Adimas tidak bisa berfikir jernih akan keputusan yang diambil. Kedua orang Tua sudah pergi ke jakarta terlebih dahulu dan meninggalkan dia. Tapi lihatlah dia sekarang merahasiakan sesuatu hal penting dari kedua orang tuanya. Didepan sekarang dirinya dan perempuan itu kini bertemu dalam satu ruangan yang sudah mereka pesan. Sebuah tempat pribadi, ah bukan seperti yang kalian pikirkan. Bukan hotel, tapi seperti tempat karaoke.
Keduanya berdiskusi apa saja tentang sebuah perjanjian yang akan mereka jalani setelah menikah.
"Bacalah." Adimas memberikan sebuah kertas kepada perempuan disampingnya.
Ulliiyy mengambil surat itu dan membacanya dengan seksama tanpa kehilangan satu kata tertinggal.
PERJANJIAN:
1. TIDAK BOLEH ADA ORANG YANG TAHU JIKA KITA MENIKAH KARENA SEBUAH PERJANJIAN.
2. BATAS PERJANJIAN BERAKHIR KETIKA PIHAK KEDUA MENDAPATKAN APA YANG DIINGINKAN. DUA ANAK.
3. ANAK YANG AKAN LAHIR TIAP BULAN AKAN DIKIRIM UANG SAMPAI MASA DEWASA. SETELAH DEWASA DIUMUR 20 TAHUN.
4. PIHAK KEDUA TIDAK DIPERBOLEHKAN MENGATUR URUSAN PIHAK PERTAMA.
5. SETELAH MASA PERJANJIAN HABIS. PIHAK KEDUA DILARANG MENGGANGU PIHAK PERTAMA.
Note:
Pihak pertama dan pihak kedua harus bersandiwara dikhalayak umum jika ada salah satu dari mereka yang mengetahui bahwa pihak ke 1 dan 2 suami istri.
Surat ini ditandatangani oleh pihak pertama dan kedua.
Setelah membaca surat perjanjian itu, tidak ada sama sekali kerugian yang diterima. "Apakah aku harus tanda tangan disini." Menunjuk tempat untuk tanda tangan.
"Ya." Melirik sekilas.
Tangan lentiknya mulai memberikan tanda tangan dan tidak lupa namanya.
Ulliiyy Arianiy
Diserahkan surat perjanjian itu, melihat surat itu Adimas langsung mengambilnya.
"Jika lo setuju, kita harus bertemu Ibu lo." Memasukkan surat tadi kedalam sebuah tas kecil, begitu juga Hpnya.
"Eh. Sekarang?" Tanya Ulliiyy. Kaget, ketika Adimas berkata begitu. Apa harus sekarang?
Kedua alis Adimas menyeringit/ terheran. "Terus lo maunya kapan? Asal lo tau, gue disini gak akan lama. Pasti gue akan balik ke jakarta. Kalau gak sekarang kapan lagi!" Hardiknya tegas.
Mendengar itu Ulliiyy merasa ciut.
Sesampainya mereka berdua didepan RS. DIAN HARAPAN, Adimas menyuruh supir untuk memarkirkan mobil diperkirakan mobil. Sesuai janji mereka mulai memerankan peran mereka masing-masing. Adimas berjalan ke sisi kanan mobil untuk membuka pintu dimana Ulliiyy berada.
Ceklik
"Buruan ke luar jangan lelet!" Bisik Adimas pelan.
Ulliiyy segera bergegas keluar, berdiri disamping Adimas. Kedua berjalan bersama-sama. Melapor dibagian Administrasi. Setelah sudah kedua berjalan menuju ruang rawat. Masih teringat, dibayangan Ulliiyy ketika perjalanan didalam mobil menuju RS. Suasana yang terasa tidak enak, dirinya hanya membisu sedangkan dia sibuk dengan Hpnya. Entah berkirim pesan dengan siapa? Yang pasti dirinya tidak bisa ikut campur tentang dia, walau sebentar lagi mereka akan menikah. Tapi semua hanya berupa Perjanjian/ kontrak.
"Ini ruang nya?"
Ulliiyy masih hanyut dalam lamunan, dia tidak mendengar apa kata Adimas. Melirik ke arah perempuan disamping nya.
"Lo melamun apa lagi!" Hardik Adimas sedikit keras.
Mendengar suara keras, Ulliiyytersadar dari lamunannya. Melihat ragu kearah Pria itu.
"Huh!" Membuang nafas dengan kasar, menutup mata sejenak. Rasanya Dia ingin memarahi perempuan satu ini tapi dia tau kondisi tempat mereka. "Gue tanya baik-baik. Lo jangan kebanyakan MELAMUN! NGERTI LO.!" Katanya tegas!
Hanya diangguki oleh Ulliiyy.
"Kalau lo ngerti, awas kalau kejadian seperti ini terulang lagi."
Ulliiyy merasa ciut, wajahnya mulai nunduk takut.
"Apa ini ruangannya?".
"Iy_iya." Jawab Ulliiyy pelan.
"Kalau gitu lo masuk duluan baru gue." Usul Adimas. Menyuruh Ulliiyy berjalan lebih duluan dan barulah dia.
Ulliiyy segera melangkahkan kedua kaki untuk berjalan masuk kedalam ruang rawat Ibunya.
Ceklek
Suara pintu terbuka, dia masuk. Disitu sudah tidak ada Mas Tino hanya Mas Retno duduk dikursi sambil bermain Hp.
"Assalamualaikum." Salam Ulliiyy masuk kedalam diikuti oleh Adimas.
"Waalaikumsalam." Jawab Retno dan Ibuny pelan.
Keduanya melihat kehadiran Ulliiyy bersama seorang Pria gondrong dengan kumis yang masih terlihat muda dibandingkan Ulliiyy. Terlihat pancaran kebahagiaan dari Ibunya.
"Siapa?" Kata Retno, menanyakan pria itu dan tidak lain tidak bukan Adimas.
Ulliiyy menatap Adimas, dia hanya diam. Pada akhirnya dirinyalah yang harus memperkenalkan Adimas kepada Kakaknya.
"Dia Ad_" Perkataan Ulliiyy belum selesai sudah diteruskan oleh Ibunya.
"Nak Adimas." Jawab Arin pelan. Retno yang mendengar Ibunya memanggil nama pria lain, yang mungkin pria tersebut pria yang berdiri disamping Adeknya.
"Iya Bu." Jawab Adim pelan.
"Kemarilah." Menyuruh Adimas untuk mendekat. Adimas pun mendekat, berdiri disamping berangkar Ibu dari Perempuan itu. Retno yang tahu segera menyingkir dan mempersilahkan.
"Ret, ink Nak Adimas." Jelas Arin kepada Retno. Retno yang mendengar hanya ngangguk. "Nak Adim kesini ada apa?" Tanya langsung Adimas.
Dia tahu pasti ini akan terjadi. "Saya kemari ingin mengunjungi Ibu dan ingin memberitahukan kepada Ibu, Jika saya ingin meminang Anak Ibu yang bernama Ulliiyy. " jelas Adimas.
Retno yang tahu kaget. Melirik Adiknya, meminta jawaban. Ulliiyy yang tahu. "Iya Mas." Jawab singkat.
"Terus maunya gimana?" Kata Retno, untuk memperjelas situasinya.
"Saya ingin menikah dengan Ulliiyy. Hubungan kami sudah lama." Itu bohong.
"Tapi yang kamu ketahui Ibu Saya sedang dirawat." Memperjelas keadaan.
Hening. Adimas tahu, tapi mau bagaimana lagi keadaan semakin berdekatan.
"Menikah saja disini." Jawab Arin memberikan solusi.
Retno mengalihkan perhatian ke arah sang Ibu. "Maksud Ibu?" Bertanya.
"Menikah saja disini. Ibu tidak masalah." Jelas nya.
"Tapi Bu, itu semua keputusan mereka." Jelas Retno yang mungkin tidak terima.
"Saya tidak mempermasalahkan nya." Kata Adimas.
Retno beralih ke Adimas. "Bagaimana dengan Adik saya." Katanya.
Adimas melirik ke arah Ulliiyy. Merasakan lirikan itu Ulliiyy pada akhirnya hanya bisa nge-Iyain. "Ulliiyy nurut saja Mas, Ulliiyy gak mau mempermasalahkan dan mempersempit jika perbuatan itu membahagiaan Ibu." Jelas Ulliiyy.
Menerima keadaan. Retno hanya bisa mengikuti apa yang mereka mau. "Lalu kapan Nak Adim mau menikahi Adik saya." Kata Retno bertanya.
"Secepatnya."
"Terus kedua ortu Nak Adimas?" Kata Retno lagi.
Terdiam. Bingung.
"Mohon maaf. Kedua ortu saya sudah memberikan izin. Tetapi beliau tidak bisa menghadiri karena jauh, kedua ortu memilih memakai wali lain yang masih saudara dari Ayah saya. Apa itu tidak masalah?" Jelas Adimas.
Arin, dan Retno yang mendengar apa kata Adimas hanya bisa diam. Sedangkan Ulliiyy tidak bisa berpendapat apa-apa, dia tahu pasti.
Terlihat wajah Ibunya merasa kecewa tapi dipaksa untuk tersenyum bahagia. "Ibu nurut saja, jika itu yang terbaik buat kalian berdua." Jelas Arin memberikan pendapatnya.
Retno yang mendengar pendapat sang Ibu sedikit tidak terima. Ini Adik nya yang akan menikah, setidaknya harus ada kebahagiaan bukan sebaliknya. Tapi mau bagaimana itu keputusan sang ibu, dia hanya bisa mengikuti yang ada. "Sejujurnya, saya tidak terima. Tapi demi kebahagiaan Adik saya, saya bisa apa." Itu katanya melirik kearah Ulliiyy.
Senyum kebohongan bahagia dihiasi rasa bersalah yang diberikan Ulliiyy kepada Ibu dan Kakaknya.
Hari ini mereka membahas pernikahan Ulliiyy dan Adimas, menentukan hari kapan, persiapan yang singkat. Adimas hanya berdiam tanpa melakukan apa-apa hanya ngikut sana-sini. Sedangkan Keluarga Ulliiyy sibuk. Sesuai perjanjian dari pihak nya hanya beberapa orang saja.
Jum'at, 24 April 26
RS. DIAN HARAPAN ramai banyak suster yang datang untuk melihat jika salah satu Pasien yang dirawat diruangan koridor 3 akan melaksanakan Akad Nikah pada jam 9 nanti.
Ulliiyy sudah bersiap, tidak berlebihan. Make up seadanya. Ibunya juga sudah memakai pakaian biasa namun sopan, masih dengan selang uang menempel pada lengan. Retno yang menyiapkan tempat yang ada, dan Saksi dua lagi yang sudah ada. Tidak seluruh keluarga Ulliiyy hadir karena keadaan juga tidak bisa dijamin. Takutnya akan berdampak resiko kena virus, jadinya hanya beberapa saja yang ada. Sedangkan dari pihak Adimas hanya ada dia dan tiga. Setahu Ulliiyy ada Aming saudara Adimas, dan duanya ia tidak ketahui. Tapi ketika Kakaknya mengobrol, katanya mereka Paman Adimas dan saudara jauh. Entah apa itu benar atau tidak.
Penghulu telah datang, ruangan sudah disiapkan. Penempatan posisi telah diatur. Tidak berlama-lama setelah membaca hal-hal penting Penghulu mulai berijab kobul.
"Bissmillahhirahmannirahim." Ucap basmalah. "Saya nikahkan engkau Adimas Herman Pangestu bin Hadi dengan anak saya bernama Ulliiyy Arianiy binti Sarwono dengan mas kawin seperangkaat alat sholat dan uang sebesar 1 juta 500 ribu dibayar tunai." Lafal Penghulu yang tengah menjabat tangan Adimas.
"Saya terima nikahnya Ulliiyy Arianiy binti Sarwono dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar 1 juta 50ribu dibayar tunai." Jawab Adimas dalam satu tarikan nafas perlafal dengan lancar.
"Bagaimana para saksi, apakah SAH!?" kata Pak Penghulu.
"SAH!" Jawab semuanya.
Sorak suara pelan kata SAH membuat wajah Arin dan Ulliiyy tersenyum bahagian, tapi tidak untuk Adimas. Pak Penghulu segera melanjutkan bacaan untuk menyelesaikan pernikahan.
Memang bahagia yang akan didapat ketika selesai pernikahan, tapi tidak bagi Ulliiyy. Dia tahu peran apa yang harus dikerjakan dalam perjanjian. Ya walau tidak semuanya tertulis surat itu. Yang pastinya dia bahagia ketika melihat Ibunya bahagia. Perjalanan rumah tangga baru ini masih panjang.
Bersambung..
***
MAAF BANGET BARU BISA UPDATE. SAYA HARAP SEMOGA INI SEGERA TAMAT. BAHAGIA SELALU YA ULLIIYY WALAU HATI TERLUKA.