Chereads / A Trip Of Our Youth / Chapter 25 - See You Again

Chapter 25 - See You Again

Rombongan yang berniat menuju loket check in itu terhenti karena teriakan seseorang. Aruna dan Sera langsung bertukar pandang saat tau siapa yang memanggil.

"Cie, Liora. Disamperin ayang beb." Sera dan Aruna terkekeh geli, tapi tidak dengan yang digoda.

"Lo kok gak bilang mau berangkat hari ini sih?" tanya Romeo dengan napas terengah.

"Ngapain juga gue laporan ke elo?" jawab Yora, malas.

"Romeo, kamu kok bisa ke sini?" tanya Sonya dengan wajah heran.

"Eh, Tante Sonya." Cowok itu lalu menegakkan tubuhnya yang tadi tertunduk menahan lelah.

"Tadi saya ke rumah, mau nganterin berkas buat rapat nanti. Sekalian mau jemput Liora ke kantor juga sih. Tapi kata Bibi, Yoranya udah berangkat ke luar negeri. Jadi aja saya buru-buru ke sini," jelas Romeo.

Yora yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala. Ia pikir, ocehannya tempo hari tentang ia yang menyuruh Romeo move on membuka sedikit pikiran cowok ini. Tapi, tampaknya ia salah.

"Yaudah yuk," ajak Yora pada kedua sahabatnya.

Sebelum benar-benar mengantri dan masuk ruang tunggu, tiga sekawan itu masih menyempatkan diri berpamitan dengan orang yang mengantar mereka.

"Nanti kamu di UK jadi ketemu Kak Sean?" tanya Fani.

"Rencananya sih gitu. Liat aja nanti."

"Kalo ketemu, kakaknya jangan dijailin ya!"

"Wah, gak janji deh," jawab Sera sambil tersenyum nakal.

"Yora, Aruna. Kalo nanti Sera sama Sean berantem, telpon Tante aja ya. Nanti Tante marahin ini anak dua."

"SIAP, TANTE!" jawab Yora dan Aruna serempak.

Para ibu lalu memeluk anaknya masing-masing dengan mata yang berkaca-kaca. Tentu saja ini adalah momen haru. Para gadis berisik ini tidak hanya akan pergi liburan satu minggu ke Bandung atau ke Bali, melainkan satu tahun lebih ke negeri antah berantah. Aruna bahkan ikutan menangis.

Setelah memeluk Nita, Aruna lalu memeluk dua adiknya sekaligus. "Baik-baik ya, kalian," katanya sambil berkaca-kaca. Melihat kakaknya seperti itu membuat Adhira harus mati-matian menahan haru yang juga ingin tumpah.

"Kak Nana juga ati-ati! Banyak orang jahat di sana, jangan gampang percaya sama orang."

Mendengar penuturan adik pertamanya membuat Aruna terkekeh sambil mengelap mata. "Iya. Emang aku bocah SD apa?"

"Tapi Kak Nana emang polos," timpal Aditya.

"Iya, iya. Kamu juga kuliah yang bener! Pokoknya tahun depan Kak Nana pulang, kamu harus udah sidang," ancam Aruna yang lalu diakhiri dengan mengacak rambut kecoklatan adik bungsunya itu.

Di samping Aditya, ada Keano yang menunggu giliran. Cowok berkemeja flannel itu merentangkan tangannya, siap memeluk Aruna yang lantas disambut oleh gadis itu. Pelukan erat yang terkesan tidak rela untuk dilepas.

"Baik-baik di sana," kata Keano sambil tetap berpelukan. Ia menenggelamkan hidungnya di pucuk kepala Aruna.

"Hmmm," jawab Aruna yang menyembunyikan wajahnya di dada bidang Keano.

"Makan kalo waktunya makan. Istirahat tiap ada kesempatan. Don't push your self too hard for the sake of a place. Tempat yang kamu tuju itu gak akan ke mana-mana. Kalo gak bisa ke situ ya udah, masih ada kesempatan lain. Remember, your health is priority."

"Hmmm."

"Tiap mau berangkat sama udah nyampe, chat aku ya."

"Hmmm."

"Ham hem ham hem mulu."

Aruna lalu mendongak, masih sambil berpelukan. "Abis kamu bawel sih."

"Ya kan kita mau LDR-an, Na. Aku belom pernah LDR."

"Ih, dasar bucin," protes Sera.

"Makanya pacaran, biar tau nikmatnya ngebucin," timpal Yora.

"Lo tuh sono pacaran sama Romeo! Cie banget dah ampe dibela-belain nyamper ke sini."

Yora cemberut mendengar ledekan Sera, lebih memilih memeluk dua adik Aruna yang lalu diikuti Sera. Mereka berpelukan ala Teletubbies.

"Aku pergi dulu ya, adik-adik angkatku," ucap Yora.

"Aku juga ya," kata Sera.

Mereka lalu melepas pelukan itu sambil tertawa. "Oleh-oleh buat aku jangan lupa!" tutur Adhira yang disetujui adiknya juga.

"Iya, Adit juga mau dong."

"Bule mau gak?"

"Wah, kalo itu sih aku harus survei secara langsung, gak bisa titipan," ujar Adhira.

"Kalo Adit gimana, Dit?"

"Adit nih roman-romannya udah ada hati yang dijaga," tebak Yora. "Betul apa betul?"

"Ah, engggak kok," jawab Aditya dengan semburat malu.

"Enggak salah lagi maksudnya," timpal Sera dan Adhira berbarengan.

Mereka berempat tertawa lagi sebelum akhirnya Sera dan Yora beralih pada Keano. Cowok jangkung itu mengangkat kedua tangannya, mengajak Sera dan Yorra ber-tos ria yang lantas tidak langsung melepas tangan dua gadis di depannya.

"Ati-ati ya lo berdua, have fun! Kalo tiba-tiba nemu cowok terus mau ngedate, please gak usah ajak Aruna."

"Iya, bucin. Takut amat sih Arunanya oleng."

"Tau. Kalo ceweknya Liora sih baru patut diwaspadai. Gandengan pagi sama malem aja bisa beda," timpal Sera

"Teros! Nistain gue aja terus!"

Saat mau berpamitan dengan orang selanjutnya, tiga sekawan itu otomatis berhenti. Padahal Romeo sudah mau berpelukan dengan tiga cewek di hadapannya, tapi langsung batal karena Keano lebih dulu berdeham dan merangkul Aruna posesif.

"Pergi dulu ya, Romeo." Setelah itu, Keano langsung membantu Aruna membawa koper ke bagian loket check in.

Tidak mau berurusan dengan Romeo, Sera malah sengaja mendorong Yora seraya berpamitan dengan cowok itu. "Bye, Romeo! Tenang aja, Lioranya dijagain kok, biar gak kepincut cowok lain."

Sera lalu berbalik sambil tertawa melihat ekspresi kesal Yora. Romeo yang tiba-tiba memegang sebelah bahunya membuat Yora tambah sensi.

"Hati-hati ya, Ra. Kalo bisa perginya jangan lama-lama, nanti gue kangen."

Tempat sampah, mana tempat sampah?! Yora mau muntah sekarang.

Untung rombongannya sudah menjauh dari situ. Kalau tidak, dirinya pasti sudah habis diledek.

"Hm, makasih. Udah ya, gue mau check In."

Setelahnya, Yora menyusul dua sahabatnya ke meja check in. Ketiganya menyempatkan diri menengok ke kanan di mana orang-orang tadi masih menunggu mereka sambil melambaikan tangan.

Mereka balas melambai namun dibuat heran saat Sonya datang menghampiri. Wanita itu terlihat sibuk dengan tasnya.

"Lupa. Nih, makan bertiga, kan belom pada sarapan," ucap Sonya sambil menyerahkan 3 bungkus roti. "Akur terus ya kalian, jangan pada berantem. Inget, harus saling jaga."

Sonya menyempatkan untuk mengelus pipi ketiga gadis itu sebelum pergi dengan terburu. Takut dimarahin petugas.

Tiga sekawan junior gimana? Ya terhura lah.

Walaupun datang dari keluarga yang berbeda, tapi kalau soal memberi perhatian, tiga ibu itu selalu berusaha adil. Seakan dua anak yang lain juga anak mereka. Gak lazim? Bisa jadi.

Gara-gara ini, Yora kecil pernah ngambek layaknya orang yang tersakiti. Mungkin asing baginya, yang notabene anak tunggal, melihat ibunya perhatian pada anak lain.

Yora ingat bagaimana jengkelnya ia karena Sonya yang selalu mengingat Sera dan Aruna tiap membeli sesuatu untuknya. Gadis itu jengkel? Jelas iya.

Harusnya kan ia jadi satu-satunya yang spesial. Anak ibunya ya cuma ia seorang. Kenapa dua bocah itu juga selalu diikut sertakan?

Awalnya Yora tidak suka. Untuk banyak alasan, ia iri. Tapi seiring berjalannya waktu, gadis itu sadar ada kebahagiaan tersendiri saat berbagi. Terlebih, ia menikmatinya bersama dua kawan yang selalu bersamanya.

Sebagai anak semata wayang, Yora kecil cenderung susah bergaul. Alasannya, ya karena ia terbiasa sendiri di rumah. Walaupun terkenal sebagai ciwey hits dengan relasi di mana-mana, Yora tidak akan memungkiri kalau ia pernah jadi kaum introvert semasa kecil.

Aruna dan Sera adalah dua orang yang selalu menemaninya. Ia terlalu malu untuk berkenalan dengan orang baru, jadi hanya lewat Aruna dan Sera lah Yora bisa menambah teman baru.

Sebagai ibu yang sempat takut anak satu-satunya terasing, jelas Sonya merasa bersyukur dengan keberadaan dua anak itu. Berbagi kebahagiaan dengan Aruna dan Sera menjadi bentuk rasa terima kasih yang bisa Sonya lakukan.

Sekarang, di dekade kedua hidup mereka, berbagi kebersamaan dan perhatian seorang ibu adalah hal yang lumrah. Mereka tumbuh bersama. Pertemanan itu berubah menjadi persaudaraan. Banyak hal besar yang mereka lakukan bersama. Dan sekali lagi, mereka akan melakukannya.

Dengan doa yang menyertai dan senyum haru yang mengantar, Sera, Aruna dan Yora resmi memulai perjalanan ini.

Mungkin mereka tidak mengucapkannya, juga tidak tau ekspetasi apa yang mereka inginkan. Tapi ada satu kalimat yang terucap di benak masing-masing.

"I'll be back, as a better person. See you all…"