Tidak bisa dicerna matang-mata, semuanya sudah terlambat untuk berbalik kembali. Terjebak masa lalu, kata-kata yang tidak sempat untuk meminta maaf. Air mata yang berjatuhan. Ketika rasa itu semakin besar, mengingat kata-kata yang menyakitkan. Sudah diputuskan. Semuanya memang terasa nyata.
Ulliiyy masih terbayang ucapan sang Ibu. Tidak ada waktu lagi untuk bertanya ke Putri. Ulliiyy hanya bisa terduduk dikursi. Mendapatkan kabar beberapa hari lalu Ibunya masuk Rumah sakit. Ibunya sempat berpesan menyuruhnya untuk menikah dengan Adimas., tapi Ulliiyy merasa tidak bisa. Tidak ada cinta yang akan didapat. Memang apa mau dia menikah dengannya. Perempuan pembawa masalah. Dirinya hanyalah perempuan hina dengan segudang rahasia. Menatap bayang diri pada masa lalu hanya akan membawa luka.
Terdapat beberapa panggilan tidak terjawab dan ada juga pesan yang belum sempat dibuka. Ulliiyy merasa resah. Orang tua yang masih bertahan demi dirinya, menahan sakit yang selama ini diderita tanpa sepengetahuan dia. Seketika tahu akan sesuatu yang terjadi pada Ibunya membuat Ulliiyy merasa gagal. Apa ini yang dinamakan berbakti dan membalas jasa Ibu yang sudah merawatnya dari masa kandungan hingga besar. Mengapa dia tidak mengetahui jika sang Ibu sakit, padahal dirinya yang merawat Ibunya. Tapi sebagai anak, dirinya malah tidak tahu. Rasa sedih pasti ada.
Flashback_
Setelah membersihkan kebun Ulliiyy bergegas pulang, membersihkan diri, memanaskan makanan dan memasak air untuj sang Ibu. Makanan yang sudah dipanas kan, Ulliiyy menyiapkan makanan untuk sang Ibu. Dan beberapa keperluan Ibunya untuk mandi. Sudah beres, Ulliiyy segera menuju kamar Ibu. Tapi apa yang dilihatnya_?
Ibunya tergeletak diatas lantai dengan kursi roda jatuh. Nampan berisi Air hangat dan beberapa lainnya terjatuh ke lantai. Seluruh tubuh bergetar, air mata mulai mengalir. Serasa suara tidak bisa keluar, kaki serasa susah untuk digerakan dan_
Ulliiyy terjatuh dalam duduk. Seakan teringat, Ulliiyy bangkit dari rasa takutnya dan bergegas keluar meminta pertolongan.
"TOLOONG TOLOONG, IBU SAYA." teriaknya berlari keluar rumah tidak tentu arah.
Mendengar jeritan berasal dari rumah Almarhum pak Suwardi tetangga-tetangga berbondong datang. Menanyakan ada apa? Setelah mengetahui, mereka segera masuk ke rumah Ulliiyy. Mengecek Arin, Ibu dari Ulliiyy. Arin tergeletak diatas lantai, dia pingsan dan butuh pertolongan. Salah satu tetangga ada yang menghubungi Ambulance, sedangkan sang Kakak ikut turun naik didalam mobil Ambulance. Sedangkan Ulliiyy masih terkejut dan sok, kondisinya juga tidak stabil hanya bisa menangis jadi kakaknya menyarankan dia dirumah saja nanti jika Ibunya sudah diperiksa dan dapat hasil dia bisa pergi turun menjenguk sang Ibu atau menemani.
Tetangga menanyai Ulliiyy mengapa bisa seperti itu kejadiannya, dan Ulliiyy menjelaskan dengan isak tangis yang tersisa. Adik keponakan menemaninya dirumah, dan bermalam. Masih ada beberapa tetangga yang menemani, dan saudara dari Almarhumah Lek Runi adik dari Ibunya yang sudah meninggal.
Malam sebelum kejadian disore hari, Ulliiyy dan Ibu sempat ngobrol membahas soal Adimas yang cocok untuknya.
"Ndok, jika suatu saat Ibu wes ndak ada didunia ini janji sama Ibu mu ini, menikahlah dengan Nak Adimas. Ibu lihat, Nak Adimas kui wong nge apik, merespon soal Ibu kalau Ibu mu ki wes tuo, sopan tutur katanya. Bu jamin, masa depan mu terjamin dan pasti bahagia walau mengorbankan air mata dan perjuangan." Menatap sang Putri yang raut wajahnya sedih.
"Ndok, Ibu iki wes tuo. Ntah kapan akan pergi meninggalkan mu. Bisa jadi besok, atau tahun ini. Ibu ndak tau, hanya gusti Allah seng maha mengetahui. Apa iya, kamu tega lihat Ibu yang masih hidup ini ndak bahagia. Ibu, ingin lihat mu Nikah karo Nak Adimas." Menutup kedua mata untuk beristirahat meninggalkan Ulliiyy yang masih memikirkan perkataan sang Ibu.
Come back_
Ulliiyy menatap ponsel mencari nomer yang memang sudah disimpan tapi tidak pernah sama sekalipun untuk sekedar menghubungi, dicari kontak dengan nama Adim. Jari jempolnya menekan tulisan tulis pesan, jari itu menari menekan tiap huruf yang sekarang berada dipikirkannya. Setelah pesan itu diketik, jarinya menekan tulisan kirim. Pesan itu mulai berproses untuk terkirim tidak butuh beberapa detik pesan itu akhirnya sudah terkirim. Menunggu tanggapan dari dia. Tapi tidak ada tanggapan. Tidak sampai disitu, Ulliiyy segera menekan nomer untuk melakukan panggilan suara. Tapi tetap sama, hanya suara mbak-mbak operator.
'Nomer yang anda tuju tidak dapat dihubungi _'
Apa Adimas tidak mau mengangkat teleponnya? Ucapnya dalam hati, melihat ponselnya sekali lagi. Apa yang harus aku lakukan.
Siang ini keluarga Pak Hadi beserta Istri dan Anaknya mempersiapkan apa saja yang akan ditinggal selama liburan ke Jakarta pada hari kamis tanggal 16 maret nanti. Pak Hadi mencuci sepeda motor, Dina mencuci baju dan Adimas disuruh oleh Mamanya untuk membersihkan rumah supaya ketika ditinggal terlihat bersih. Sudah satu dua jam berlalu, Dina sudah menyiapkan makanan yang tadi ia masak setelah selesai cuci baju sedangkan Suami dan Anaknya juga sudah selesai. Diteras Pak Hadi dan Adimas tengah duduk dikursi bambu, beristirahat menikmati minuman dingin rasa orange jus.
"Pah?" Panggil Dina dari arah dalam rumah berjalan membawa piring yang terisi hidangan jajanan.
"Ya, Mah." Sahut Hadi. Bergegas menuju ke Istrinya mengambil piring berisi hidangan jajanan yang dimasak sendiri. "Makasih ya Istriku sayang." Goda Hadi kepada Dina. Mendengar itu Dina tersipu malu.
Hadi membawa piring keteras, dimana disana ada Anaknya yang duduk beristirahat. Meletakan piring itu diatas meja, dan kembali duduk dikursi bambu. Keduanya menikmati jajanan tadi. "Dim." Panggil Hadi kepada Adimas.
Adimas melihat ke arah Hadi. "Ada apa Pah?" Tanya Adimas melahap habis donat yang tersisa ditangannya dan segera mengambil gelas yang berisi Orange jus dingin dia teguk setengah. Kembali meletakan diatas meja.
"Jika Papa dan Mama sudah berangkat pergi liburan ke Jakarta minta temani teman mu untuk bermalam disini saja, supaya gak sendirian." Saran sang Papa. Melihat lurus kearah depan.
"Iya Pa."
Dina datang ikut bergabung. Duduk disamping suaminya. "Jangan bawa cewe kerumah apa lagi bermalam." Jahil Dina kepada Anaknya.
Adimas hanya mencebik, tahu banget kejahilan sang Ibu. "Tenang aja Mah. Adimas nanti bawa cewe kerumah sekalian aja, dibawa menginap satu malam." Adunya membuat Dina tertawa. "Memangnya Dimdim nih anak kecil apa." Lanjutnya pelan. Mendengar nada suara pelan dari Adimas, Dina tergelak tertawa.
"Wah-wah lihat Pah, anak kita udah besar ya sudah tau seperti itu. " tunjuk Dina mengadu ke suaminya. Hadi hanya bisa tersenyum. "Sudahlah Ma, yang penting Adimas sudah mengerti soal batasan tertentu. Dia sudah tahu mana yang baik dan tidak baik. Harus berbuat apa ketika mendapatkan masalah." Jelas Hadi kepada istrinya dan Adimas mendengarkan dengan baik.
"Terima kasih pah." Kata Adimas.
Hadi hanya mengangguk kepalanya. Mereka bertiga bersantai menikmati kebersamaan yang ada.
Sudah tiga hari Adimas dan Keluarganya sibuk. Tubuh dan energi Adimas telah terkuras habis, membersihkan rumah hari minggu full, lanjut membersihkan latar depan rumah hari senin full, membersihkan latar belakang rumah pada hari selasa full dari jam 8 sampai jam 4, dan baru selesai dihari rabu. Istirahat hanya di saat sudah menyelesaikan pekerjaan dan sholat. Tiga hari Adimas tanpa menyentuh ponsel, sebelum sibuk dia sudah memberikan pesan kepada pacarnya yang jauh disana. Suara ponselnya sengaja ia beri nada diam hanya getar saja.
Dreet dreet dreeet
Ponselnya tiba-tiba bergetar masuk pesan. Adimas mengambil ponselnya, mengecek pesan dari siapa. Betapa kagetnya dia mendapatkan pesan dan panggilan tidak terjawab dari nomer yang sama, 53 pesan dan 30 panggilan tak terjawab dari nomer +621214×××××× . Tubuh yang terasa masih lemas ia paksa bangkit dari tidur, ia segera duduk diatas ranjang. Mencoba membuka pesan satu demi satu.
'Maaf apa ini dengan Adimas?' -Sabtu, 11 April 26. 15:11
'Jika ini dengan Adimas, bisa dibalas pesan ku.' -Sabtu, 11 April 26. 15:45
'Dim. Ku mohon balas.' -Sabtu, 11 April 26. 19:15
' 15 Panggilan tak terjawab dari nomer +621214×××××× '. -Sabtu, 11 April 26. Pada jam 20:19 3x, 20:21 4x, 20:25 3x, 21:00 4x, dan seterusnya.
'Adim, ini aku Ulliiyy. Mohon balas pesan ku. Adim bisa kita bertemu, ku mohon.' -Minggu, 12 April 26. 07:24
'Dim, aku bingung Ibu ku masuk rumah sakit.' -Minggu, 12 April 26. 09:32
'2 Panggilan tak terjawab dari nomer +6281214××××××'. -Minggu, 12 April 26. 10:24
'Dim, aku tahu kamu membenci ku karena masa lalu. Tapi untuk sekarang hanya kamu yang bisa aku minta tolong. Ku mohon, balas pesan ku.' -Minggu, 12 April 26. 13:12
20 pesan sama 'Dim.' -Minggu, 12 April 26. 17:00 - 19:00
'Adimas. Ku mohon balas pesan ku. Ini penting banget. Aku tau semua gak penting untuk mu tapi, ku mohon. Ini sangat penting untuk ku. Aku berharap kamu membalas pesan ku. Rasanya aku sudah gak sanggup lagi. Aku bingung. Hanya kamu yang bisa menolong ku. Ku mohon balas pesan ku.' -Senin, 13 April 26. 09:31
'Sudah dua hari ku menunggu balasan mu, tapi percuma tidak satupun pesan atau telpon ku kamu balas ataupun angkat. Kamu kemana? Ku mohon dim jika kamu membaca ini mohon balas.' -Senin, 13 April 26. 13:12
12 pesan yang sama 'Adimas, memohon pada mu balas pesan ku.' -Senin, 13 April 26. 14:23-15:43
'10 Panggilan tak terjawab dari nomer +6281214××××××.' -Senin, 13 April 26. 19:05-20:20.
5 pesan kosong yang sama ' '. -Selasa, 14 April 26. 07:12-08:34
5 pesan yang sama 'Adimas.' -Selasa, 14 April 26. 08:36-09:04
3 Panggilan tak terjawab dari nomer +6281214××××××
'Aku tahu kamu disana membaca pesan ku tanpa mau membas. Tapi ku mohon, jika kamu masih memiliki hati nurani balas pesan ku. Aku sangat membutuh kan mu. Ku mohon, dapatkah kita bertemu..' -Selasa, 14 April 26. 12:21
'Adimas Herman Pangestu, ku mohon balas pesan ku.' -Selasa, 14 April 26. 12:25
'Ku mohon balas pesan ku. Aku sudah bingung harus kirim pesan ke kamu apa lagi. Aku putus asa. Aku mau menyerah tapi aku ingat apa kata Ibu ku. Biarpun kamu berkata bahwa aku wanita murahan atau apapun itu aku gak perduli. Tapi ku mohon, balas pesan ku. Aku rasanya ingin mati saja. Ku mohon!! Ku mohon banget balas pesan ku jika kamu membaca ini. Aku sudah menunggu. Ku mohon. Ku mohon, demi Allah. Aku membutuhkan mu.' -Selasa, 14 April 26. 12:43
Sebagian pesan dari Whatsapp pacar, grup kampus, grup teman, dan lainnya.
Membaca semua pesan dari nomer yang sama, yang mengaku bahwa dia adalah perempuan itu membuat darah Adimas naik. Hampir saja ponselnya dia lempar untuk ke dua kalinya.
Sabar Dim, sabar. Elusnya didepan dada depan, menutup mata sejenak dan mendinginkan pikiran. Untung saja dia tidak mengikuti apa kata setan ketika berbisik ditelinganya kan bisa bahaya. Setelah dirasa cukup. Adimas, segera mengetik balasan untuk nomer itu.
'Jangan bawa-bawa nama Allah. Gue gak tau maksud lo apa? Sms dan ngehubungi gue sebanyak ini. Kalau Ibu lo sakit apa urusannya gue ke lo. Emang lo siapa gue? Pacar bukan saudara bukan. Lo seenak gitu gangguin hidup gue. Lo mikir gak. Gue gak pernah ngatain seperti itu ke lo, karena gue mikir gue juga punya Ibu dan pacar yang gue hormati. Lo berkata begitu seakan lo emang cewe murahan. Lo nyadar diri dong. Lo mau ketemu gue? Oke, gue akan sanggupi itu. Tapi nanti jika gue dah gak sibuk lagi. Gue hub lo. Jangan sms gue sebelum gue hub lo. Paham! Ingat itu.' Sand.
Melanjurkan membalas pesan dari Whatsapp.
Sekitar jam 12:50 pesan nya dibalas oleh Adimas.
'Jangan bawa-bawa nama Allah. Gue gak tau maksud lo apa? Sms dan ngehubungi gue sebanyak ini. Kalau Ibu lo sakit apa urusannya gue ke lo. Emang lo siapa gue? Pacar bukan saudara bukan. Lo seenak gitu gangguin hidup gue. Lo mikir gak. Gue gak pernah ngatain seperti itu ke lo, karena gue mikir gue juga punya Ibu dan pacar yang gue hormati. Lo berkata begitu seakan lo emang cewe murahan. Lo nyadar diri dong. Lo mau ketemu gue? Oke, gue akan sanggupi itu. Tapi nanti jika gue dah gak sibuk lagi. Gue hub lo. Jangan sms gue sebelum gue hub lo. Paham! Ingat itu.' --Selasa, 14 April 26. 12:50
Sekarang Ulliiyy bisa merasa tenang setelah membaca pesan dari Adimas. Dia segera bergegas melakukan kegiatan yang tertunda.
***
Hari Kamis tanggal 16, Kedua ortunya dan Adimas sudah dibandara. Adimas hanya bisa mengantarkan sampai depan tempat duduk antrian ketika kedua lrang tuanya mengantri untuk dapat giliran disetiap petugas bandara. Kedua ortunya sudah masuk kedalam bandara, sekarang tinggal Adimas sendiri. Dia pergi menuju mobil yang dipesan, mobil termial untuk satu - dua hari. Hotel yang dipesan sudah didapat, selama liburan ini Adimas memilih liburan dikota pergi ke tempat restauran, tempat hiburan, supermarket atau kemana saja yang membuatnya bahagia.
Ponsel yang berada disaku celana bergetar, sebuah pesan biasa masuk. Tangan kanan mengambil ponselnya. Mengecek pesan tersebut. Sudah dia duga, siapa yang mengirim pesan itu jika bukan perempuan itu. Hah_, raut wajah tertahan akan amarah. Mengusap wajah secara kasar, segera mengetik balasan.
'Jika lo ingin bertemu ke kota. Kita bertemu dikota.'
Itu balasan yang Adimas ketik untuk Ulliiyy.
Sudah 5 hari berlalu, Ibunya dirawat dirumah sakit Dian Harapan. Ulliiyy yang masih dirumah mendapatkan telepon dari Kakaknya dikota yang selama ini menjaga Ibu. Retno menyuruh Ulliiyy untuk ke kota menjaga sang Ibu. Besok hari kamis dirinya akan pergi ke kota. Ulliiyy bergegas membersihkan rumah dan menyiapkan apa saja yang akan dibawa, mungkin beberapa pakaian.
Kamis, 16 April. Ulliiyy bangun pagi sebelum suara adzan subuh berkumandang. Dia membersihkan rumahnya, mematikan lampu, meninggalkan lampu yang akan nyala selama dia pergi. Menyiapkan tas yang akan dibawa, baju-baju yang sudah disiapkan untuk keperluan disana dan ada juga tas yang berisi baju untuk Ibunya. Setelah dirasa selesai, dia segera mengambil handuk melilitkan ke badan, langkah kaki menuju kamar mandi. Sesudah mandi, ia segera berpakaian yang sudah dia sediakan tadi sebelum mandi, menunggu Adzan subuh.
Terdengar suara Adzan Subuh bergema dari Arah masjid dan dibeberapa mushola disetiap jalur blok. Ia segera mengambil air wudhu, melaksanakan kewajiban ketika selesai dilanjutkan membaca Al-Qur'an dan berdoa untuk kelancaran selama dikota. Ketika Ulliiyy sudah bersiap-siap dan bergegas mengunci pintu suara klakson terdengar memasuki perkarangan rumah.
Tin tiiin
Ulliiyy berbalik, menuju mobil yang dipesan. Ia mendapatkan tempat duduk dibagian depan, tas yang ia bawa ditaruh dibawah dan sebagian dipangku. Mobil keluar dari perkaranan rumah, melaju kearah barat. Perjalanan ini membuat Ulliiyy merasa takut, dan khawatir cemas apa lagi tidak ada pesan yang dikirim dari Adimas untuknya, panggilan pun tidak ada sama sekali. Dia hanya bisa bersabar, tapi kapan?
Mobil melaju cepat, tapi tetap mematuhi kecepatan minim dan melihat kanan kiri agar tidak salah jalur ketika ada mobil lewat. Melewati hutan, jembatan, hutan lagi terus hutan, danau, lautan. Mobil memasuki wilayah yang terdapat signal. Mobil sudah memasuki jalur sentani, sekitar jam 08:45. Pada akhirnya Ulliiyy masih memikirkan soal Adimas, dia mengambil ponsel yang berada diatas merah menekan mencari tulisan pesan dan diketiknya sebuah pesan.
' Adimas.' Sand
Hanya mengetik nama dan mengirimkan kepada Adimas. Beberapa menit kemudian ia mendapatkan balasan. Mendengar sebuah pesan masuk, Ulliiyy segera mengecek nya dan syukur alhamdulillah, Adimas membalas pesannya.
'Jika lo ingin bertemu ke kota. Kita bertemu dikota.' -Kamis, 16 April 26. 09:02
Setelah membaca, ia segera membalas dengan wajah bahagia.
'Iya, aku mau.' Sand
Senyum tersemat.
'Tapi gak hari ini. Hari senin.' -Kamis, 16 April 26.
Dia pun membalasnya lagi.
'Iya gak papa.' Sand
Setelah membalas, ponselnya sengaja ia genggam ditangannya. Mengecek lagi, apa ada balasan tapi sayang tidak ada. Sampai mobil berhenti ditempat tujuan.
Rumah sakit Dian Harapan.
Ulliiyy segera turun, memberikan uang kepada sopir dan berjalan masuk. Tetapi sebelum masuk ia harus ke tempat petugas untuk meminta arahan ketika akan masuk kedalam rumah sakit. Mendaftar terlebih dahulu, mencuci tangan, dan jangan lupa memakai masker. Persyaratan sudah dia penuhi. Langkah kaki menuju koridor bertanya kepada suster yang lewat ketika ia tidak mengetahui jalan yang dicari. No 125, ruang kamar Ibunya dirawat. Sebelum masuk ia melihat siapa yang didalam lewat kaca yang ada di pintu. Disana ada kak Retno tengah menyuapi sang Ibu.
Tok tok tok
"Assalamualaikum " Salam Ulliiyy sebelum masuk kedalam.
"Waalaikumsalam." Jawab suara dari dalam.
Cklek
Suara pintu terbuka, tampak kak Retno berdiri didepannya. Membantu dirinya membawa tas. "Masuk." Katanya.
Ulliiyy segera bergegas masuk kedalam bersaliman dengan sang Ibu, tangan yang terdapat infus. Arin melihat anaknya datang hanya bisa tersenyum lemah.
"Lanjutkan menyuapi Ibu, Kakak mau keluar sebentar." Ulliiyy berdiri, kak Retno yang melihat menyuruhnya melanjutkan menyuapi Ibu dan sang Kakak akan pergi sebentar keluar.
Ulliiyy menurut menyuapi sang Ibu dengan perlahan, jika berlepotan akan dibersihkan menggunakan tissue, jika Ibunya haus ia akan memberikan segelas air minum dalam bentuk gelas vit yang menggunakan sedotan. Arin melihat ketelatenan putrinya menghentikan usapan terakhir, ia menyudahi. Tangan dengan infus menempel terangkat memegang tangan Anaknya, digenggam berbicara pelan.
"Nak. Ibu, sudah tuo. Ibu kepingin, Nak Adimas jadi mantu Ibu." Sejenak melirik sang Putri. "Ibu tersentuh nih atine, perbuatan Nak Adimas membuat Ibu seneng. Nak, ingat pesan Ibu terakhir kali ini." Mengalihkan perhatian keputrinya. Arin melihat sang Putri menangis pelan. "Ibu ndak akan mempermasalahkan soal ini lagi, kalau koe mau nikah karo Nak Adimas. Ibu akan bahagia. Tenang aja Ndok. Walau koe setelah menikah hanya mendapatkan rasa buruk, kecewa, sedih dan lainnya. Ibu jamin, suatu saat koe akan bahagia bersama kebahagian itu datang." Senyum tulus sang Ibu. Perlahan menutup mata, terpejam. Dekapan tangan yang awalnya menggenggam mulai terasa longgar. Nafas yang awalnya terasa, kini mulai perlahan-lahan pelan.
Ulliiyy yang melihat Ibunya, tangisan semakin kencang. Seakan tubuhnya membeku, kakinya susah digerakan. Bingung, dan Ulliiyy berdiri. Mendekat, memegang lengan sang Ibu digerakan.
"IBUU IBUU IBUUUU, Jangan tinggalin Ulliiyy sendiri.. TOLONG TOLONG, IBU SAYA, SUSTER DOKTER. IBUUU IBUU" Menangis sesegukan. Ketika Ulliiyy akan beranjak dari sisi ranjang sang Ibu memegang pergelangan tangannya. Dirinya yang merasakan segera berpaling ke arah Ibu.
"Tenang Nak, Ibu belum mau mati. Ibu hanya mau istirahat." Kata Ibu. Dengan masuknya beberapa suster dan Dokter untuk mengecek dan diikuti sang Kakak. Ulliiyy yang mendengar suara sang Ibu hanya bisa terdiam malu. Sedangkan yang lainnya diam melihat tingkah anak dari pasien. Kakaknya hanya bisa geleng-geleng kepala, sedangkan Dokter dan Suster tersenyum.
"Maaf." Kata Ulliiyy merasa malu.
"Lain kali, dicek dulu ya Dek." Kata sang Dokter.
Ulliiyy pun nge-iyain apa kata dokter. Dokter dan Suster segera keluar karena tidak terjadi apa-apa sedangkan sang Kakak menaruh dua bungkusan yang berisi makanan, cemilan, peralatan mandi, minuman dan selimut. Semuanya diberikan kepada Ulliiyy, katanya untuk persiapan tinggal dirumah sakit. Karena untuk alas tidur sudah ada. Sebuah karpet, ada bantal juga jadi dia hanya perlu tidur disisi ranjang Ibu, lebih tepatnya lantai.
***
Ulliiyy sudah bersiap-siap, ia juga sudah meminta izin ke kak Tino untuk pergi sebentar karena kak Tino, Mba Ida dan kedua anaknya datang menjenguk. Keberuntungan ada padanya. Menunggu sebuah angkutan umum untuk pegi ke sentani. Harus beberapa mobil yang akan dia naiki. Tujuan tempat sudah ditentukan, disebuah hiburan yang terdapat tempat karaoke yang mana katanya memang dekat dengan tempat Adimas menginap
Setelah sampai, dia segera masuk kedalam tempat hiburan, terlihat hanya beberapa orang saja karena dibatasi pengunjung. Ulliiyy berjalan menuju resepsionis, dan mbak-mbak meberikan member VIP yang sudah dipesan 1 orang. Dia tahu siapa itu, pasti Adimas. Tidak lupa dia juga mematuhi persyaratan yang sudah dipenuhi. Pakai masker, mencuci tangan. Langkah kaki menuju eskalator yang menuju ruang atas. Diatas Ulliiyy berjalan menuju bagian tempat karaoke yang ditunjukan. No 3.
Tok tok
"Assalamualaikum" Ucapnya salam. Tapi tidak ada jawaban. Ulliiyy segera merogoh ponsel yang berada ditas merah. Diketik sebuah pesan.
'Aku didepan.' Sand. Tidak lama pesan dibalas.
'Masuk.' -Senin, 20 April 26. 09:23
Cklek
Pintu terbuka, Ulliiyy segera masuk. Disitu ada Adimas memakai kemeja biru kotak-kotak, dengan masker yang menggantung dilehernya, Ia tengah makan snack, dapat Ulliiyy lihat tatapan pandangan tertuju pada ponselnya.
Ulliiyy segera duduk disamping sofa yang agak jauhan dikit. Sebenarnya itu sofa kecil loh hanya ada 3 sofa, dia duduk bagian ujung dan dirinya bagian ujung. Terdiam.
"Mau bicara apa. Gue gak ada waktu." Mengecek jam pergelangan tangan kirinya. Masih serius dengan ponsel. Seakan Ulliiyy tidak ada disitu.
"Itu."
"Cepat sudah mau bicara. Gak usah buang-buang waktu ku deh." Katanya yang masih membalas sebuah pesan diponselnya.
Mendengar itu dia merasa kurang percaya diri. "Ibu ku sakit." Ucapnya pelan.
"Terus."
Melirik Adimas sebentar, lalu mengalihkan pandangan ke tangannya sendiri yang ia genggam. "I, Ibu aku sakit. Ak," belum selesai berkata, perkataan dipotong oleh Adimas.
"Iya gue tau ibu lo sakit. Terus apa? Lo lelet banget pas ngomong gini." Pandangnya sinis.
Menarik nafas secara perlahan. "Ibu aku sakit. Aku disuruh nikah sama kamu, karena ini permintaan Ibu ku." Ucapnya secara jelas dan singkat
Mendengar apa kata perempuan disampingnya membuat Adimas gak salah dengarkan? Adimas beranjak dari duduknya dan memasukan ponselnya ke saku celana. "LO BARUSAN NGOMONG APA? LO DISURUH IBU LO BUAT NIKAH AMA GUE. IBU LO GILA KALI. SIAPA YANG MAU NIKAH SAMA LO." bentak nya keras. untung tempat karaoke yang mereka pesan VIP, jadi kedap suara.
Mendengar bentakan tersebut membuat Ulliiyy ciut, tapi harus bertahan demi sang Ibu. "Ku mohon menikahlah dengan Ku. Aku gak papa jika suatu saat nanti kamu menikah lagi. Dengan menikahi ku, kamu bebas melakukan hal apapun tanpa harus peduli soal aku. Aku hanya ingin menikah dan mempunyai anak darimu, dua aja udah cukup. Aku tinggal di kampung aja sudah cukup, gak papa jika keluarga mu dan kamu tinggal di jakarta. Asal menikahlah dengan Ku. Ku mohon." Ucap panjang lebar Ulliiyy yang tengah memohon kepada Adimas didepannya. Menurunkan badan ya untuk berlutut didepannya.
Seorang pria dari cinta masa kecil yang tidak pernah bisa diraih. Ia hanya ingin bisa menikah dengan pria tersebut dan memiliki anak. Dia tidak meminta apapun darinya, sungguh keinginan yang bodoh. Masa depan yang dipertaruhkan.
"Hah! Omong kosong macam apa itu. Gue itu dah punya calon asal lo tau. Lo ngemis-ngemis kek gini tuh buat apa coba. Macam lo tuh cewe murahan tau. Lo dari zaman gak enak sampai sekarang kagak berubah-berubah. Lo terlalu berobsesi ke gue. Gue gak suka! NGERTI LO." Kata Adimas, ngungkapin semua unek-unek selama ini yang ada dan menekan kata ngerti lo.
"Plis, Dim. Sekali ini aja. Setelah keingin ku ini, aku gak kan gangguin hidup mu. Ku mohon. Mau kamu beranggapan aku seperti apa, ku mohon." Ujar Ulliiyy dengan isakan air mata. Berlutut memegang jaket yang dikenalkan Adimas.
"Gue gak habis mikir ya, lo tuh punya otak kagak sih. Heh! Kalau gue nikah ama lu, dan punya anak otomatis tuh anak gue. Gak mungkin juga anak gue, gue berikan ama lo." Kata Adimas melihat tindakan perempuan itu yang sekarang tengah bersujut. Memang dia Tuhan pakai sujud-sujud segala.
"Iya ku tau. Tapi ku mohon. Biarkan mereka menjadi hadiah untuk ku darimu. Ku mohon dim. Nikah sirih juga gak papa." Ucap asalnya. Menghapus air mata dipilihnya dengan lengan tangan.
"Astaga! Ulliiyy! Lo tuh punya otak gak sih. Gue tuh hanya akan menikah sekali aja. Apa tuh, nikah sirih. Kagak ada kamus dihidup gue. Astaga-astaga! Lo tuh otak udah gak ada apa ya. Haisshh_" Terdiam melihat sekeliling untung keadaan sepi dan kedap suara kalau ada orang yang lihat maupun mendengar bisa digebuki karena membuat anak orang nangis.
Dengan tarikan nafas Dimas berfikir dari pada terus-terusan dibiarkan seperti ini dan mengganggunya dihari, maupun bulan yang akan datang dia berfikir keras dan menjawab sebagai solusi atau keputusan.
Walau dimasa yang akan datang itu semua akan berakibat fatal untuk Dimas sendiri. Kita tidak akan tahu masa depan akan seperti apa, jika kita salah mengambil sebuah keputusan.
"Baik. Gue akan nikah ama lo, tapi hanya dihadiri sama keluarga lo tidak lebih hanya 5 orang. Dan lo cukup tinggal di kampung saja, sebulan gue akan kirim uang belanja 1 juta dibuat cukup. Gue akan hamili lo, jika anak pertama udah lahir setelah dia umur 6 bulan kita lanjut buat anak ke dua. Dan setelah anak itu lahir. Kita putus kontak kecuali, uang perbulan tetap gue transfer sebanyak 3 juta. Setelah itu lo jangan hubungi gue lagi. Atau lebih tepatnya kita cerai. Faham! Untuk urusan lain lo yang urus sendiri." Terang Adimas. Meninggalkan si perempuan itu disebuah ruangan VIP yang sepi akan pengunjung.
Tidak bisa dipungkiri jalan pikir perempuan tersebut, demi cinta digantinya dan keinginan yang akan membuat masa depan berantakan entah bertuju sampai mana. Ya, dia bahagia. Dia sudah memiliki bayangan tersendiri akan hidupnya dan buah hati nya, walau cintanya tidak terbalaskan. Tapi keinginannya terwujutkan. Sakit, sudah pasti. Dia harus bertahan demi masa depan dan jalan yang dipilih olehnya.
Bersambung..
***
Maaf ya, baru bisa Update sekarang. Kemarin-kemarin aku gak ada data. Sedih banget pas mau update tapi nyatanya gak punya data. Sedihnya. Doakan semoga datanya lancar dan bisa update sesuai jadwal. Kan sedih gitu kalau nunggu-nunggu Adimas sama Ulliiyy tapi lama update..
Maaf ya ini bukan FLASHBACK_ ini cerita memang dari awal seperti ini. Flashbach diisi, ditengah2 konflik kilas balik masa lalu, masa-masa ketika mereka nanti masih sekolah MP. Semangat menunggu.
LOVE ME.
ULLIIYY ARIANIY CRAVOND