Chereads / A Trip Of Our Youth / Chapter 32 - Love Expert

Chapter 32 - Love Expert

Setelah bisa masuk ke dalam kamar, Sera jadi yang pertama mandi. "Gue mandi duluan ya? Gak enak banget, lengket."

"Kayak keringetan aja lo," cibir Yora.

"Mau testimoni nyium keringet gue? Tapi keringet gue juga wangi sih."

"Jaket lo kering kerontang gitu. Jaketnya Aruna mah masih ada lembab-lembabnya."

"Ya kan gue pas lari gak pake jaket."

"Iya, soalnya lari pake kaki," timpal Aruna.

"Tau ah."

Sera lalu masuk ke kamar mandi, menyisakan Aruna dan Yora yang duduk-duduk santai di ruang tamu suite tersebut. Keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing hingga Yora bertanya, "Hari ini mau ke mana ya?"

"Kemaren gue liat ada yang cruising di Merlion. Mau coba gak?" tanya Aruna.

"Yaudah, boleh aja sih. Terus abis itu kemana lagi?"

"Piknik ala-ala yuk."

Yora dan Aruna kompak menoleh. Terlihat Sera yang baru selesai mandi dan mengeringkan rambut di depan pintu kamar mandi.

"Piknik di mana?" tanya Yora.

"Taman depan National Gallery? Kayaknya kemaren banyak yang nongkrong di situ."

Tepat di depan galeri seni yang kemarin mereka kunjungi memang ada lapangan luas berumput hijau. Tidak jarang lapangan itu digunakan untuk berolahraga.

"Oke deh. Gue mandi dulu kalo gitu," tutur Aruna yang lalu beranjak mandi.

"Gue juga, mau pilih-pilih baju dulu," ujar Yora.

Sera lalu mengikuti Yora ke arah koper-koper mereka. Keduanya berjongkok seraya membuka koper masing-masing.

"Hari ini tema outfitnya apa, Madam?" tanya Sera.

"Gadis manis yang memikat hati di musim panas."

Yora lantas mengeluarkan beberapa dress dan memeriksa penampilannya di pantulan kaca.

"Lo kenapa sih kayaknya pay attention banget sama baju? Just wear the one you comfort with."

"Pertama, gue harus terlihat cetar membahana di mana pun dan kapan pun. Kedua, you never know when you will meet a cute guy. Gotta be ready if that happens."

"I thought you were after Adelio?"

"Girl, when you were looking for someone to date, it's got to be plural. Jangan cuman stuck di satu cowok. Siapa tau lo kalah cepet dari cewek lain. Atau ternyata cowok yang lo incer problematic. Harus punya cadangan, shay. Don't let yourself broken alone."

Sera masih duduk di lantai dengan wajah yang menatap tidak percaya pada sahabatnya. "Sekarang gue tau kenapa hubungan lo gak pernah bertahan lebih dari 3 bulan."

"Kenapa tuh kira-kira?"

"You're indeed a playgirl."

Yora yang sedari tadi asik bercermin menengok ke bawah, di mana Sera duduk. "I'm no a playgirl. Just a relationship expert giving tips to her newbie friend."

* * *

Siangnya, tiga sekawan The SeNaRa menuju Clarke Quay, sebuah dermaga yang terletak di daerah Singapura yang terkenal dengan hiburan malamnya. Daerah yang dulunya kumuh ini punya gedung-gedung beraksen oriental berwarna pastel yang sekarang banyak dijadikan restoran dan bar.

Setelah menyempatkan diri makan siang terlebih dahulu, ketiganya lanjut naik perahu yang bernama bumboat. Perahu itu membawa mereka berkeliling sepanjang aliran Sungai Singapura selama sekitar 40 menit.

Dari dek perahu kayu itu, mereka diajak melihat Singapura dengan berbagai nuansa. Mulai dari toko khas pecinan, gedung dari zaman kolonial, hingga daerah bisnis yang sarat akan gedung kaca pencakar langit.

Setelah dari Clarke Quay, tiga gadis itu lalu menuju Marina Barrage. Rencana piknik yang awalnya di the Padang, area rerumputan depan National Gallery, ganti lokasi jadi di Marina Barrage. Lebih dekat dan searah soalnya.

Sebelum ke Marina Barrage, Sera-Aruna-Yora sengaja mampir dulu ke salah satu mall. Pertama, mau ngadem. Kedua, mau beli makanan untuk piknik nanti.

Persiapan mereka untuk piknik memang hanya outfit lucu yang OOTD banget dan selimut untuk alas duduk. Mereka lalu lanjut naik bus untuk sampai di Marina Barrage.

Singapura memang cocok jika dibilang sebagai kota futuristik. Tata letak kota hingga bangunannya yang unik selalu sedap dipandang mata. Salah satunya, ya Marina Barrage ini.

Tiga serangkai itu hanya duduk-duduk saja menikmati suasana juga makanan yang mereka beli tadi. Saat sedang mengecek ponselnya, dahi Aruna berkerut. "Adelio follow IG gue. Follow IG Yora juga. Lo ngefollow dia?" tanyanya pada Yora.

Yora nyengir, menaik turunkan alisnya. Setelah itu, protes terdengar dari Sera.

"Kok gue enggak di follow juga sih?"

"Lo kurang cakep kali."

"Sial, lo juga ngefollow dia duluan," gerutu Sera.

"Lo yang follow duluan? Kok bisa? I mean, tau nama lengkapnya dari mana?" tanya Aruna lagi.

"Iseng doang nyari, eh dapet. Jodoh sih kayaknya, hihihi. Lagian, yang namanya Adelio gak sebegitu banyak."

"Emang ya, cewek kalo udah penasaran, skill nge-stalk-nya bisa ngalahin FBI," ujar Sera.

"Makanya, belajar sama gue. Niscaya langsung taken lo."

"Sorry, gak mau menambah bibit fucekgirl."

"Tapi Keano bakal marah gak ya kalo gue follback Adelio?" tanya Aruna bimbang.

"Yaelah, masa gitu doang marah sih?" sambar Yora.

"He's not usually like this. But his first impression on Adelio was pretty bad."

"Yaudah, follback dulu," kata Yora.

"Kalo Ken ngambek?"

"Ya tinggal unfollow, terus baikan."

"Na, you should stop asking her for suggestion. Dia itu sesat. Liat aja sejarah hubungannya. Masih mending tanya gue," ujar Sera sepenuh hati.

"But you lack of experience."

Sera gak percaya dengan penuturan Aruna barusan. "Anjir lah. Kayaknya dosa terbesar gue adalah jadi single dari lahir."

* * *

Untuk kaum urban seperti Sera-Aruna-Yora, menyisipkan waktu untuk menonton matahari terbenam adalah sesuatu yang langka. Apalagi Sera yang gak peka dan mageran. Boro-boro mau jadi anak senja. Mending dia fangirling di kasur.

Tapi sore ini, setelah beberapa waktu sibuk mengejar dunia dan tercekik oleh deadline, ketiganya bisa mengagumi lukisan mahakarya di langit dengan takjub dan tanpa beban.

Langit sore ini benar-benar menakjubkan dilihat dari atap Marina Barrage. Lokasinya yang tinggi dan menghadap pusat kota membuat pemandangan sunset jauh lebih dramatis dan surreal.

The SeNaRa masih betah berada di situ bahkan setelah langit sepenuhnya gelap. Baru saat Yora mengingat sesuatu, ketiganya beranjak.

"Eh, ke Gardens by the Bay, yuk."

"Ngapain? Mending langsung balik hotel aja," tolak Sera.

"Gak afdol aja gitu kalo kita gak kesana. Ayo, mumpung masih ada light show."

"Yaudah, ayo," tutur Aruna.

Oke, 2 banding 1. Sera kalah. Mereka lalu menuju tempat yang dimaksud. Tidak jauh karena memang masih di area yang sama.

Pertunjukan visual cahaya atau yang sering disebut Garden Rhapsody adalah satu lagi hal yang erat dengan Singapura. Untungnya, mereka sampai tepat waktu. Jadi tidak perlu menunggu show kedua yang diadakan 1 jam berikutnya.

Tidak lama, lampu sekitar dimatikan, membuat tiang super besar yang berbentuk seperti pohon raksasa jadi pusat perhatian. Suara musik orchestra mulai terdengar dan lampu-lampu yang mengelilingi pohon besi pun mulai beraksi.

Orang-orang terasa di sihir dengan indahnya aksi lampu-lampu yang seperti menari. Kontras dengan langit gelap yang jadi latar belakangnya.

Beberapa penonton sibuk mengabadikan momen itu, termasuk Sera. Tapi saat sedang mengarahkan ponselnya ke udara, benda pipih itu bergetar. Satu panggilan dari Fani.

"Cuy, nyokap gue nelpon. Gue ke situ dulu ya," lapor Sera pada Aruna sembari menunjuk ke arah yang lebih sepi.

Aruna mengangguk, membiarkan Sera menerima telepon. Tidak lama setelah Sera pergi, pertunjukkan juga selesai. Aruna dan Yora memilih diam di tempat supaya Sera tidak pusing mencari.

Saat sedang menunggu, tanpa disangka kedua gadis itu bertemu Thomas dan temannya Kevin. Kali ini tambah seorang lagi. Seorang perempuan Asia yang ada di antara 2 pria itu.

"Well, well, well... we meet again," sapa Kevin. Paandangannya lalu beralih pada Yora. "The rooftop girl."

"The rooftop girl?" tanya perempuan yang bersama Thomas dan Kevin.

"Remember when Tom came back half wet? She's the reason."

Kevin ceritanya tanpa dosa banget, sementara Yora cuma bisa senyum kikuk. Malu kalau diingat.

Cewek yang bertanya tadi lalu berseru, "Ah, I remember. Don't be rude like that, she has a name," omelnya pada Kevin. Ia lalu mengulurkan tangan pada Yora dan Aruna. "Hi, I'm Vic."

Yora dan Aruna menyambut bergantian jabatan tangan Vic. Lanjut manggut-manggut setelah Thomas memberi tau kalau Vic ini tunangannya Kevin.

"We met on our first night in Singapore. Can't believe we met again on our last here," ujar Aruna.

"So this is your last night?" tanya Thomas.

Aruna dan Yora mengangguk.

"This is his last night too," timpal Kevin.

"And you?" tanya Yora.

Kevin lalu merangkul Vic dengan cengiran lebar. "No, we stay. We're getting married next week."

"So, you're here for the early celebration?" tanya Yora pada Thomas.

"No. Actually, I feel more like I'm being used," tutur Thomas seraya melirik jengah pada Kevin.

"Oh, come on, bro." Kevin berusaha memeluk Thomas yang tentu dihindari oleh cowok pirang itu.

"By the way, where's the third one? Shouldn't be there are three of you?" tanya Thomas yang tidak melihat sosok Sera.

"Sera? She got a phone call," jawab Aruna. Gadis itu lalu melirik ponselnya yang bergetar, "and she is calling now."

"Halo," kata Aruna.

"Na, langsung ke hotel ya. Gue kebelet pipis."

"Oh, oke."

Setelah itu, Aruna dan Yora pamit. Tidak lupa mengucapkan selamat pada calon pengantin, Kevin dan Vic. Tapi, yang tidak diketahui adalah ada sedikit kecewa di hati Thomas.