Hari ini adalah full day terakhir The SeNaRa di kapal pesiar megah tersebut. Enam hari terlewati dalam sekejap mata. Di dalam suite room, ketiga gadis itu mulai berbenah.
"Hhh, besok udah harus pisah sama Finn," ucap Yora yang sedang duduk melantai, membereskan isi koper.
"Ajak janjian aja. Ketemu lagi kapan-kapan," saran Sera.
"Kayak lo yang udah janjian mau nge-date sama Thomas di New York ya? Cieee," ledek Yora.
Tadinya Sera malas menanggapi ledekan Yora. Tapi memang semesta itu baik, tak lama gadis berkaca mata melihat notifikasi telepon masuk di ponsel Yora. Nama yang tertera di layar membuat hasrat ingin balas meningkat 100 persen.
"Madam, sugar honeynya telepon nih. Cieee," kata Sera penuh kemenangan seraya menyerahkan ponsel ke empunya.
Yora mengambil ponselnya, melirik nama yang tertera, mengetuk icon berwarna merah lalu melempar asal benda pipih itu ke atas tempat tidur.
Sera yang melihat itu protes, kecewa tidak bisa meledek Yora lebih lama. "Kok gak diangkat sih?"
"Lo mau ngobrol sama si Romeo? Jangan-jangan lo punya perasaan terpendam buat dia?"
"Ih, gitu aja cembokur."
"Halo. Kenapa Romeo?"
Suara Aruna sontak mengagetkan duo RaRa, sementara Aruna hanya menatap polos kedua sobatnya.
"Kenapa jadi lo yang nelpon Romeo?!" bisik Yora saat Aruna menyerahkan ponselnya pada Yora.
"Dia nepon, gue angkat."
Yora memutar matanya, jengah. Gadis dengan highlight ash brown itu pada akhirnya memencet icon speaker di ponsel Aruna. "Ape?"
"Liora? Happy birthday ya! Lo kok gue telpon miscall terus sih?"
"Sengaja, males ngomong sama ban serep," batin Yora. Tapi akhirnya, hanya alasan yang Yora ucapkan. "Sibuk menikmati liburan gue. Jarang megang hape jadinya."
"Oh iya sih. Enjoy your trip ya, Ra."
"Iya. Thank you. Bye," ucap Yora dengan terburu. Niatnya mau memutuskan sambungan, tapi dicegah Sera, tau Romeo belum selesai bicara.
"EH, TUNGGU, TUNGGU… Mmm, Liora mau kado apa?" tanya Romeo. Dari seberang sana, pemuda itu menunggu jawaban. Padahal di sini, tiga gadis itu sibuk berdebat dalam bisik.
"Udah lah, tutup aja!" pinta Yora, nyaris tanpa suara.
"Liora, kalo ditanya itu jawab," kata Aruna.
"Mau jawab apa?"
"Ya terserah. Berlian gitu?" saran Aruna, asal.
"Geblek, entar dia beliin beneran."
"Minta candi! Kayak Roro Jonggrang," kata Sera yang langsung mendapat toyoran dari Yora.
"Lo yang nanti gue kutuk jadi batu!"
"Hello, Liora? Are you there?" tanya Romeo.
"Iya. Nggg, gak usah kado-kadoan lah. Gue udah punya segalanya."
"Dih, sombong banget nih orang! Amit-amit," desis Sera yang disetujui Aruna.
"Sebut aja apa pun yang ada di kepala lo sekarang. Nanti gue kirim ke tempat lo nginep. Minggu ini lo stay di mana?"
"Tuh kan, maksa nih orang!" kesal Yora sambil melotot ke dua temannya.
"Jawab aja!" paksa Sera. Gadis bersurai sebahu itu tampak sangat menikmati melihat Yora kesal.
"Lusa gue udah di Hong Kong," jawab Yora dengan malas.
"Hong Kong ya… gimana kalo tiket ke Disneyland?"
Mendengar kata 'Dineyland', baik Sera maupun Aruna langsung semangat. Dua sahabat dari lahir Yora itu sontak memaksa Yora untuk menerima tawaran Romeo.
"Bilang buat bertiga," bisik Sera.
Sebenarnya mereka belum memutuskan apakah akan mengunjungi taman hiburan paling populer tersebut. Rencananya, mereka akan melihat kondisi fisik mereka terlebih dahulu. Jika dirasa mereka terlalu lelah untuk pergi bermain, hari kedua tiga sekawan itu di Hong Kong akan dihabiskan untuk beristirahat.
Tapi berhubung Romeo menawarkan tiket Disneyland gratis sebagai hadiah ulang tahun Yora, tentu saja sulit rasanya untuk menolak, sekali pun bagi Yora. Kapan lagi bisa mengunjungi 'the happiest place on earth' dengan cuma-cuma?
"Ra?" panggil Romeo lagi.
"Boleh. Tapi Aruna sama Sera gimana? Masa gue ke Disneyland sendirian?"
"Oke, buat Aruna… sama Sera juga?"
Mendengar Romeo yang sepertinya ragu saat menyebut namanya, Sera pun berdeham dengan sengaja kea rah ponsel Aruna. "EHEM!"
"Oke, Sera juga," timpal Romeo dengan cepat. Meski tidak kenal sedekat itu, tapi Romeo selalu merasa terintimidasi oleh Sera. Bahkan dehamannya terdengar mengerikan.
"Rejeki emang gak kemana," kata Yora sehabis sambungan telepon dengan Romeo selesai.
"Atas anjuran gue tuh! Coba kalo gak gue paksa ngomong sama Romeo, gak dapet tiket Disneyland gratis lo," sanggah Sera.
"Tapi kita jadi kayak manfaatin Romeo gak sih? Kok gue merasa jahat ya?"
"Tapi lo seneng kan?" tanya Sera yang dijawab anggukan oleh Aruna.
"Yaudah, nikmatin aja, Na. Kalo soal jahat atau enggaknya, itu manusiawi. Namanya juga manusia, gak lepas dari dosa."
Kalimat sok bijak Sera barusan membuat Yora tidak tahan untuk tidak berkata "Bacooot."
* * *
Berhubung ini adalah malam terakhir para penumpang kapal dalam rangkaian 7 hari 6 malam berlayar bersama Almighty Cruise, pihak kapal pesiar mengajak pengunjung, yang cukup umur dan tertarik, untuk berpesta bersama di dek kapal. Tentu saja, hal itu tidak akan dilewatkan oleh The SeNaRa.
Seperti dugaan, area depan kapal berlantai kayu itu sudah ramai. Angin malam yang berhembus menyapa kulit nampaknya tidak jadi penghalang orang-orang tersebut untuk menari seirama dengan musik EDM yang memenuhi pendengaran.
Yora menarik tangan Aruna dan Sera, dan begitu saja mereka menjadi satu dengan orang-orang. Lirik lagu Hero milik Afrojack dan David Guetta yang dimainkan saat ini ikut dirapalkan ketiganya sembari berjoget mengikutik irama.
"She dreams of going to New York City."
"Her heart's already there but her head's fighting a wall."
Yora yang barusan bernyanyi langsung menyadari sesuatu, "Oh, the lyrics suits you perfectly!" katanya pada Sera.
Sera mengangguk setuju dan menyanyi lebih semangat, "Buat kita bertiga!"
"When streams get a little bit wider."
"And it's hard to swim across the water."
"And the scars get a little bit deeper."
"AND A FLAME TURNS INTO A FIYAH!"
Menuju refrain, gerombolan manusia itu makin heboh, termasuk The SeNaRa. Melompat-lompat menyalurkan dopamin yang membuncah dalam tubuh adalah apa yang 3 sekawan itu lakukan. Bahkan angin laut yang berhembus kulit tidak dihiraukan.
"There's a hero in you… you… you…" dendang mereka sambil menunjuk satu sama lain mengikuti alunan musik.
Tawa ceria dan sorakan heboh menjadi teman mereka malam ini. Dari satu lagu berganti lagu lain. Tiga serangkai yang mulanya bersama juga perlahan berpencar, sibuk dengan urusan sendiri.
Dimulai dari bertemu rombongan Katie, lalu Yora yang berpisah untuk mengambil waktu berdua dengan Finn. Sera yang semula masih berbincang dengan Aruna, Katie, dan lainnya justru disuruh berbincang dengan Thomas yang ternyata ikut bergabung di dek juga.
Pada akhirnya Aruna juga ikut memisahkan diri. Gadis berwajah kebarat-baratan itu memilih duduk agak menjauh dari keramaian. Buku gambar dan segelas champagne menjadi temannya di atas sebuah pool bench.
Niatnya hanya ingin menikmati angin dan suasana malam terakhir di kapal pesiar ini. Tapi saat sedang melihat Instagram stories following-nya, Aruna justru dibuat heran. Akun Nesya, karyawannya di Sun Up membagikan cerita di dalam mobil Keano, pacarnya.
Dari mana ia tau? Karena ada gantungan berbentuk huruf N di rear-view mirror mobil tersebut. Gantungan yang sama seperti gantungan kunci mobil Keano yang pernah Aruna buat.
Story itu baru di upload 15 menit yang lalu dan Aruna yakin di Indonesia saat ini sudah sekitar jam 9 malam. Apa yang Keano dan Nesya lakukan malam-malam begini?
* * *
"So… this is the last night. The last full day in this cruise," ucap Yora. Gadis bersurai sepunggung itu tengah menikmati deburan suara ombak dekat balkon dek bersama Finn.
"Yup."
Mendengar respon Finn yang terkesan biasa saja, cewek itu kembali bersuara. "You don't sound like you're sad."
"Should I?" kelakar Finn.
"You're gonna miss me."
"Are you sure? Not the reverse?"
"Probably, yes."
Cowok berkulit coklat hasil dari terbakar matahari itu terkekeh, membuatnya makin menawan di mata Yora.
"How long are you gonna stay in Hong Kong?" tanya cowok itu.
"Six days then straight to Japan."
"Cool!"
"And what about you?"
"Me? Do my job, surfing while cruising," jawab Finn yang lagi-lagi disertai kekehan.
"I mean, you're not going to do this forever, right?"
"I don't know. Just go with the flow."
"But I've heard that only dead fish go with the flow." Finn cukup tersentil saat mendengar penuturan Yora. Gadis di sebelahnya itu balik menatapnya sambil mengulir senyum. "I'm not saying you're a fish. But instead of just going with the flow, why don't you be the flow?"
"Have something to do with that?"
Yora memalingkan wajah ke arah laut lepas dan tersenyum masam. "Ever since I was a kid, I always took the safe path. But the problem is, I'm not the one who made the path. There were times when I felt lost, lonely, then screwed up. I wish I could turn into wind or even storm, so that I could go freely wherever I wanted. But I'm not that strong and brave enough."
Finn tersenyum hangat pada Yora lalu meletakkan telapaknya yang lebar di pucuk kepala gadis bersurai highlight ash brown di sebelahnya. "Nope. I think you're braver. Not everyone can admit it."
Padahal hanya kepalanya yang disentuh dengan lembut, tapi kenapa rasanya justru jantung gadis itu yang ingin melompat keluar? Ditambah angin laut yang berhembus di dek ikut menyapa rambut pirang Finn yang lumayan panjang, membuat pemandangan Yora malam ini makin indah.
Gadis itu jadi tersipu dan refleks memukul lengan Finn dengan manja. "Ah, bisa ae, ganteng."
"I'm sorry?"
"I said your words were nice," ralat Yora.
"So… shall we dance? Celebrate the last night in this cruise trip? And also, the next nights you'll gonna spend."
Finn mengulurkan tangannya dan disambut riang oleh Yora. "Sure!"
Lagu berjudul Time of Our Life milik Pitbull dan Ne-Yo menjadi pengiring mereka untuk bergabung kembali di keramaian.
Malam ini bisa jadi menyedihkan mengingat ini mungkin jadi malam terakhirnya bertemu peselancar tampan ini. Tapi mari pikirkan itu nanti.
"Have me a good time, before my time is up, hey!" dendang Yora dengan tangannya yang setia menggenggam milik Finn.
* * *
Di sisi lain dek, Sera lebih memilih berdiri dekat meja kudapan yang disiapkan kru kapal. "You're not dance?" tanya Thomas. Sedari tadi ia hanya melihat Sera sesekali mencomot buah-buahan tropis. Gadis berkacamata itu terlihat menikmati musik tapi tidak terlihat seperti ingin bergabung di tengah-tengah.
"No," jawab Sera yang kali ini mengunyah semangka. "Don't you think I'm a nerd? Look at my glasses."
Thomas jadi memperhatikan penampilan Sera malam ini dan sejujurnya, gadis itu jauh dari kata 'nerdy'. Maksud Thomas, kutu buku mana yang mengenakan crop tank top berlapis outer model kimono dan hot pants? Gadis berkacamata itu juga tampak menikmati musik yang bisa dibilang mengganggu untuk sebagian orang.
"No, you don't," jawab Thomas. "In fact, I personally think your glasses make you more stylish."
Sera mengangguk puas mendengarnya. "I know right! That's what the seller said to me."
"Look like you enjoyed the music. Why don't you go to the dance floor? Or at least grab a drink?"
"You really want to get me wasted, huh?" kelakar Sera yang kali ini mengisi gelasnya dengan coca-cola. "Alcohol is not good for your health. Let's just have a toast with coca-cola," monolog Sera, sok bijak.
Diangkatnya gelas berisi soda tersebut ke udara yang lalu diikuti Thomas. "Tchin-tchin, pour John Pemberton."
*(Bersulang, untuk John Pemberton.)
"Who's John Pemberton?" tanya Thomas yang sebelah alisnya terangkat.
"Coca cola inventor," jawab Sera dengan santai.
"Oh." Gadis yang suka mengeluarkan kata-kata asing ini memang cukup 'out of the box', pikir Thomas. "And by the way, I really meant it to meet you again in New York."
Sayang saat sedang mengatakannya, perhatian Sera justru teralihkan. Buru-buru cowok kaukasia itu menahan lengan Sera yang hendak pamit.
"See you again, in the State. Okay?"
Sera mengangguk paham. "Sure! Text me, or DM me. I've to go to Aruna now. See you!"
Dan begitu saja, pertemuan Sera dan Thomas berakhir. Entah apakah janji bertemu lagi itu akan benar-benar tewujud atau tidak. Karena yang terpenting sekarang, Sera harus mengejar Aruna.
Ada apa dengan teman bulenya? Kalau bisa dianimasikan, mungkin sudah ada banyak awan mendung di atas kepala Aruna sekarang.
"Nana-ya! Jamkkanman-yo!"
*(Nana! Tunggu!)