Yora masih keliatan murung bahkan sampai mereka selesai makan malam. Nyaris menolak ke dek kapal saat Sera mengajak, yang tentunya sempat bikin Sera dan Aruna khawatir rencana gagal.
"Gue udah keliatan lagi nih?"
Sera menengok pada Yora, pura-pura tidak mengerti. "Museun ttes-ieyo?"
"Seharian ini lo berdua ngacangin gue."
Sera menampilkan wajahnya yang pelan-pelan tersenyum, membuat Yora jadi ngeri sendiri. "What? Lo lagi ngerencanain sesuatu ya?"
"Nope. Rencana apaan juga."
"Jangan-jangan …"
Oh ow, apa Yora sudah sadar?
Sera meneguk salivanya susah payah. Untung Aruna datang di saat yang tepat, membawa serta Katie dan temannya untuk berkumpul bersama. Nampaknya hal itu cukup membuat pikiran Yora buyar. Terbukti gadis itu langsung melengos samar.
Sera pun membuang napasnya lega.
"Let's dance!" ajak salah satu teman Katie.
Yora sedang tidak napsu untuk bersenang-senang, tapi Sera menariknya begitu kuat layaknya menarik jeep off-road yang terjebak lumpur. Akhirnya, Yora mau tidak mau berdiri.
Gadis yang malam itu mengenakan tanktop berlapis cardigan itu mengambil segelas minuman dan meminumnya, berharap alkohol yang ia teguk bisa sedikit membuatnya lebih rilaks. Tapi boro-boro mau rilaks, belum apa-apa sudah ada lagi yang membuat Yora tidak nyaman.
Itu Finn dan dua teman prianya. Dilihat dari kulltnya yang memerah, sepertinya dua orang itu juga petugas flowrider. Kalau Yora tidak melihat kejadian tadi pagi, mungkin ia akan sangat senang bertemu Finn sekarang. Tapi kalau mengingat peristiwa seharian ini, ditambah ceritanya Katie yang sepertinya beneran punya hubungan khusus dengan Finn, Yora jadi ilfeel setengah mati.
Rasanya alkohol pun tidak membantu, jadi Yora berniat memberi tau Sera kalau ia mau kembali ke kamar. Tapi belum ia menemukan Sera, indra pendengarnya justru menangkap lagu yang tidak asing.
Seketika tubuhnya lemas sekaligus lega. Terlebih saat ia menangkap dua sosok familiar di antara kerumunan yang memberi ruang bagi mereka. Ada yang membawa sebuah kue, sementara seorang lain memegang lilin.
* * *
Setelah memastikan Yora sudah sibuk di lantai dansa, atau setidaknya cukup terdistraksi untuk tidak menyadari kepergian Sera dan Aruna, dua gadis itu lalu menuju ke area di mana DJ berada.
Selagi Aruna memberi tau disc jockey lagu requestnya, Sera berdiri agak menjauh dari kerumunan. Di tangannya sudah siap sepotong pizza yang ia ambil dari kantin 24 jam kapal, beserta lilin yang biasa digunakan untuk mati lampu.
Mereka tau ini bukan kejutan yang proper. Namun lebih baik daripada tidak sama sekali bukan? Itu yang mereka pikirkan sampai di 2 menit sebelum jam 12, Thomas datang dengan sebuah nampan kecil yang tertutup tudung saji stainless steel.
Aruna dan Sera begitu terkejut saat cowok bule itu memperihatkan apa yang ia bawa. "I'm not that good at baking, but it wouldn't be complete without a cake, right?
"Thomas-eussi, JJANG!" seru Sera dengan memberikan dua acungan jempol pada Thomas.
Thomas dan Aruna sama-sama bingung dengan apa yang Sera barusan ucapkan, tapi tidak sempat bertanya karena Sera sudah sibuk menyalakan lilin. Ketiganya lalu bergegas berjalan ke arah Yora berada.
"Ini gapapa nih, lilinnya gak ditancepin ke kue?" tanya Sera sembari tangannya melindungi api dari hembusan angin.
"Sayang, Se. Kuenya udah bagus, masa ditancepin lilin segede gitu?"
"Ya tapi ini gue jatohnya kayak lagi ngepet, Na."
"Gapapa lah, bentar doang."
Di tengah keramaian itu, suara musik ulang tahun mulai terdengar. "I know this seven days trip is special for all of us. But in this very night, it is more special for someone who just turned a year older. EVERYBODY MAKES SOME NOISE FOR OUR GIRL, LI-O-RAAA!"
Orang-orang lalu membalas perkataan DJ tadi dengan meriah meskipun sebagian besar dari mereka tidak tau siapa yang sebenarnya berulang tahun.
Tapi walaupun suasananya sangat heboh sekarang, Yora seperti terjebak dalam zona heningnya sendiri. Di sekelilingnya, orang-orang asik berjoget. Beberapa di dekatnya menyanyikan lagu 'Happy Birthday', baik yang sudah dikenalnya maupun yang asing sama sekali.
Yora sudah punya firasat kalau hari buruk yang terjadi seharian tadi hanya akal-akalan Sera dan Aruna saja, tapi tidak menyangka kalau kejutannya akan semeriah ini. Ia pikir hanya akan ada pesta kecil di kamar, hanya mereka bertiga. Gadis bersurai sepunggung itu tidak menyangka bisa merayakan ulang tahunnya bersama puluhan orang asing, yang mana bukan masalah untuknya.
Kejutan ulang tahun dan serentetan kejadian buruknya hari ini membuat Yora tidak bisa menahan berbagai rasa yang dipendam yang akhirnya keluar dalam bentuk air mata.
"ANJING YA LO BERDUA!"
"Yaampun, kasar banget sih ini manusia seperempat abad," tutur Sera dengan tangannya yang masih setia 'menjaga' lilin. "Tiup nih lilinnya, tapi make a wish dulu."
"Nyanyi dulu lah," pinta Yora dengan masih berderai air mata.
"I can do this all dayyy-"
"Nyanyi 'tiup lilinnya', bangke, bukan lagu korehe."
Sera nyengir lalu lanjut bernyanyi berdua dengan Aruna sementara yang lain cuma ikut tepuk tangan, ditambah Thomas yang jadi juru kamera dadakan. Yora lalu memejamkan mata, membisikkan beberapa harapan yang ia semogakan, baru setelahnya meniup sebatang lilin yang sedari tadi Sera pegang.
Tepukan tangan meriah terdengar di sekitar, dilanjut ucapan dan pelukan hangat yang Yora terima dari beberapa kenalan barunya.
"Happy birthday, girl. I'm sorry I annoyed you this whole day. It's all lie, by the way," kata Katie.
Mendengarnya, Yora kembali menangis dengan tawa yang juga tidak bisa ia sembunyikan. "It's not a big deal tho. I'm so silly."
"So I am really that attractive to you, huh?"
Finn yang tiba-tiba muncul di samping Yora membuat gadis itu sontak gelagapan. Penampilannya pasti tderlihat sangat kacau sekarang. Benar-benar tidak merepresentasikan 'image' gadis idaman para pria muda.
"Happy birthday," lanjut Finn.
Yora hanya mengangguk dengan kepala yang agak menunduk. Malu banget dengan segala yang terjadi hari ini.
"Potong kuenya dulu nih," ujar Aruna membuat Yora menengok.
Dilihatnya Aruna membawa kue berukuran sedang berwarna ungu pastel dengan bagian atasnya yang dikelilingi whip cream. Terlihat sederhana tapi juga manis.
"Kapan belinya?" tanya Yora begitu ia mendekat. Wajahnya masih merona tapi tangisnya sudah hilang.
"Someone specially made it," timpal Sera.
Tanpa bertanya lebih lanjut pun Yora tau siapa yang Sera maksud. "Aweee, you don't have to," ujar Yora pada Thomas seraya memeluknya. "Thank you, Tommy Boy."
"But I want to. Happy birthday, darl."
"I know what you're doing," bisik Yora selepas mereka berpelukan. "Try to impress her, huh?"
Thomas menatap Yora, "Was it that noticeable?"
"She's so stupid and slow. If you like her, tell her. She will never find out if you keep silent."
Yora lalu menepuk bahu Thomas lalu kembali menghampiri Aruna yang memanggilnya. "Raa, nih Keano mau ngomong sesuatu."
"Selamat ulang tahun kami ucapkan-"
"GAK USAH NYANYI! SUARA LO JELEK! ACTING LO LEBIH JELEK LAGI!" semprot Yora pada layar ponsel yang menampilkan wajah Keano yang sedang video call-an.
"Waduh, jangan galak-galak dong. Lo baru nambah umur setahun, kalo ngomel mulu nambah tuanya 10 tahun, loh."
"Bacot. Gak denger!"
Keano tertawa di seberang sana melihat Yora yang cemberut habis dioyor Aruna.
"Anyway, happy quarter of century ya, Ra. All the best for you."
"Thank you, brader!"
* * *
Sera lega, rencananya dan Aruna berjalan mulus. Semalam, saat Yora asik berbincang dengan Finn, Sera dan Aruna mengajak Katie dan empat temannya bergabung untuk merencanakan prank ulang tahun Yora.
Memang rasanya aneh mengajak sekelompok gadis asing yang mereka kenal kurang dari 3 hari untuk bekerja sama dalam sebuah skenario spontan. Tapi sepertinya, karena terlalu aneh itu jadinya Yora tidak curiga.
Untuk Finn, Sera dan Aruna juga tidak tau apa yang surfer itu bicarakan dengan Katie tadi pagi. Tapi apa pun itu, Finn berhasil memainkan perannya dengan baik.
Seharian ini benar-benar penuh drama dan kepalsuan juga spontanitas. Seperti ide menumpahkan jus jeruk ke gambar Aruna. Bukan Yora yang menyenggol gelas itu, tapi Aruna sendiri yang sengaja menumpahkannya.
"Is there something funny?"
Suara Thomas membuyarkan lamunan Sera. Ia sedang duduk di meja bar sekarang. Lumayan tersisih dari keramaian tapi ia bisa melihat Yora dan Aruna yang sedang asik tertawa di pinggir kolam sana.
"Nope. Just relieved this prank done well. Oh, and thank you for the birthday cake. It's not just a surprise for Liora, but also for me and Nana," kata Sera.
"What if I say it's not free?"
"Eh?" Sera menoleh pada Thomas lantas tersenyum. "Then I'll pay. How much is it?"
"I don't use cash."
Entah kenapa, Sera tau apa maksud Thomas. Karenanya, ia berusaha untuk menghindar. "I have bank accounts."
"Date with me."
"…"
"You said you'll visit New York. I'm going back to the States after three voyages. So, I think we can meet again by the time you're there."
Sera masih tidak menjawab. Entah ia terlalu gugup atau karena ia tau ingin menolak tapi bingung mengutarakannya.
"Chill. It's not like the typical date you think. Just strolling around the city, get to know each other, maybe?. At least, give me a chance for that."
"What if I say no?"
"You said you'll pay."
Sera tersenyum lagi walaupun pandangannya hanya ke lututunya. "Okay, then."
"Really?"
"You like me?"
Thomas yang tadi sempat girang langsung terbata saat Sera meliriknya.
"Mmm…"
"No, just kidding!"
"Yes. And no, it's not a joke."
Gantian Sera yang terpaku.