Chereads / L O V E Me. [on going] / Chapter 5 - 04. LOVE Me, [kesalahan yang terulang lagi]

Chapter 5 - 04. LOVE Me, [kesalahan yang terulang lagi]

Sejak malam itu, Ulliiyy sakit setelah sampai dirumah. Sudah pasti sang Ibu merasa cemas mengapa sang Anak pulang dengan keadaan basah kuyub begitu. Hati Ibu mana yang tidak terluka dan sedih jika anaknya seperti itu.

Arin, mencoba bertanya ke Anaknya dan hanya dijawab biasa saja. Yang katanya tidak ada apa-apa. Arin bisa apa? Selaian diam. Mau bertindak juga tidak bisa. Kondisinya sekarang yang harus menjadi penghalang. Andai saja dulu ia tidak ceroboh. Tapi inilah hidup, yang harus Arin jalani dimasa Tuanya.

Sudah waktunya makan siang, Arin mencoba membawakan beberapa makanan untuk putrinya yang terbaring lemah diatas ranjang. "Nduk, ayo dimakan dulu. Baru ngombe obatte. " ucap Arin menyuruh Ulliiyy untuk makan dan meminum obat.

Mendengar itu Ulliiyy bangun dengan tubuh lemas. Mengambil piring yang dibawa sang Ibu untuknya. Satu suap, terasa dilidah pahit. Dua suap, Ulliiyy rasanya mau muntah dan ke tiga suap Ulliiyy merasa tidak sanggup lagi untuk melanjutkan makan. Akhirnya Ulliiyy memilih minum obat saja dan langsung beristirahat. Tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada sang Ibu.

"Maafin Ulliiyy ya Bu. Disaat seperti ini malah sakit dan buat Ibu sedih akan Ulliiyy. " kata Ulliiyy. "Dan terimakasih sudah merawat Ulliiyy. " ucapnya.

"Iku wes tugas ibu Ndok. Wes, istirahat ae. Ibu tak minta Ara bantu-bantu disini." Arin mendorong roda , menuju pintu. Segera memanggil Ara, keponakan Ulliiyy. Anak terakhirnya kakak iparnya, kak ida.

Andai saja kecerobohan yang dialami nya akan berdampak sepeřti ini sudah pasti dia tidak akan memilih untuk pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyub. Karena terbawa suasana, membuat nya harus memilih ego.

Ulliiyy menatap keadaan diluar sana, cuaca akhir-akhir ini mendung kadang hujan walau tidak deras. Kondisi nya untuk saat ini membuat beban jatuh kepada sang Ibu. Padahal ia sudah berjanji tidak akan merepotkan sang Ibu lagi.

"Maafin Ulliiyy bu. Harus bodoh dalam hal seperti ini." Rasa pusing menjalar disetiap kepala, panas dingin juga terasa ditubuhnya. Tidak ada tenaga buat apa-apa. Jika beranjak dan jalan dari atas ranjang rasanya dunia seperti bergoyang. Pada akhirnya ia hanya bisa terbaring diatas tempat tidur.

***

Sejak Adimas menghadiri pesta ulang tahun disekolah pada masa SMP. Banyak kesibukan seperti berkunjung ke rumah Guru-guru, apa lagi dirinya Alumni MTs dan SMA Y, membuat dirinya bangga. Apa lagi jika sewaktu masa sekolah dulu dia anak yang selalu mendapatkan prestasi maupun peringkat.

Dirumah nya ramai akan kunjungan dari teman semasa sekolah, dan beberapa teman dari sang Mama.

"Nak Dim, setelah lulus Kuliah mau kerja dimana?" Tanya salah satu teman dari sang Mama.

"Oh, tenang aja tante itu urusan gampang. Sudah ada Perusahan di Jakarta yang sudah mengontrak akan jasa ku selama menjadi Arsitektur. Hasil karya yang ku buat kebanyakan mereka menyukainya." Jelas Adimas. Tangan nya juga sibuk membalas beberapa pesan sejak dari tadi.

"Wah bagus dong. Terus nih, Nak Dim udah ada calon belum?" Kata-kata yang lumayan sensitif di dengar oleh Adimas sejak datang kesini. Hahahaaa_ itu sudah biasa. Maklum Ibu-ibu yang rada kepo akan dirinya yang sudah sukses diusia dini. Mungkin dari perkataan itu menandakan mereka ingin memperkenalkan anak perempuan mereka kepada dirinya.

"Hehehehee_ oh tenang saja Tante. Alhamdulillah sudah ada." Kata Adimas sambil ketawa, dan tersenyum melirik sebuah pesan yang berisikan tentang dia sendiri dan seseorang.

"Loh, kirain belum ada." Jawabnya senyum tapi sedikit terlihat kecewa.

Mendengar itu semua Dina, Mama dari Adimas langsung menjawab. "Ya gimana toh Ir. Kan lihat sendiri Anak ku. Eh, ya sudah waktunya nih. Adim, Mama sama tante Ira mau pergi sebentar. Bilang sama Papa mu ya, Mama izin pergi." Ucap Dina menarik tangan Ira supaya tidak menggangu anak lelakinya.

"Assalamualaikum., Tante tinggal dulu ya." Ucap Dina kepada Anaknya dan teman-teman dari sang Anak.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh. " ucap serempak semaunya.

"Hati-hati dijalan Ma, jangan lupa pakai masker." Kata Adimas memberikan sedikit perhatian kepada sang Mama. Pasalnya Adim tadi tidak melihat Mama nya memakai masker.

Dina yang mendengar itu hanya memgancungkan jempol ke arah Adimas.

Dan Adimas beserta teman-temannya lanjut ngobrol tentang hal yang dari tadi menjadi tema pembicaraan.

***

Hari - hari berlalu. Kesibukan yang dijalani Adimas semasa liburannya membuat disisi lain seorang Perempuan tengah menanti balasan pesan dari Kekasihnya yang jauh di sana.

Hari-hari tanpa canda dan tawa, hanya bisa titip sapa maupun kabar melalui HP, melepas rindu dihati masing-masing dari mereka.

"Kangen." Katanya terucap dari bibir merah manisnya.

Melirik cuaca yang sedikit mendung diluar sana. Sudah satu minggu hanya bisa berkomunikasi lewat HP membuatnya harus bersabar.

Dia rindu akan kehadirannya yang membawa senyum diwajah cantiknya.

Triiingg_

Suara dering telefon berbunyi. Dilihat nya sebentar, ternyata bukan dia melainkan pria lain.

"Halo, ada apa?" Katanya bermalas-malas didalam kelas perkuliahan.

"Mel, ikut yuk ke puncak bareng gue. Nanti gue jemput lo." Jawab suara pria disebrang sana.

Mendengar itu nama yang dipanggil tadi untuk nya berfikir sejenak. Bagus sih pergi ke Puncak. Hanya saja? Ah masa bodoh, toh dia jauh. "Oke lah, lo jemput gue di kampus. Mumpung sudah tidak ada jadwal apa-apa nih. Nanti urusan izin ke ortu gue gampang deh." Ucapnya kepada pria disebrang sana.

Sudah diputuskan jika dia akan ikut pergi bersama pria yang tadi menelfon dirinya.

***

Ulliiyy kini sudah sehat ya walau masih ada rasa panas dingin jika disetiap jam tertentu. Tapi dirinya sudah tidak mau membuat sang Ibu repot akan dia.

Perlahan-lahan Ulliiyy mulai bekerja seperti biasa tapi tidak seberat ketika jasmaninya baik, karena Ulliiyy masih dirasa lemas dia hanya mengerjakan yang ringan saja. Seperti mencuci piring, masak, cuci baju sedikit demi sedikit, menyapu, untuk berkebun hanya nyiram saja dan untuk sang Ibu masih dibantu oleh kak Ida.

Triing_

Bunyi Ponsel tanda pesan masuk. Berisikan permohonan maaf kepad dia dari Putri. Melihat itu dia sudah memaafkan Putri. Ya Ulliiyy juga tidak bisa memastikan seperti apa yang akan datang. Ulliiyy pun membalasnya.

"Tenang aja, Ulliiyy kan baik. Hehehee_." Senyum diwajah Ulliiyy. Memberikan sebuah emotion senyum.

Tanpa fikir panjang, Ulliiyy menambah beberap kata.

"Oh iya, berapa lama Adimas di sini? Maksud ku liburan." Tanya Ulliiyy kepada Putri.

Triing_

"Setahu ku sih 1 bulan. Mang np?"

"Ya gak papa sih, hanya tanya aja." Ketik Ulliiyy dan sand.

"Tak kira ada sesuatu gitu. Heheee. Hbsny nany ny soal Adimas jdi. Jdi kepo nih."

Membaca itu Ulliiyy tertawa tapi tidak sampai bersuara, "Sebenar nya ada. Tapi biarlah ." Sand

"Atau mau ku bantu. Sprti dulu."

Terdiam sebentar. Dulu?

Ulliiyy tidak begitu ingat, mungkin yang Ulliiyy ketahui soal informasi. Kalau itu sih bisa jadi. "Boleh deh. Nanti titip surat ya buat Adimas." sand. Dengan emotion surat ada hati merah muda dan sip.

"O.K tnang ja."

Ulliiyy membaca itu langsung menaruh ponsel nya diatas kasur dan pergi untuk beres-beres rumah.

***

Rumah yang terlihat sederhana, dibangun dengan batu tela, dan dilapisi semen berdiri kokoh sampai sekarang. Padahal pernah sekali rumah itu terendam luapan air dari arah jembatan. Cat yang berganti hijau, ada beberapa tanaman yang ditaman dan juga beberap bunga cantik.

Perempuan itu tengah sibuk membalas pesan dari teman. Ah, bukan. Menurutnya mungkin ajang pembalasan selama ini. Siapa tau. Dibalik tingkah baiknya banyak rencana yang dia pendam.

Senyum jahat terlihat jelas.

Semasa sekolah dulu dia menganggap teman atau sahabat, tapi mana ada teman yang tega menusuk dirinya dari belakang. Pria, ah bukan. Statusnya pacar. Iya, dulunya masih status pacar. Tapi dengan gampang direbut.

Dan disinilah saat-saat dirinya mengulang lagi. Siapa tau dahaga akan rasa iri dan dendam masih menghantui.

"Dasar wanita bodoh!."

***

Malam ini Ulliiyy ada janji dengan Putri. Seingat nya Putri mau mengajak dirinya ikut dengan nya ke lokasi. Dirinya tidak tahu disana ada acara apa?

Ulliiyy memakai baju tipis yang berlengan panjang, dipadukan dengan jaket bahan lepis. Untuk kerudungnya Ulliiyy mengenakan pasmina orange. Dan celananya warna abu-abu.

Tidak lupa pamit dengan sang Ibu. "Bu, Ulliiyy izin pergi sebentar ya. Assalamualaikum. " Sambil mengecup tangan kanan sang Ibu.

"Iya Nduk. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh. Hati-hati neng jalan yo. Mulehe ojo bengi-bengi. " jawab Arin kepada anaknya.

Arin sudah tidak melihat anaknya dirumah. Tapi tidak tahu kenapa perasaannya tidak enak.

Perasaan seorang Ibu kepada sang Anak pasti menandakan hal yang tidak-tidak. Ia merasa takut. Dilihatnya kedua kakinya yang kini telah lumpuh akibat kejadian waktu itu. Arin yang harus menyusahkan sang Anak akibat dirinya yang sudah tidak bisa apa-apa. Walau susah untuk menerima takdirnya, semampunya kini ia telah menerima dan menjalani masa tua dengan duduk di atas kursi roda.

Sambil menunggu Putri, Ulliiyy menyibukkan diri untuk membaca lagi surat yang ditulisnya.

Suara motor terdengar.

Surat yang tadi tengah dibaca, kemudian ia masukan kedalam amplop.

Suara yang dikenalnya. Putri datang mengenakan baju berwarna hitam tanpa kerudung. "Maaf e lama." Katanya yang sedang memakirkan motornya.

"Iya gak papa. Tenang aja." Ulliiyy menghampiri putri. "Oh iya, nih. Surat nya. Jangan lupa ya. Kasih ke Adimas." Menyerahkan sepucuk surat dengan salam kecil nya berbentuk pita merah dengan hati.

"Ok. Tenang aja, pasti beres." Putri lalu mengambil sepucuk surat itu, melihat, sebentar dan tersenyum. Menaruh surat itu dibagasi jok motor.

Kedua nya segera bergegas mengendarai motor. Putri didepan dan Ulliiyy berada dibelakang. Motor melaju sedang, menuju tujuan yang dituju.

Jalanan malam di kampung terlihat sunyi ya hanya ada beberapa kendaraan yang lewat, itupun jarang. Hembusan udara pada malam hari terasa dingin.

Ketika melewati area ladang, tanpa disoroti lampu-lampu. Diatas mereka terlihat taburan bintang yang tersebar dipenjuru langit. Tampak indah ketika kita melihat nya. "Suasananya romantis ya." Kata Ulliiyy menatap langit.

"Hahhahaa_ cantik paan. Coba deh lihat bagian pohon pisang yang tumbuh dekat pagar ladang. Serem tuh." Ucap Putri dengan canda tawanya.

Mendengar itu. Tubuh Ulliiyy terasa merinding. " Kenapa harus berkata gitu sih. Serem tau. Jika ada yang nyelinap putih2 berbungkus gimana coba." Tegur Ulliiyy bulu kuduknya sudah berdiri.

"Tenang aja. Kita langsung kabur. Bereskan. Hahahahaaahaa.."

"Iya deh, iya in aja."

Setelah melewati area ladang. Motor kini melewati perumahan. Lampu-lampu, ada juga terdengar suara bising anjing menggonggong. Perjalanan yang beberapa menit menit saja.

Ulliiyy tidak tahu kemana Putri akan membawanya.

Motor tiba-tiba berhenti disalah satu rumah makan yang menurut nya ramai. Banyak kendaraan yang terparkir.

"Ngapain ke sini?" Tanya Ulliiyy penasaran.

Putri yang mendengar hanya diam. Dan menarik tangan kanan Ulliiyy. Mereka bersua masuk kedalam. Disana ada banyak sekali wajah-wajah yang mungkin Ulliiyy kenal dan ada beberapa tidak Ulliiyy kenal.

Wajah-wajah yang berubah karena usia. Disana.

Tatapan keduanya bertemu.

Tidak disangka air mata nya keluar, membasahi kedua pipinya.

Dipojokan sana dekat jendela, pria itu. Yah, dia Adimas. Juga menatap Ulliiyy dengan heran.

Pasalnya Adimas tidak begitu mengenali rupa Ulliiyy, sewaktu didepan rumahnya pun hanya samar-samar. Jadi jangan salahkan Adimas yang tidak tahu apa-apa dan hanya diam melihat Ulliiyy terdiam. Masih berdiri didepan pintu masuk.

Acuh tak Acuh Adimas melanjutkan makan nya yang tertunda, tanpa beban.

Putri yang melihat Ulliiyy terdiam. Hanya berlalu dan melanjut kan jalan menuju tempat duduk disamping Adimas, sepupunya.

Ulliiyy yang merasa seakan dunia yang dipijak akan runtuh, langsung mencari tempat duduk seadanya. Disamping pria berbaju biru, tanpa dikenalnya. Diam tanpa berbicara sepatah katapun. Memandangi celana yang ia kenakan. Hanya itu saja.

Hatinya yang masih berdebar akan adanya dia disana.

Adimas yang melihat tadi sepupunya bersama perempuan tadi langsung menoleh ke arah Putri. "Tadi siapa?" Tanya Adimas, yang masih tengah memakan bakso nya.

Putri terdiam. Tersenyum. "Oh tadi, hanya teman. Ya dari pada ke sini sendiri kan. Jadi aku ajak dia. Lagi pula kan, kamu mau teraktir anak-anak." Kata putri memberi tahu.

"Kirain siapa. Soalnya tadi gue lihat dia nangis gitu tiba-tiba pas masuk sini." Tanya Adimas. Melanjutkan sesuap bakso dan kuah mie kedalam mulutnya.

"Mungkin dia melihat mantan pacar nya atau apa gitu." Jawabnya sambil tengah mengaduk-aduk mie bakso.

Adimas hanya mengangguk-angguk.

"Oh iya, ada yang titip surat nih untuk mu." Lanjut Putri menyerahkan sepucuk surat tanpa pita dan bentuk love. Tapi surat berwarna biru dengan hiasan sticker boneka.

Melihat surat yang diberikan putri untuk dirinya, Adimas terheran. "Dari siapa tuh." Tanya Adimas. Menelan bakso yang berada di mulutnya dan mengambil gelas berisi Air dingin kemudian diteguknya.

Melihat surat tersebut, kemudian mengambil dari tangan sepupunya. Dibolak balik itu surat, tapi dia tidak menemukan tanda-tanda si pengirimnya. Ketika tangan Adimas ingin membuka itu surat, Putri mencegah nya.

"Buka dirumah. Jangan terlalu kepo untuk baca disini." Katanya menyarankan.

Perasaan yang penasaran, mengalahkan apa kata sang sepupu. Ya surat itu Adimas masukan kedalam saku jaket tanpa curiga.

Mereka semua makan dengan khitmad, tanpa mereka sadari Ulliiyy masih terdiam tanpa menyentuh makanan yang berada didepan.

Bersambung_

***

Terima kasih ya sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ku. Teringat akan perasaan sang Ibu kepada sang Anak. Ingat ya, perasaan ibu itu kuat terhadap anaknya. Jangan dispelekan apa lagi acuh tak Acuh atau masa bodoh. Kadang perasaan ibu tidak bisa dibohongi, walau itu hanya seberapa lama kita menutupi. Ibu itu peka akan diri kita. Tapi tergantung ya, ibu seperti apa yang antara tega dan gak tega melihat anaknya terluka .

Sejelek-jelek kelakuan sang Anak, pasti Ibu no 1 didepan. Kecuali Ibu yang tega biarin anak mereka menderita, dan menyesal diakhir.