Chereads / A Trip Of Our Youth / Chapter 43 - Berkat Romeo

Chapter 43 - Berkat Romeo

Pukul 9 pagi, 3 sekawan itu sudah tiba di Disneyland. Ketiganya bahkan sampai repot-repot untuk berdandan dan mencari outfit paling kece yang sekiranya instagramable untuk di post nanti.

Yora tidak percaya ia melakukan ini, tapi saat Romeo mem-video call-nya, gadis berhighlight ash brown itu menerima dengan senang hati.

"Aye yo, what's up!" sapanya girang, tidak lupa memperlihatkan Aruna dan Sera yang ikut melambai, menyapa kamera ponsel.

"WOI, BRO! THANK YOU BANGET NIH, KITA JADI BISA JELONG-JELONG KE DISNEYLAND, UHUY!"

Disapa begitu meriah oleh Sera membuat Romeo hampir jantungan, bahkan walaupun hanya lewat layar ponsel.

"I-iya, sama-sama," jawab cowok itu.

"Ntar duitnya gue ganti," kata Yora, masih dengan wajah ceria.

"GAK, gak usah. Itu kan hadiah buat lo, Ra."

"Hadiah ultah buat ayang!" seru Sera disertai tawa oleh Aruna.

Yora langsung mendelik kesal sementara di sisi lain, Romeo mengangguk setuju. "Seriously, gak perlu diganti. Atau kalo lo maksa, lo bisa ganti dengan cara lain …"

Ah, Yora tau kemana arah pembicaraan Romeo.

"Nge-date sama gu-"

"Ups, sinyalnya gak bener nih kayaknya," belum selesai Romeo bicara, Yora buru-buru menyudahi sambungan video tersebut. "Udah dulu ya, Rom. Bye!"

Satu helaan napas keluar dari mulut Yora. "SENENG?! SENENG YA LEDEKIN TEMENNYA?!"

"Iya. Seneng banget!" seru Sera dan Aruna kompak sembari berlari menjauh, membuat Yora mau tidak mau ikut berlari mengejar.

* * *

Adegan kejar-kejaran antara Sera-Aruna dengan Yora berakhir di depan sebuah toko pernak-pernik. Di sana, sudah ada Katie dan 5 orang temannya yang menunggu.

"What happened? Why were you running?" tanya salah satu teman Katie, May. Tapi belum sempat Sera dan Aruna menjawab, Yora sudah tiba sambil memaki.

"Damn, you bitch! Belom apa-apa gue udah lepek duluan kan jadinya!"

"Eh, itu moncong dijaga dong. Gak liat tuh banyak kiddos?" peringat Sera.

Yora jadi ikut melihat sekeliling sebelum akhirnya tersenyum kecut saat menyadari beberapa ibu-ibu memandangnya tidak suka. Gadis itu lalu menyelamatkan diri ke dalam toko yang lalu diikuti 8 gadis lain.

"Lo sih!" gerutu Yora saat Sera ikut melihat-lihat boneka di sampingnya.

"Mwo?"

"Ma mo ma mo, jelek lo!" kesal Yora.

"Dih … kok jadi body shamming?!"

"Lo berdua ke sini mau main apa mau ribut?" tanya Aruna yang menginterupsi, membuat duo RaRa menengok.

"Main!" jawab keduanya kompak.

"Then stop acting like that. Choose what you like and get the hell out of here."

Perkataan Aruna yang bagaikan titah raja itu kembali membuat Sera dan Yora tak berkutik. Kedua dengan sigap mengambil aksesoris khas Disneyland seperti bando dan topi berbentuk tokoh tikus Disney dan menuju kasir.

Sembilan gadis itu lalu bergabung menjadi satu kelompok yang pergi bergerombol dari satu wahana ke wahana lain. Waktu untuk menunggu antrean wahana yang panjang jadi tidak terlalu terasa terbuang karena tidak ada habisnya topik yang mereka bahas.

Memasuki jam makan siang, terlihat kedai-kedai juga resto mulai penuh. Untuk memanfaatkan waktu, para gadis itu sepakat untuk menaiki wahana yang mulai sepi pengunjung sembari menunggu pengunjung resto berkurang.

Semua setuju, termasuk Yora. Tapi kakinya mendadak lemas saat wahana yang dituju ternyata sebuah roller coaster.

Roller coaster dengan dekorasi layaknya area tambang itu memang terlihat tidak terlalu ekstrim. Tinggi puncaknya masih manusiawi dan track-nya pun tidak terlalu meliuk-liuk sampai bisa membuat otak terkocok. Makanya saat Sera dan Aruna menariknya untuk ikut, Yora cukup kooperatif.

Tapi ya namanya roller coaster, gak afdol rasanya kalau tidak membuat pengendaranya histeris, dan dalam hal ini, Yora adalah yang paling heboh.

Dari awal yang dia pikir roller coaster itu hanya berjalan maju, ternyata malah mundur mendadak saat kereta wahana sedang menanjak. Yora yang shock otomatis memeluk Aruna yang duduk di sampingnya seraya berteriak sekeras mungkin.

Sementara Sera yang duduk tepat di belakang Aruna masih sempat-sempatnya merekam Yora yang ketakutan. "HAHAHA TAKUT BOS?"

"MENURUT LOOO? NANA IH JANGAN DI LEPAS TANGAN GUE!"

"ADU-DUH, RAMBUT GUE JANGAN DI JAMBAK ANJIR!" keluh Aruna. Keadaannya sangat berantakan dalam kehebohan Yora.

Roller coaster yang sempat berjalan mundur itu lalu memelan hingga Yora mengira permainan sudah selesai. Tap tentu saja tidak semudah itu.

Kereta itu kembali melaju secepat kilat ke depan, membawa mereka berliuk-liuk mengikuti track yang tidak lurus. Ternyata yang barusan hanya permulaan.

"AAAAAAA!!! ANJIIRRR!" jerit Yora. "TUHAN AMPUNI DOSA HAMBA! UDAHAN DONGGG."

Untung saja mereka sedang di luar negeri yang mayoritasnya tidak berbahasa Indonesia. Kalau tidak mungkin Yora sudah jadi sumber hiburan penumpang roller coaster tersebut.

Pasalnya, jeritan gadis bersurai sepunggung itu benar-benar keras meski dibarengi teriakan orang lain dan suara gesekan roda besi dengan track. Bahkan Aruna, di tengah kewalahannya mengatasi Yora, tetap tidak bisa tidak tertawa.

Wajah Yora terlihat pucat setelah turun dari wahana. Entah karena trauma pasca diombang ambing roller coaster atau karena belum makan.

Tapi kayaknya sih karena dua-duanya.

* * *

Tidak seperti Aruna dan Yora, ini jadi kali pertama Sera menginjakkan kaki di Disneyland. Ia jadi mengerti saat orang-orang menyebut taman hiburan besutan Walt Disney itu sebagai 'the happiest place on earth'.

Sebut saja Sera norak atau lebay, tapi ada sesuatu yang 'magical' di sini. Mungkin karena dekorasi bangunan atau mungkin karena tokoh Disney yang kerap berlalu lalang, membuat imajinasi masa kecilnya kembali hidup. Ditambah wajah bahagia para pengunjung menambah aura positif yang memenuhi atmosfer.

Ah, melihat wajah-wajah polos yang girang bersama orang tuanya itu membuat Sera sedikit iri.

Beruntungnya bocah-bocah itu. Hari libur diisi rekreasi keluarga. Sera kecil boro-boro keluar dengan orang tua. Bisa terhitung dengan jari berapa kali ia pernah pergi liburan dengan keluarga selama 20 tahun hidupnya.

Menjelang sore, kesembilan gadis itu kembali mengunjungi toko souvenir sebelum toko-toko itu tutup. Sera sendiri tidak tertarik untuk membeli, takut boros. Jadi ia hanya membantu Aruna dan Yora untuk memilih.

"Lo gak beli?" tanya Yora. Ditangannya sudah ada sebuah gantungan kunci berbentuk kastil Disney yang iconic.

"Kagak."

"Buat oleh-oleh gitu? Aruna aja beli buat adek-adeknya. Lo gak beliin buat kakak lo?"

"Enggak lah, ngapain. Gak penting dia."

"Dasar adik durhaka," cecar Yora yang lalu meninggalkan Sera di lorong penuh barang bertema Star Wars.

Sera mendengus. Dalam hati ia memuji dirinya sendiri karena merasa menjadi adik yang baik dan berhati lembut. Omongan Yora barusan jadi benar-benar mengingatkan Sera pada kakaknya. Apalagi dengan pernak-pernik Star Wars di depannya. Benar-benar Sean.

Panggilan video Sera disambut dengan Sean yang masih muka bantal. Bukankah di London sudah jam 10 sekarang?

"Molor teroosss. Bangun woy, udah siang!"

"Nope. It's 9 am. Masih pagi," jawab Sean sambil mengusap wajahnya. Matanya yang masih memaksa untuk memejam tiba-tiba jadi segar saat Sera memutar kameranya dan menampilkan deretan merchandise Star Wars, salah satu series film favoritnya.

"WAW, where are you, sis?"

"Heavennn," jawab Sera dengan nada yang dibuat-buat sembari berputar memperllihatkan sekeliling.

"That's definitely heaven." Kalau diilustrasikan, mungkin Sean akan digambarkan sebagai bocah kelaparan dengan air liur yang menetes.

"Mau yang man-"

"Semuanya!"

"Tau diri dikit dong."

"Hehe. Lightsaber aja deh."

"Lightsaber buat apa anjir? Lo udah tua, mau perang-perangan sama bocil tetangga?" sungut Sera.

"Lah tadi nanya gue mau apaan."

"Mug aje ye? Apa gantungan? Oh, gelang aja nih. Biar makin kayak jamet, lo."

"Ck, gantungan aja dah. Gantungan sama mug mahalan mana?"

"Mug."

"Sial. Mau yang Stromtrooper apa Darth Vader? Oh, yang BB-8 nih ucul. Gue beliin yang ini," kata Sera mengambil mug berbentuk robot bulat dengan aksen warna oranye.

"Lo beli buat gue apa buat lo sih?"

"Buat lo, tapi pake duit gue. Jadi suka-suka gue."

"Kalo gitu ngapain vidcall nanya gue?"

"Suka-suka gue," jawab Sera yang berjalan menuju kasir.

"You just miss me, ar-" belum selesai Sean bicara, Sera langsung menutup teleponnya.

"Byeee."

Setelahnya, kesembilan gadis itu menyaksikan atraksi khas Disneyland yaitu parade yang diadakan di "jalan utama" menuju kastil. Mobil-mobil dengan dekorasi megah juga orang berkostum dengan totalitas itu sungguh menakjubkan untuk ditonton. Bahkan untuk gadis 20 tahunan seperti The SeNaRa. Ketiganya terus tersenyum girang dan tak lelah melambaikan tangan.

Sebagai penutup, ada atraksi kembang api dan lightshow yang merupakan agenda wajib jika berkunjung ke Disneyland.

Cahaya dari lampu sorot menerangi kastil iconic Disney yang berwarna pink di tengah gelapnya malam. Ditambah kembang api yang menjadikan pemandangan malam itu lebih indah.

Baik Aruna, Sera maupun Yora mendongak ke langit penuh cahaya tersebut dan untuk sesaat, ketiganya larut dalam percikan indah bunga api di angkasa. Tubuh mereka jelas lelah setelah seharian ini bermain, tapi lelahnya sudah pasti bukan lelah yang sia-sia. Dipastikan malam ini mereka akan tidur nyenyak.

Dan, oh… hampir lupa. Terima kasih banyak kepada sponsor The SeNaRa hari ini, Romeo.