10:34, Siang. Jakarta
Sabtu, 25 April 2026
Banyak kendaraan disetiap parkiran yang ada. Mahasiswa-mahasiswi juga tampak terlihat tengah sibuk dengan kegiatan yang mereka kerjakan, ataupun hanya duduk ngobrol hal yang ingin dibicarakan. Ada seorang Perempuan mengenakan Blus panjang bermotif kotak-kotak membawa aksen cewek-cewek Korea dan ditambah rompi hitam yang pendek biar kesannya tidak terlalu 'polos.' Untuk sepatunya ia kenakan sneakers tanpa tali atau flat shoes untuk alas kaki dan tote bag, untuk tas yang bisa muat banyak barang. Ia berjalan bersama Pria menuju parkiran motor.
Suara motor distater, "Mel, lo gak papa nih ikut gue?" Kata Rangga.
Camel melirik Pria didepannya. "Yang seharusnya khawatir itu gue loh. Bukan lo." Katanya. Naik ke jok belakang, dan berpegang pada Rangga.
"Kok gitu?"
"Gimana sih. Memang lo gak takut apa jika Amel datang gitu terus mergokin kita seperti ini." Terangnya.
"Yaelah. Gue kira paan. Itu gampang."
"Ya udah buruan ja."
Motor melaju meninggalkan parkiran, dimana kendaraan bagi Mahasiswa dan Mahasiswi sejenak menaruh kendaraan mereka.
Tampa mereka sadari, sedari tadi ada seorang Pria yang sudah mengawasi gerak-gerik mereka berdua. Mulai dari datang ke kampus, bertemu dibelakang kampus dan diperkirakan.
"Gila Lo Mel. Cewek Lacur lo." Ia segera meninggalkan tempat Parkiran, setelah tahu apa yang terjadi. Membawa luka dihati dan kekecewaan yang mendalam.
***
Bagi kedua insan yang sudah memiliki ikatan pasti menginginkan hal lebih. Atau sekedar nafsu semata. Bagaikan ikan yang tidak bisa dijauhkan dari air, bila salah satunya tidak ada maka apa yang terjadi sama hal nya dua sejoli. Tapi disini ada perbedaannya. Bila keinginan tidak didapat kadang mereka memilih jalan yang salah, sepertiganya mencari sesuatu yang dapat memuaskan dahaga.
Banyak yang bilang tahan sesuatu itu dengan hal positif maka akan terhindar, ah_ itu semua tidak benar. Ungkapan itu hanya sebuah alibi semata untuk tidak membuka aib.
Memikirkan semua itu membuat Adimas tidak bisa berfikir. Sebenci-bencinya ia sama perempuan ini, namun jika sudah memiliki sebuah ikatan tidak dapat terpungkiri lagi. Nafsu tetaplah Nafsu. Banyak bisikan maupun godaan dari telinga kanan maupun kiri untuk menyentuhnya. Demikian tubuhnya. Soal hati itu beda lagi. Hati tetap Perempuan disanalah yang mampu menempati. Namun, jika Nafsu sudah bermain ia tidak bisa berkata apa? Menghindar itu satu kata yang sulit baginya. Toh mereka sudah Sah terus mau dikata apa lagi.
"Dim, ajaklah Istrimu pulang ke Hotel. Sepertinya dia sudah lelah." Adimas melirik sejenak apa kata Kak Retno kearah Perempuan itu berada. Wajah pucat, tidak bertenaga dan keadaan lelah. Peluh keringat membasahi wajahnya.
"Hah," Sejujurnya dirinya juga sependapat dengan Kak Retno, tapi dia tahan agar terlihat sopan dan baik dimata Keluarga barunya ini. "Ya sudah Kak. Aku sama Ulliiyy mau pulang dulu." Melihat kesisi Ibu mertua.
"Hati-hati dijalan ya Nak. Ibu nitip Anak Ibu sama Nak Adim." Pesan Arin kepada Anak mantunya itu.
"Iya Bu." Disanggupi oleh Adimas. Demi martabat dan sandiwaranya, Adimas langsung beranjak ke arah Istrinya berada. Dia tertidur pulas ditikar yang ada di lantai. Digendong arah depan ala Bridal style/ gendong ala pengantin baru. Tidak berat juga, lumayanlah. "Adimas Pulang dulu ya Bu dan Kak Retno. Assalamualaikum. " Pamit Adimas kepada keluarga baru.
"Iya. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh." Jawab keduanya, Arin dan Retno.
Adimas berjalan melewati koridor RS. DIAN HARAPAN sambil menggendong ala pengantin dibagian depan. Banyak orang yang melihat perbuatannya dan selalu bertanya 'Ada apa? Mengapa Istrinya Pak? Apa Pingsan? Atau Apa yang terjadi?' dan jawaban yang dia berikan cukup simpel. "Istri saya tertidur, jadi saya tidak tega membangunkan jadi saya harus menggendong seperti ini." Itulah jawaban yang selalu dia gunakan. Lahkan memang benar. Walau hanya istri perjanjian/ Istri kontrak yang biasa disebut.
Selama Adimas berada dikota, ia telah menyewa sebuah mobil lengkap dengan supir yang siap menyetir yang akan mengantarnya ke mana pun tujuan karena ini juga bisa membuat ia lebih santai dan menikmati perjalanan. Dari pada harus menyetir sendiri yang kadang membuatnya bosan, apa lagi jika jalan dalam keadaan macet total bisa-bisa ia mati berjamur karena terus duduk. Alias, galau karena Macet.
Lama-lama berat juga. "Mas, bisa tolong minta tolong buka pintu kedua?" Kata Adimas. Menyuruh Mas-mas supir untuk membukakan pintu bagia kedua dari sisi kiri.
Sang Sopir langsung bergegas menuju bagian pintu kedua.
Ceklik
Pintu terbuka. Adimas segera membawa Ulliiyy yang berada digendong untuk ditaruh dibagian tempat duduk di belakang kursi depan. Dibaringkan diatas kursi mobil secara melintang atau sejajar sesuai kursi dan Dia segera menutup. "Langsung ke Hotel Greend saja ya Mas." Katanya. Bergegas masuk kedalam mobil disisi samping kiri sopir. Begitu juga sang Sopir langsung bergegas.
Mobil berjalan, keluar menuju tempat yang dikata Adimas.
Bunyi notif Whatsapp. Jari jempol bergerak membuka pesan itu. Senyum terbit diwajahnya dan langsung dibalas.
'Kenapa Beb?' Sand
Pesan yang barusan diketik langsing dikirim menuju pada sipenerima.
Belum juga dimasukan kedalam saku celana bunyi notif Whatsapp berbunyi.
"Haah_"
Sejujurnya dia lelah. Selama satu hari full di RS. Bagaimana tidak? Jika seharian ia harus mengurus Ibu mertua barunya (anggap saja begitu) melakukan kemoterapi untuk pemulihan kaki dan tidak lupa ditemani Perempuan yang telah SAH menyandang predikat Istri baginya.
Lama tidak membalas panggilan masuk. Dilirik Hp yang ia genggam. Tanpa basa basi langsung diangkat.
"Assalamu,,," Belum selesai mengucap salam, suara disebrang sudah terlebih dahulu jawab. Sabar.
"Waalaikumsalam! Ih, kenapa tuh chat ku gak dibalas!" Gerutu dari balik Hp, suara disebrang.
Memikirkan cara. "Maaf." Satu kalimat yang hanya bisa di ucapankannya untuk saat ini.
"Ih! Perasaan maaf maaf mulu deh kerjaannya."
Adimas hanya bisa memutar mata. "Terus harus ngomong apa lagi my beby." Luluhnya nada sayang.
"Ya bete aja gitu."
"Bete napa lagi?"
"Kan gak ada kamu." Manjanya
"Sabar."
"Iya deh. Tapi aku kok rasa kalau kamu terasa capek gitu? Bukannya kamu liburan ya?"
Diam. Bingung menjelaskan bagaimana? Ia tidak ingin mengungkapkannya, semua harus ditutup.
"Memang. Tapi aku disini bantu temen. Buat jaga ortunya yang lagi kena musibah, kan kamu tau aku tuh cowo seperti apa?" Katanya membuat kekasihnya disana percaya.
"Gitu ya. Kasihan banget temen nu tuh Beb. Ugm, ya udah kamu disitu istirahat ya jaga kesehatan. Miss yu." Memberikan perhatian.
"Jangan hanya aku saja, kamu disana juga. Miss yu too."
Sambungan sudah dipadamkan.
Hp yang tadi langsung ia masukan kedalam saku. Mobil yang melaju akan melewati sebuah restoran mewah dengan papan nama BEBEK IJO S. Seakan tergiur, Adimas menyuruh Mas supir untuk mampir kerestauran itu. Mobil berbelok menjadi parkiran yang sudah disediakan. Ia menyuruh Mas supir untuk berjaga diluar dan dirinya masuk kedalam memesan untuk dibawa pulang.
Walau Adimas sangat membenci Perempuan yang tengah terlelap tapi ia tau batas. Mana yang boleh dan mana yang gak. Ia tidak ingin lelaki manapun dalam satu ruang dengan sang Istri.
Setelah memesan Adimas langsung masuk kedalam mobil dan diikuti supir. Mobil berjalan menuju tempat tujuan. Sesampainya ditempat tujuan, Adimas segera mengangkat Ulliiyy kedalam kendongan ala pengantin dan membawa sebungkus isi dua untuk dibawa dan sebungkus lagi untuk si sopir.
"Nanti jika saya ada keperluan, saya hubungi." Kata Adimas.
"Iya Pak."
Adimas langsung merogoh kunci yang ada. Walau dalam keadaan sedang menggendong dan membawa barang dia masih mampu untuk mengambil kunci dari kantung celana. Para Font Office tersenyum melihat kedatangan salah satu Tamu yang memesan kamar 13 atas nama Pak Adimas HP dan Istrinya Ulliiyy A. Keromantisan keadaan yang mereka lihat bagaikan mereka tengah menonton K-drama didunia Nyata.
"Selamat Malam Pak." Ucap mereka bersama.
"Malam juga." Diangguki Adimas dan segera beranjak menuju lantai 3.
Setiap lantai terdiri dari beberapa ruang. Lantai satu khusus bagian penerimaan tamu, kantor, ruang makan dan dapur. Lantai 2 terdapat 8 kamar, begitu juga bagian kelanjutannya. Hotel Greend hanya memiliki 4 lantai. Hotel yang dia pilih sebagai tempat menginap mereka berdua.
Pintu bertulis nomer 13. Kunci yang sudah dipegang ia masukan ke lubang.
Ceklek
Adimas segera masuk. Dia bingung kenapa tempat tidur hanya 1? Padahal ia memesan dua tempat tidur. Tapi ya sudahlah. Diletakan Ulliiyy diatas ranjang. Saat akan ditaruh ada sebuah pergerakan dari Ulliiyy. Dalam posisi itu Ulliiyy perlahan membuka mata. Betapa kagetnya dia bahwa terdapat wajah Adimas didepannya. Pria yang telah menjadi Suaminya.
"Adimas?" Mungkin dirinya masih didalam mimpi. Jika boleh, dia ingin mengecup ke arah bibir itu.
Halusinasi datang.
Adimas yang mengetahui bahwa Ulliiyy masih dalam keadaan tidak sadar atau belum sepenuhnya bangun perlahan melepaskan nya namun ditahan oleh Ulliiyy.
"Aku," pelan
Kepala terangkat mengecup bibir yang diinginkan.
Adimas hanya bisa memejamkan mata. 'Sudah waktunya' Batinya.
Malam ini adalah malam dimana semua terjadi. Dalam keadaan perasaan yang berbeda mereka berdua menunaikan tugas sebagai suami istri yang SAH. Tapi ketika menyadari sesuatu Adimas mendapatkan hal diluar keadaan.
Tidak ada selaput darah yang biasa terjadi dimalam pertama.
"Brengsek!" Umpatnya.
Dipandang wajah peluh atas kegiatan mereka. Walau kecewa Adimas tidak bisa berhenti. 3 kali dalam pencapaian yang ia rasakan. Dalam keadaan lemas tubuh yang kehabisan tenaga dan rasa kecewa semakin mendalam. Ditatap langit kamar. Dia segera beranjak menuju kamar mandi dan meninggalkan Perempuan itu tertidur lelap penuh peluh dan tubuh yang masih dalam keadaan tanpa pakaian hanya tertutup selimut.
Suara kendaraan terdengar itu terdengar sangat berisik. Ulliiyy terbangun dari tidur. Kaget. Ia lupa sholat subuh. Ia bergegas bangun akan tetapi ia tersadar bahwa keadaannya tidak memungkinkan dan rasa sakit dibagian pusat nya. Ia berfikir sejenak. Apa yang terjadi? Tapi dapat diingatnya bahwa yang semalam itu bukan mimpi tapi nyata.
"MasyaAllah." Kejutnya.
Tersenyum bahagia. Langsung ia beranjak menuju kamar mandi membawa handuk yang ia ambil dari tas.
Segar. Langkahnya berjalan menuju luar kamar mandi betapa kagetnya sudah ada Adimas disana menikmati secangkir kopi.
"Mas." Panggilnya pelan terasa malu. Karena dia hanya memakai handuk.
Perhatian Adimas teralihkan. Sebenci apapun dia terhadap perempuan itu tetap saja tidak bisa mengalahkan sesuatu yang tumbuh, walau naluri pria sudah bangun mau dikata apa. Tegak berdiri dari duduk. Berjalan menghampiri Ulliiyy yang masih mengenakan handuk.
Pagi ini berlanjut seperti semalam. Mereka bersua memadu kasih. Ah bukan! Tapi memadu hasrat kebutuhan biologis.
Berdua bersama memadu hasrat.
Ada cinta hanya sepihak. Itu juga bukan keinginan. Jika dipikirkan keinginan terpendam Ulliiyy ingin dia juga memiliki perasaan yang ada untuknya. Sedih rasanya. Tapi ini sebuah keinginan yang tidak bisa dielak. Ibunya menginginkan dia menikah dengan Adimas. Ya seperti ini yang harus dirasa. Menikah tanpa cinta hanya hasrat yang dirasa. Semua yang ada harus ditelan matang-matang, inilah perjalanan pernikahan yang harus ia jalani.
***
MAAF YA TELAT UPDATE NYA. MAKASIH SUDAH MAU SEJENAK MEMBACA CERITA KU.