Pada akhirnya Sera-Aruna-Yora bisa sampai dengan aman sentosa menggunakan Peak Tram. Setelah itu ketiganya lanjut menuju pelabuhan. Kalau kata Yora, "Menjemput rezeki."
Pertemuan mereka dengan rombongan gadis asal Australia di kapal pesiar minggu lalu memang seperti takdir yang membahagiakan. Setelah berbaik hati menawarkan tur bersama travel agent di Saigon, Vietnam, Katie cs kembali mengajak The SeNaRa bertemu.
Yup, kali ini dalam rangka menaiki yacht pribadi milik salah satu teman Katie yang memang warga asli Hong Kong, Eileen.
"Oh, pantes bisa kuliah di Aussie. Wong sugih," bisik Yora saat mereka berkumpul di dek kapal pribadi itu.
Baru kali ini rombongan dari Negeri Kangguru itu punya banyak kesempatan bertukar cerita dengan trio SeNaRa. Ternyata walaupun belajar di kampus yang sama, tidak semua dari mereka tumbuh dan besar di Australia.
Eileen misalnya, keponakan pemilik yacht tersebut pergi ke Australia untuk menempuh pendidikan magister. Dalam rangka merayakan kelulusannya itu lah sang paman berbaik hati meminjamkan yacht pribadi tersebut untuk Eileen pakai bersenang-senang bersama teman-temannya. Konon katanya orang tua Eileen juga merupakan salah satu pengusaha terkaya di Hong Kong.
"Ini toh yang dinamakan Crazy Rich Asian di dunia nyata," bisik Yora lagi.
"Belom tentu juga dia kaya cuman karna dia bisa sekolah di luar negri," sanggah Sera. "Keluarga gue bukan crazy rich tapi gue bisa kuliah di New York."
"Tapi lo udah crazy, tinggal rich-nya aja."
"Gue jorokin lo ke laut!" ancam Sera.
"Jorokin aja. Gue bisa berenang ini," jawab Yora sembari meminum cocktail yang sudah disediakan pihak yacht.
"Tapi, Ra. Lo juga termasuk crazy rich gak sih?" tanya Aruna heran. Sebagai keturunan Hanarta, temannya itu juga masuk kalangan konglomerat yang bisa dipastikan hartanya tak akan habis tujuh turunan.
"Iya. Apalagi kalo jadi besanan sama keluarganya Romeo. Liora bakal jadi super mega crazy rich," timpal Sera.
Yora sudah mau buka mulut untuk membalas Sera. Untungnya Eileen datang memberi tahu bahwa makan siang sudah siap.
"Come on guys, let's have lunch!" ajak gadis bermata sipit itu..
Pertengkaran lebih lanjut pun bisa terhindar dan Aruna lega. Setidaknya mereka tidak akan diusir dari yacht siang ini karena membuat keributan.
* * *
Yacht berkeliling di sekitaran perairan Hong Kong. Tidak begitu jauh tapi cukup memberi mereka pengalaman spesial menikmati keindahan negara seribu tower tersebut.
Setelah makan siang, beberapa dari rombongan Australia memilih bermain dan berenang di sekitar yacht. Kapal privat tersebut memang dilengkapi balon seluncur di sampingnya. Yora juga sebenarnya ingin bergabung, namun terhalang tamu bulanan jadi gadis itu hanya duduk di dek belakang sembari memperhatikan yang lain.
Gak mau terlihat kesepian, Yora pun mengambil ponselnya. Membuka aplikasi kontak dan entah kenapa yang terlintas adalah kontak kakeknya.
"Opaaa!" sapa Yora saat wajah sang kakek muncul di layar ponselnya.
"Halo, Liora. Lagi apa?" tanya pria sepuh tersebut.
Rasanya sudah lama Yora tidak berbincang dengaan kakeknya. Tiba-tiba rasa rindu menghampiri melihat sosok yang mulai renta itu.
"Lagi santai di pantai," jawab Yora yang mengarahkan kamera ponselnya ke berbagai arah supaya kakeknya juga bisa melihat. "Bukan di pantai sih, di tengah laut," ralat Yora.
"Di tengah laut? Naik apa?"
"Yacht punya om nya temen aku."
"Punya temen? Temen yang mana?"
"Ada deh, temen baru kenalan. Orang Hong Kong."
"Orang Hong Kong? Emang kamu lagi di Hong Kong?"
"Iyaaa."
"Oh iya, mami kamu bilang kamu jalan-jalan sama temen kamu yang rame itu, siapa namanya? Sarah?"
"Sera," ralat Yora. "Sama Aruna juga."
"Oh iya, iya…. Kamu butuh sesuatu gak, Liora? Harusnya bilang sama Opa kalo mau ke Hong Kong. Opa punya temen di sana kan bisa bantu kalian jalan-jalan. Apa mau opa sewain yacht juga?"
Yora tertawa mendengar ocehan kakeknya. Pendiri Hanan Group itu memang selalu memanjakan cucu-cucunya. Sosok yang tegas dan disiplin di mata Herman Hanarta tersebut tidak pernah berpikir 2 kali untuk menghamburkan harta, terutama jika untuk cucu pertamanya, Liora.
Punya kesan yang seperti diistimewakan begitu membuat Yora semakin merasa tertekan jika ia tidak bisa meneruskan usaha keluarganya. Bagaimana mungkin anak tunggal Herman dan Sonya Hanarta itu mengecewakan kakek yang amat menyayanginya?
"Engga usah, Opa."
"Duit kamu cukup? Kalo kurang nanti Opa tambahin."
"Cukup, Opa. Tenang aja. Kita gak bakal jadi gembel di luar negri kok."
"Ya gak mungkin lah. Masa cucu Opa yang cantik begini jadi gembel."
Kakek dan cucu yang hanya terhubung sambungan video itu tertawa bersama. Setelah berbincang beberapa menit, sambungan itu berakhir tepat saat Aruna duduk di samping Yora.
"Siapa?" tanya Aruna yang sekarang mengenakan bikini dengan kain yang melingar di pinggang.
"Opa gue."
"And what's with the face?"
Yora menghela napas dan menatap laut di depannya. "Lo tau gue gak minat buat jadi business woman apalagi megang Hanan Group. Hidup gue selalu bimbang gara-gara ini. Gue mau keluar dari title 'pewaris Hanan Group', but then there's my Opa who always spoiled me and has a high expectation that I will take the company."
"Kalo orang lain pada percaya sama lo, mungkin artinya emang ada potensi di diri lo yang gak lo liat?"
"Here's the thing," jawab Yora seraya memutar tubuhnya menghadap Aruna. "Gue gak bilang kalo segala sesuatu tentang Sera itu buruk. Tapi kalo boleh gue ibaratkan, gue adalah bobroknya Sera yang diselimutin kalemnya Aruna. Ngerti gak? I was fake in front of my family."
"You're not being fake. Lo cuma bersikap sopan dan menjaga nama baik keluarga lo," kata Aruna.
"But still, citra gue di depan keluarga beda sama kalo lagi di luar."
"Semua orang juga gitu."
"Sera enggak. Lo enggak. Sera selalu bisa ngeluarin isi kepalanya even if it sounds rude in front of her parents and brother. Dan lo, lo tetap Aruna yang sama di mana pun lo ada."
"Karena Sera adalah Sera. Gue adalah gue. Dan lo… adalah lo," jawab Aruna menatap sahabatnya.
"Kalo gue cuma jadi diri gue di depan keluarga gue, then I'm a misfit, a disappointment."
Aruna diam sebentar, menatap Yora. "What happened? Bukannya gue yang biasanya jadi si insecure? Kenapa sekarang jadi lo?"
Yora kembali menghela napas. "I don't know. Ngelihat Opa gue barusan, selain bikin kangen, tiba tiba juga bikin gue ngerasaa kaya diingetin dengan ekspetasi yang selama ini keluarga gua punya. Dari nyokap… bokap… dan Opa.
That Eileen girl, keluarganya juga punya usaha and she's ready to take over. Not to mention that she graduated with cumlaude. Sementara gue? I barely survived."
"Jadi lo ke trigger sama Eileen?" tanya Aruna.
"Enggak juga sih. Kayak, selama ini juga udah selalu jadi beban buat gue."
"Ra, kalo emang lo seenggak suka itu, ya lo bilang sama orang tua lo. Maksud gue bilang in a proper way. Jelasin dan kasih orangtua lo pengertian kenapa lo gak mau. Bilang kalo passion lo bukan di situ. Have you try it?"
Lagi-lagi Yora menghela napas. "Masalahnya gue juga sadar kalo Opa gak punya banyak pilihan buat dijadikan penerusnya. Gue cucunya paling gede, adek-adek sepupu gue kalo gak punya usaha sendiri ya udah punya karir di bidang masing-masing. Sisanya masih terlalu kecil.
Saudara bokap gue yang satu udah bilang mau pensiun di usia sekian. Yang satu lagi Opa nggak pernah percaya buat megang Hanan. What can I do?"
"…"
"Sebenernya ini bertolak belakang sama apa yang gue bilang ke nyokap-bokap gue sebelum gue dapet ijin pergi, tapi setelah gimana nyokap-bokap gue selalu kasih apa yang gue mau, bukannya mereka minta imbalan, tapi masa gue gak bisa ngabulin permintaan terbesar mereka?"
"…"
"Gak mungkin juga kan gue bilang 'Oh sorry Opa, Mami, Papi, aku nggak minat di Hanan. You can kick me out if you want.' Selain gue nggak mau ngecewain keluarga, gue juga nggak akan bisa hidup kalau sampai gua dicoret dari Hanarta."
"But you'll never know if you never try," kata Aruna membuat Yora tidak habis pikir.
"Jadi lo nyuruh gue adu nasib antara dikeluarkan dari KK atau nggak?"
Aruna meringis sedikit. "Tapi seekstrim-ekstrimnnya Sera, dia nggak pernah kan dikeluarin dari KK?"
"Lo lupa dia pernah diusir?!"
Oh iya, Aruna lupa soal itu. "Jangan deh, Ra. Hehe…" kata Aruna menarik sarannya tadi.
* * *
Setelah makan siang, seorang wanita berpakaian formal yang Eileen sebut sebagai penanggung jawab yacht mengajak mereka berkelling kapal. Hanya Sera dan seorang dari rombongan Katie yang mau ikut. Yang lain lebih memilih berenang dan bermain di dek.
Setelah menelusuri bagian-bagian yacht yang ternyata lebih lengkap dan mewah dari pikiran Sera, wanita berpakaian formal tadi menawarkan Sera dan temannya Katie untuk beristirahat di salah satu kamar. Tentu saja Sera tidak menyia-nyiakan kesempatan. Apalagi tubuhnya masih lelah sehabis jalan mendaki di Victoria Peak tadi.
Sera terbangun saat sore menjelang. Niatnya mau lanjut tidur karena mereka masih punya waktu di yacht sampai jam 8, setelah makan malam. Saat hendak mencoba tidur lagi, tiba-tiba kupingnya terasa gatal.
"Duh, gatel banget nih kuping," gerutu Sera seraya menggosok kasar daun teliinganya. "Ada yang ngomongin gue apa ya?"