Sejak saat itu perubahan sikap Adimas semakin lebih kearah awal. Cuek, bersikap dingin, dan segala macam tentang Adimas yang dulu. Ulliiyy selalu bertanya-tanya apakah ada kesalahan yang diperbuat? Dipikir setelah malam itu Adimas akan berubah luluh kpadanya tapi ketika melihat apa yang terjadi saat ini. Sikap dia kepadanya sama seperti awal.
"Mas Dim." Panggilnya.
"Hun." Gumam saja.
"Apa kita akan tinggal di Hotel terus?" Bertanya. Berjalan mendekat.
"Terus lo mau gitu pergi ke sana dengan semua orang tau. Mikir tuh pake otak!" Tegasnya. Beranjak dan berlalu meninggalkan Istrinya sendiri terpaku menatapnya.
Ceklek
Rasanya sesak. Mungkin Inilah yang akan dia terima ketika memaksakan seseorang untuk menikah dengan dirinya, apa lagi ketika Pria itu sudah menolak dari awal. "Bu, kenapa harus seperti ini." Sengguknya menahan tangis.
Ulliiyy segera beranjak pergi menyusul Suaminya pergi ke lantai bawah. Disana ada sebuah Pantri atau restauran kecil tempat tamu yang memang ingin makan atau sekedar minum. Karena sebelumnya Adimas sudah mengajaknya.
Pagi ini dilalui mereka berdua biasa saja. Tapi kadang Adimas keluar hotel untuk bertemu dengan teman-teman nya dan meninggalkan Ulliiyy sendirian di Hotel, tidak jarang juga Adimas memilih menginap ditempat temannya dari pada pulang ke Hotel. Hari ini Dirinya dan Adimas akan berkunjung ke RS. DIAN HARAPAN untuk menjenguk sang Ibu yang dirawat.
Keadaan di lantai satu terlihat lumayan ramai, ada dari sebagian Tamu yang mengenakan masker dan ada juga tidak. Dapat dilihat disana Adimas duduk disebuah kursi yang sudah dipesan, tertata rapi sebuah hidangan sederhana nasi goreng, air putih, segelas kopi susu, dan beberapa makanan ringan untuk pencuci mulut.
"Makanlah." Katanya
Ulliiyy segera duduk dan menikmati makan Pagi berdua dengan Adimas. Ah, sebenarnya bukan sendirian tapi menurutnya ini semua serasa milik berdua dan yang lainnya hanya numpang.
"Setelah ini bersiap2lah, apa yang ingin dibawa segera berkemas. Kita akan mengunjungi ke RS. Semalam Kak mu menghubungi ku, katanya Ibu rindu."
Hanya sepatah begitu saja. "Ya Mas."
"Ingat. Bersikap sesuai kesepakatan." Ujarnya pelan.
Ulliiyy langsung melihat kearah Adimas. Dirinya tahu Perjanjian itu harus berjalan sesuai. Iya hanya bisa menjawab sesuai kemauan Adimas.
"Jangan terlalu lelet untuk bersiap-siap. Aku benci harus menunggu.!" Tekannya lagi.
Diangguki Ulliiyy.
Menikmati sarapan Pagi, setelah itu Ulliiyy bergegas menuju kamar Hotel untuk bersiap-siap sedangkan Adimas sudah menunggunya diparkiran, untuk mobil juga sudah datang sedari tadi sewaktu mereka berdua masih menikmati sarapan Pagi. Ulliiyy bergegas turun ke lantai 1 menuju parkiran.
Ketika langkanya hampir sampai dekat mobil dia melihat Adimas tengah menelfon seseorang dengan ucapan lembut. Mendengar itu rasanya sakit banget. Pada akhirnya ia hanya bisa terdiam membisu.
Adimas yang mengetahui keberadaan Ulliiyy segera mengakhiri panggilan tersebut. "Beb, udah dulu ya. Aku mau pergi, sudah ditunggu nih." Katanya lembut
"Iya-iya, aku tau." Senyum nya terlihat jelas dimata Ulliiyy.
"Baiklah. Nanti jika sudah aku hubungi lagi."
"Iya, janji. Miss you." Sayangnya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarahkatuh. " Sambungan terputus. Menaruh Hp disaku celana bagian samping kiri dan segera berjalan ke Mobil. Duduk didepan samping Supir.
Ulliiyy hanya bisa menghela nafas merasa sesak.
"Buruan naik." Ucap pedas Adimas.
Ulliiyy langsung buru-buru naik ke dalam Mobil. Mobil meninggalkan Parkiran, menuju ke lokasi yang sudah ditetapkan. RS. DIAN HARAPAN.
***
"Kak Adim ya?"
Melihat kearah Temannya yang bernama Amel. "Ya gitulah." Katanya seadanya. Menaruh Hp kedalam tas (Import).
Tas selempang slingbag mini doll boneka batam import korean bag pink. Yang ia ketahui itu adalah Tas pemberian dari Kak Adimas, sebagai hadiah ulang tahun Camelia ke 23 tahun lalu.
"Kapan Kak Adim Pulang?" Tanya Amel. Mengetikan sesuatu di Hp nya.
Melirik sejenak Amel. "Kepo lo."
"Ye, gue kan hanya tanya."
"Hahaha, canda aja kali. Gitu dibawa serius." Kata Camelia.
"Udah biasa."
"Ngambek nih." Goncang-goncang tubuh Amel.
"Kagak."
Mengambil botol air teh botol didalam kantung kresek "Katanya sih tanggal 16, tapi gak tau juga."
"Oh gitu ya."
Mereka segera bergegas pergi ruang perkuliahan untuk mengikuti jam kuliah.
***
Sesampai mereka di RS. DIAN HARAPAN. Adimas berjalan membawa totebag berisi makanan yang ia beli direstoran, Ulliiyy berjalan beriringan disamping Suaminya.
Langkah kaki mereka telah membawa sampai pada Pintu Rawat Inap.
Ceklek
Pintu terbuka dari arah dalam. Muncul Lis, istri dari Retno. "Loh sudah sampai?"
"Iya Mbak." Jawab Ulliiyy.
"Ya sudah masuk saja. Ibu sudah diperiksa barusan."
Ulliiyy dan Adimas masuk kedalam setelah Lis pergi keluar entah mau ngapain.
"Assalamualaikum, Bu." Salam keduanya.
Pendengaran Airin semakin hari semakin lemah tidak seperti waktu itu, karena faktor umur dan banyak obat-obatan yang masuk memengaruhi kinerja pendengaran.
Ulliiyy merekat.
Airin senang, anak bungsunya datang bersama menantu nya. "Udah datang toh Nduk?" Senyum.
"Iya Bu." Menaruh beberapa makanan yang ia bawa dan begitu juga Adimas.
Sebelum Adimas ikut bergabung duduk dikursi samping Izky keponakan Ulliiyy, ia bersaliman dengan Ibu mertua demi nama baiknya.
"Nak Adim." Suara lemah.
"Iya Bu."
Adimas langsung duduk disamping Izky dan mengajak ia bermain.
"Ibu sudah makan?"
Tersenyum lembut. "Sudah Nak. Gimana Kuliah Nak Adim?"
Ulliiyy terdiam melirik sebentar kearah Suaminya.
"Alhamdulillah Bu, baik-baik saja. Kemarin Profesor menghubungi ku jika aku ditugaskan untuk mengambil tugas mandiri. Tugas kuliah dalam pembangunan dikota. Lebih tepatnya disini. Jadi aku akan mengambil sebuah proyek pembangunan." Jelas Adimas.
Mendengar penjelasan dari Anak mantunya Arin bahagia, masih ada waktu kebersamaan bersama anak dan anak mantunya. "Syukur alhamdulillah jika begitu."
"Nak. Dari pada kesini, mengapa tidak pergi untuk jalan-jalan saja. Menikmati kebersamaan kalan. Ibu ingin punya cucu dari kalian." Senyum hangat dengan harapan yang sepenuhnya ada. Apa lagi ketika keinginan yang ia inginkan terwujud.
Ulliiyy hanya bisa terdiam tertunduk.
Demi kelangsungan sandiwara Adimas memilih mengalah. "Ya Bu. Dari sini nanti Adim akan ajak Ulliiyy jalan-jalan menikmati hari berdua."
Tersipu.
Meremas baju yang ia kenakan.
Mereka berdua menikmati kebersamaan bersama dirumah sakit. Canda tawa dan kehangatan. Walau semuanya mereka perankan sesuai perjanjian. Lebih baik dijalani dari pada berhenti dijalan dan membuat semua bertabrakan.
Sepulang dari Rumah sakit Ibu dirawat, Adimas menyuruh sang Sopir untuk mengantar Ulliiyy ke hotel sedangkan dirinya pergi entah kemana? Ulliiyy tidak mengetahui.
Kecewa pasti. Ulliiyy kira hari-harinya akan bersama Adimas, nyatanya tidak seperti khayalannya.
Adimas memilih tidak dalam satu area yang sama bersama Ulliiyy dari pada harus menelah rasa ingatannya yang semalam.
"Huh, bekas. Brengsek!" Memukul dinding. Mau-maunya dibohongi. "Lacur tetaplah lacur." Umpatnya. Bergegas ketempat yang dituju.
Bersambung..
***
MAAF BARU BISA UPDATE. LAGI KENA MUSIBAH. JADI BARU BISA UPDATE SEKARANG. UNTUK PEMBACA SETIA LOVE ME, MAAF BARU BISA INFOIN. BERHUBUNG KARENA SAYA SENDIRI SEBAGAI PENULIS, BELUM BISA MELANJUTKAN CERITA LOVE ME DIKARENAKAN SEBENTAR LAGI AKAN MENIKAH DAN MASIH DALAM PROSES. DIHARAPKAN UNTUK BERSABAR. MAAF BANGET, BELUM BISA NEPATIN JANJI. TERIMA KASIH BANYAK SUPORT NYA.