Pagi terakhir di kapal pesiar Aruna gunakan untuk jogging di track yang memang teredia di area dek kapal. Suasana pagi ini terasa jauh berbeda dengan keadaan pesta semalam yang penuh sorak. Sayang, Aruna tidak bisa menikmati farewell party semalam dengan seharusnya.
Mengenai instastory semalam, Aruna tidak bertanya lebih lanjut pada Nesya. Akan jadi aneh rasanya menanyai karyawannya yang bersama dengan pacarnya di malam hari.
Aruna juga belum belum bertanya pada Keano. Walaupun gadis bersurai kecoklatan itu kepo setengah mati, tapi Aruna berusaha untuk tetap positif dan tidak membesarkan masalah yang kurang penting. Makanya untuk menjernihkan kepala, gadis dengan garis wajah campuran itu memilih untuk jogging terlebih dahulu sementara duo RaRa masih terlelap.
Semalam Sera langsung menyusulnya dan menemani Aruna yang tetap berjaga di balkon kamar. Yora sendiri baru kembali ke kamar setelah lewat jam 1 pagi dengan keadaan, surprisingly, masih sober. Entahlah, Liora dan pesta rasanya sulit dipisahkan dengan kata mabuk.
Saat Aruna kembali ke kamar mereka, ternyata Yora sudah bangun, duduk di antara sisa baju yang akan dimasukkan ke koper.
"Morning!" sapa Yora. "Kenapa muka lo?"
"Kenapa apanya?"
"Kusut. Kayak baju gue di koper."
"Disetrika biar licin."
Jawaban Aruna selain gak lucu juga terdengar datar. Jadi biar aman, Yora memilih diam. Tapi sayangnya, setelah itu suasana jadi kaku. Aruna langsung masuk kamar mandi, menyisakan Yora yang clueless.
"Eh, kebo. Bangun!" ucap Yora seraya menepuk bokong Sera. Satu kali, dua kali… tidak berhasil juga. Lalu dengan iseng, gadis bertubuh proposional itu membisikkan sesuatu pada Sera. "Bangun woi, check berita! Katanya Jeyun dating!"
Detik selanjutnya Sera langsung melotot dalam bukaan maksimal. Kalau tidak kenal, orang lain mungkin akan mengira gadis itu baru bangkit dari kematian.
"Jaehyun," ralat Sera membuat Yora mengerutkan alis.
"Hah?"
"Jaehyun. Namanya Jaehyun, bukan Jeyun. JA-E-HYEON!" ralat Sera lagi sembari mengubah posisinya jadi duduk.
"Iya, Ja-e-hyon."
"JAE-HYEON!"
"Iya pokoknya itu lah!" kesal Yora. "Itu Aruna kenapa?"
"Is it true?"
Bukannya menjawab, Sera malah balik bertanya. "What's true?"
"Jaehyun is dating."
"Enggak, becanda."
Mendengar jawaban Yora, Sera pun kembali tiduran dan menyelimuti tubuhnya, membuat Yora dongkol. "Woi, setan! Lo belom jawab pertanyaan gue! Temen lo kenapa itu?!"
Sementara Yora sibuk memukul Sera yang berlapis bed cover tebal, pintu kamar mandi kembali terbuka dengan Aruna yang berdiri di ambang pintu.
"Kalo cewek sama cowok keluar jam 9 malem itu pertanda apa?" tanya Aruna dengan tangan yang sibuk mengeringkan rambut.
Yora seketka menengok, berpikir sebentar lalu menjawab, "Nge-date kali."
Detik berikutnya, terdengar pukulan keras yang mendarat di punggung Yora. Belum sempat mengeluh, Yora sudah disalip duluan oleh Sera. "Wrong answer."
Untungnya, Yora ini cepat tanggap. Melihat raut muka Aruna yang loyo, Yora segera mengoreksi kata-katanya. "Maksudnya kalo pacaran. Kalo bukan pacar tapi keluar malem barengan… abis nungguin print-nan kali."
Jawaban yang sangat tidak bermutu, tapi tidak apa.
"Emang kenapa? Siapa yang keluar jam 9 malem barengan?" tanya Yora. "Wahh, Adit ketauan jalan sama cewek sampe malem ya?"
"Bukan Adit, tapi Keano."
Jawaban Aruna lagi-lagi membuat Yora terdiam.
"Hhh, bukan masalah yang harus dibesar-besarin sih. Ceweknya juga cuma Nesya. Tapi… gue jadi kepikiran aja," jelas Aruna.
"Yaudah kalo gitu jangan dipikirin," timpal Sera. Gadis itu beranjak dari tempat tidur dan bersiap untuk mandi. "Kita kan liburan buat menjauhi masalah, bukan nambah beban pikiran. If it's bothering you a lot, then me and Yora can help."
Yora melirik malas pada Sera yang menutup pintu kamar mandi dengan santai dan tanpa beban. Perkataan Sera memang benar, tapi tidak semua orang punya cara berpikir sesantai itu. Beberapa orang punya tingkat kekhawatiran dan sensitifitas lebih tinggi. Contohnya Aruna.
"She's right," ucap Yora. "You do trust your boyfriend, right? Let's have fun and tell us if you really bothered."
* * *
Siang hari, kapal pesiar megah itu akhirnya berlabuh di pemberhentian terakhir. Tepatnya di Kai Tak Cruise Terminal, sebuah terminal kapal pesiar modern yang mempunyai rooftop park di atasnya.
Setelah check in hotel, ketiganya lanjut mengisi perut. Sudah jadi rahasia umum kalau Hong Kong termasuk surganya kuliner. Karena itu, hanya dengan berbekal insting dan google maps, 3 sekawan itu menjelajah jalanan Hong Kong.
Tidak sulit menemukan restoran atau warung makan yang menarik perhatian. Tapi kalau menurut saran yang sering Yora dengar, mereka harus pergi ke tempat makan yang terdapat antrean panjang. Pasti ada alasan kenapa orang-orang itu rela mengantre kan?
Setelah mendapat duduk dan memesan, Aruna jadi teringat sesuatu. Semalam, sebelum duduk menyendiri dan melhat Instagram story Nesya, Aruna sempat berbincang dengan Katie cs.
"By the way, kita ke Disneyland jadinya besok kan?" tanya Aruna.
Yora yang sibuk mengipas wajahnya mengangguk sebagai jawaban. Tempat makan yang mereka sambangi itu memang cukup ramai dan terkesan sumpek. Hanya terdapat kipas angin yang sayangnya tidak bisa menjangkau semua orang.
"Kenapa emang, Na?" kali ini Sera yang bertanya.
"Gue sempet ngobrol sama Katie dkk. Kalo jadi, mereka juga mau ke Disneyland, terus mereka ngajak bareng. Lo berdua setuju kan?"
"Ohhh, ya setuju aja gue sih."
"Mereka stay di mana?" tanya Yora.
"Di Hong Kong Island tapi gak tau di hotel mana."
Sebagai informasi, Hong Kong memang terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya yaitu Hong Kong Island dan Kowloon. Hong Kong Island merupakan pulau terpisah dengan banyak gedung pencakar langit. Meskipun sama-sama merupakan daerah yang sibuk, Kowloon lebih banyak memperlihatkan sisi oriental dan tradisionalnya.
"Mereka nyewa tour guide lagi gak di sini?"
Jawaban atas pertanyaan Sera terinterupsi sebentar saat pesanan mereka datang.
"Enggak kali. Eileen yang mukannya Chinese itu kan orang Hong Kong," jawab Yora.
"Oh iya. Berarti dia yang jadi tour guidenya."
"Terus lo mau minta dia guiding selama di sini?"
"Iya, hehe."
"Dasar gak mau rugi," cibir Yora.
"Tapi kamu setuju kan?"
Dengan cengiran, Yora mengangguk. "Iya sih, hehe."
"Emang sama aja ini berdua," ucap Aruna dalam hati.
* * *
Sisa hari mereka habiskan untuk bersantai di hotel. Berhubung besok tiga serangkai itu akan menghabiskan waktu seharian penuh di Disneyland, maka ada baiknya untuk menyimpan tenaga sekarang.
Layaknya anak muda pada umumnya, bermain gadget adalah apa yang tiga gadis itu lakukan saat berdiam dalam ruangan.
Yora yang sedari tadi duduk bersender pada kepala tempat tidur merasa amat terganggu karena suara yang Sera keluarkan dari mulutnya. Entak itu decakan, desahan, kekehan bahkan umpatan.
Karena kesal sekaligus penasaran, Yora secara terang-terangan melihat isi layar ponsel teman yang duduk di sebelahnya itu. "Lo berisik banget! Ngapain sih?! Lagi nge-chat sama abang lo?""
Bukan dengan Sean, tampilan chat dengan nama 'Mbak Mira' adalah apa yang Yora lihat. Ia tau Mbak Mira. Teman kerja Sera yang baik dan suka jajanin Sera boba. Mungkin Mbak Mira juga yang jadi alasan Sera tetap waras selama 3 tahun bekerja di kantor lamanya.
Tapi bukan itu yang menarik perhatiannya melainkan potret perempuan muda yang dikirimkan Mbak Mira. Gadis yang sepertinya seumuran dengan mereka itu dilingkari, mungkin untuk memudahkan Sera mengenalinya di antara deretan orang lain yang juga berfoto.
"Lo kenal ini orang?" tanya Yora.
"Kagak. Tapi dia anaknya bos gue. Maksudnya, mantan bos," ralat Sera. "Kenapa emang?"
"Bos lo namanya siapa?"
"Darwin. Kenapa? Lo mau kenalan?" tanya Sera balik.
"Yakali," jawab Yora dengan malas. "Nama belakangnya siapa?"
"Darwin siapa ya? Luminto? Yamanto? Mananto?"
"Yaminto?" tebak Yora.
"Iya kali ya, semacam itu. Kenapa sih?" Sera jadi tambah penasaran.
"Lo inget gak sih gue pernah bilang ada yang ngelamar di tempat gue tapi bapaknya kerja di tempat lo?"
Sera menggeleng membuat Yora memaksanya untuk mengingat lebih keras. "Pernah! Oh, yang kita makan diskonan di restoran Jepang."
Sera gak inget sudah berapa banyak ia makan dengan iming-iming promo diskon, jadi gadis berkacamata itu kembali menggeleng.
"Ck, itu looohhh, yang lo bikin keributan di lift gara-gara ngeliat Nana sama Kak Ken."
"Oh, yang itu. Yang lagi berantem itu ya?"
Aruna yang sedari tadi sibuk dengan buku gambarnya menatap nyalang pada Sera saat merasa tiba-tiba jadi topik gossip.
Sera nyengir sebentar pada Aruna sebelum kembali melanjutkan, "Jadi yang ngelamar di tempat lo itu anaknya Pak Darwin? Dunia sempit banget ya. Anak bosku melamar di perusahaan milik sahabatku."
Yora mengangguk. "Kebetulan lo resign, si Jasmin ini deh yang gantiin lo."
"Berarti bener kata Bu Dew waktu itu," ucap Sera sembari menerawang.
"Bu Dew siape?" tanya Yora.
"Ada lah, uri sunbae. Namanya Dewi, tapi biar singkat kita manggilnya Bu Dew. Mirip 'budhe' juga kan? Soalnya udah ibu-ibu juga," jelas Sera.
"Terus korelasinya sama si Jasmin Yaminto ini apaan?"
"Waktu acara perpisahan gue, Bu Dew sempet bilang katanya yang gantiin gue nanti anaknya Pak Darwin. Tapi kita-kita ragu, secara kayaknya Yang Mulia Darwin ini skeptis sama jiwa-jiwa muda seperti aku."
"Lo sih bukan jiwa muda, tapi sakit jiwa," sindir Yora.