastiin kalau kamu udah baik-baik aja. Karena saya udah tau apa yang Alana bilang ke kamu, jujur aja saya waktu denger bener-bener kesel sama dia. Dan saya merasa bersalah sama kamu"
Valerie tersenyum simpul mendengarnya, dia jadi yakin kalau hubungan Arya dengan Alana memang seburuk itu.
"Arya.. sebenernya saya udah gamau peduliin soal itu, walaupun ya memang kata-kata Alana bener-bener ngerendahin saya banget. Tapi beneran.. kamu gaperlu merasa bersalah akan itu, dan biarin aja semuanya berlalu.."
"Tapi..." lanjut Valerie lagi. "Kenapa Alana se gasuka itu sama saya?"
sontak Arya menghela nafasnya, genggamannya pada kemudi pun mengerat. Valerie bisa melihat itu, lalu dengan reflek Valerie mengusap pundak Arya.
"Kalau kamu gabisa jawab karena itu privasi gapapa, saya bisa ngerti"
"Engga Valerie.. cuman kalau saya inget soal itu bikin saya agak gusar. Tapi mungkin saya bisa kasih tau kamu, kamu bisa saya percaya bukan?"
"Sebenernya saya takut, tapi kalau kamu emang udah se percaya itu sama saya.. saya usahakan bisa amanah mungkin" Arya tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Tepat saat lampu merah, Arya mengalihkan pandangannya menatap Valerie.
"Saya gatau reaksi kamu bakal gimana. Tapi saya harap kamu jangan se heboh itu"
"Emang kenapa?"
"Saya sama Alana itu beda ibu Valerie. Dan saya sama Alana itu ketemu pas kita udah gede, tapi posisinya kita sama-sama gatau kalau kita itu adik-kakak. Saya ketemu sama Alana waktu saya masih SMA, kita satu Sekolah dulu..." cerita Arya.
"Iya, lalu?"
Arya kembali menunjukkan senyumannya, tapi Valerie bisa ngeliat kalau senyuman itu menyiratkan rasa sakit dan juga pahit yang amat teramat sangat, jujur saja dalam hati Valerie sangat penasaran. Padahal sebelumnya dia merasa takut jika harus menyimpan rahasia orang lain lagi.
"Saya suka sama Alana Valerie.. kita berdua sempet saling jatuh cinta"
"Hah?!"