Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 41 - Fourty One

Chapter 41 - Fourty One

"Hah?!"

Arya sudah menduga reaksi dari Valerie akan seperti itu. Maka dari itu dia hanya tersenyum melihatnya.

"Ko... bisa?" Lanjut Valerie lagi yang masih menunjukkan keterkejutannya.

"Seperti yang saya bilang barusan Valerie, saya sama Alana itu ketemu waktu kita udah gede. Jadi kita gapernah tau kalau ayah kita itu sama.. sampai akhirnya saya tau kalau ayah saya nikah lagi dan Alana adalah adik saya, disitu saya langsung tertarik lagi ke kenyataan. Sementara Alana engga" jawab Arya yang masih membuat Valerie terkejut.

"Dia gaterima kalau saya sama dia itu adik-kakak. Bisa dibilang dia menggila waktu itu, dan dia beneran bersumpah gaakan biarin siapapun deket-deket sama saya, dan itu sangat mengganggu buat saya sendiri. Maka dari itu saya jujur sama ayah saya soal kita berdua, dan saya minta Alana dijauhkan dari saya. Jadi, sampe sekarang.. Alana itu masih terobsesi sama saya, dia gapeduli kalau sukanya dia ke saya itu terlarang." Cerita Arya lagi dengan nada yang cukup tenang.

"Tapi kamu pernah punya pacar? Maksudnya ya menjalin hubungan setelah kejadian itu" tanya Valerie yang mulai stabil dengan kesadarannya.

"Kalau maksud kamu saling mengikatkan diri dengan status engga. Saya gapernah pacaran karena sejujurnya saya trauma Valerie.. waktu saya jatuh cinta sama Alana, disitu perasaan saya beneran se tulus dan se cinta itu sama dia. Layaknya seseorang yang lagi kasmaran pada umumnya, tapi saat saya tau kalau dia adik saya.. disitu saya tertampar sekali dan saya paham kenapa temen-temen saya dulu bilang kalau patah hati itu menyakitkan. Karena memang bener, se menyakitkan itu. Saya gamau lagi merasakan hal itu Valerie, sudah cukup saya dikhianati dengan kenyataan."

spontan Valerie menatap Arya dengan tatapan yang sedih, dia terkejut tapi rasa sedih yang menjurus kasihan lebih dominan kepada Arya. Valerie saat ini merasa seperti mendengar adegan film yang benar-benar terjadi di dunia nyata, menyakitkan.

"Jadiya... begitulah Valerie. Saya harap kamu bisa memaafkan Alana dan memaklumi semuanya"

"Saya minta maaf Arya, karena saya nanya kaya gitu malah jadi bikin kamu harus cerita hal menyakitkan kaya gini. Padahal udah jelas-jelas ini privasi banget buat kamu"

"kamu temen saya juga Valerie, dan saya percaya sama kamu. Saya orangnya gasuka nyimpen sesuatu yang sekiranya bakal ngebenanin hidup saya sendiri. Saya punya sahabat, nama dia Fito. Dia tau soal ini karena saya percaya sama dia, dan setelah Fito.. orang yang saya percaya juga adalah kamu Valerie"

--

"Itu, rumah saya yang pager-item" Valerie sedikit menjeda kalimatnya saat dirinya tengah kebingungan karena di depan rumahnya banyak orang berkerumun.

"Dirumah kamu lagi ngadain acara?" Tanya Arya yang dibales gelengan kepala oleh Valerie.

"Engga, dirumah saya cuman ada om sama tante saya. Mereka baru pindah kesini, jadi gakenal sama tetangga sekitar"

"Terus itu ada apa?" Tanya Arya lagi.

"Gatau.."

Arya kembali menancapkan gas mobilnya sampai ke depan rumah Valerie. Tentu kedatangan mobilnya Arya mengundang tatapan dari warga sekitar.

Saat Valerie turun dari mobil, seketika raut wajah kelegaan muncul dari mereka semua. Tentu saja itu kembali membuat Valerie semakin bingung.

"Akhirnya kamu pulang juga Valerie" ucap salah satu ibu-ibu disana, beliau menghampiri Valerie dengan muka gelisah.

"Ada apa ya bu?"

"Itu Valerie.. om sama tante kamu ribut sama ibu-ibu, gatau siapa. Hampir aja mau dilaporin polisi kalau ga buru-buru dipisah sama mamanya Alin" bales ibu-ibunya lagi.

"Yaudah bu, kalau gitu Valerie permisi mau masuk dulu ke dalem" pamit Valerie kemudian dia segera masuk ke dalam rumahnya diikuti oleh Arya di belakangnya.

Saat Valeriw masuk, dirinya terkejut saat disuguhkan pemandangan tante Sarah yang tengah menangis, om Farhan juga ada ibu dan pak RT. Namun yang membuatnya terkejut adalah muka tante Sarah yang lebam, sontak Valerie langsung menghampiri tantenya lalu bersimpuh di hadapan beliau.

"Tante, tante kenapa? Siapa yang mukulin tante?" Cerca Valerie khawatir.

"Ibu kamu Val" jawab ibu RT pelan, tapi masih bisa didengar oleh Valerie.

"Maksudnya, perempuan itu dateng ke rumah ini? Iya om, tante?" ucap Valerie mengulang ucapan bu RT, om Farhan juga tante Sarah hanya menganggukkan kepala menjawab ucapan Valerie. Melihat itu Valerie langsung menghela nafasnya panjang sambil memijit pelipisnya.

"Dia ngapain? Dia ngapain dateng kesini?" Tanya Valerie lagi dengan emosi yang tertahan.

"Val.. mending kamu tenang dulu, nanti kita bicarakan lagi kalau tante kamu udah tenang ya.." ujar pak RT menenangkan Valerie, karena jika pembahasan ini terus berlanjut akan dipastikan emosi Valerie akan meledak.

--

Valerie hanya bisa memejamkan matanya sambil terus memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut. Pasti, jika pembahasannya sudah membicarakan soal ibunya rasa sakit di kepala akan keluar begitu saja.

Untuk saat ini dirinya bena-benar merasa kalau ibunya sudah kelewatan. Menggunakan tangan tapi dalam posisi dirinya yang salah sangat membuat Valerie kesal, dirinya tidak terima saat tante Sarah harus mendapatkan kekerasan dari ibunya, padahal tante Sarah mengatakan hal yang sebenarnya.

"Valerie harus cari perempuan itu, dia bener-bener kelewatan kali ini. Valerie ga bisa diem aja" ucapnya kemudian.

"Udah Val.. ibu mu gaakan pernah bisa dilawan. Dia terlalu keras kepala dan dia pasti akan mengusahakan apapun untuk tetap terlihat benar" bales om Farhan.

"Tapi om-"

"Valerie, dengerin om... tadi juga tantemu terlalu kepancing emosinya, makanya perkelahian itu terjadi. Dan itu bukan sikap yang seharusnya tante kamu tunjukkan, menghadapi ibu kamu itu perlu tenang. Karena kalau tidak ya akan seperti ini akhirnya" lanjut omnya lagi.

"Terus kita harus gimana om? Perempuan itutu emang beneran harus dikasih pelajaran, karena dia gaakan pernah kapok, dia bakal terus dateng ke sini"

"Satu-satunya cara, kita cukup diam dan mengabaikan.. seharusnya tadi tante kamu emang ga ngebukain dia pintu, tapi karena terpancing emosi jadinya tante kamu bukain pintunya"

"Udah, sekarang kamu tenang.. dan kita bahas ini nanti. Kamu temenin temanmu aja dulu, kasian dia.." ucapan om Farhan membuat Valerie menepuk jidatnya kemudian menatap Arya dengan tatapan bersalah.

Dia lupa kalau Arya ada di sini.

--

"Arya.. saya minta maaf kalau kamu harus denger apa yang seharusnya ga kamu denger" ucap Valerie yang sedang mengantarkan Arya ke depan.

"Gapapa, saya ngerti ko. Tapi Val, saya emang gatau masalah kamu apa.. cuman, sebisa mungkin kamu jangan gampang tersulut emosi ya.." ucap Arya yang dibales dengan anggukkan kepala oleh Valerie.

"Iya.. saya usahain. Ngomong-ngomong Arya.."

"Ya?"

"Jangan cerita soal ini ke Andrea ya.. cukup kamu aja yang tau" Arya hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, setelahnya Arya pun segera memasuki mobilnya.

"Valerie.." sebuah suara mengintrupsi Valerie. Dirinya sontak langsung menoleh kan kepalanya, namun ekspresinya kembali berubah saat dirinya melihat seseorang yang tidak diharapkan untuk datang lagi ke rumahnya berdiri tidak jauh dari posisinya Valerie saat ini.

Tapi, raut wajah kekesalan Valerie langsung berubah begitu saja menjadi keterkejutan saat dirinya mendengar suara Arya.

"Ayah? Ngapain disini?"