Chereads / A Trip Of Our Youth / Chapter 20 - Teman Kuliah

Chapter 20 - Teman Kuliah

"HAPPY NEW YEAR!"

Begitulah sorak sorai Yora dan teman-teman kuliahnya saat ini. Suara kembang api yang bersahut-sahutan di udara juga ikut meramaikan suasana.

Yora dan 11 teman seperjuangannya semasa kuliah itu memang sengaja berkumpul untuk melewati malam pergantian tahun bersama-sama. Sekalian reunian, katanya. Mereka bahkan menyewa villa milik James, salah satu dari teman Yora yang juga hadir di sana.

Yora mungkin punya Sera dan Aruna sebelumnya. Tapi memasuki dunia perkuliahan tentu beda urusan. Apalagi mereka bertiga memilih kampus yang berbeda. Sera kabur ke Amerika, sementara Aruna memilih Bandung untuk melanjutkan studi.

Yora jadi yang tertinggal sendiri di Jakarta. Yah, walaupun teknisnya Tanggerang itu adanya di Banten. Tapi hanya dia yang tiap minggu kembali ke rumah. Setidaknya sampai ia jenuh dan memilih jarang pulang.

Walaupun sekarang tinggal di rumah, tentu saja Yora juga pernah menyewa apartemen saat masih kuliah. Mana mungkin ia mau me-ribet-kan diri pulang pergi Jakarta-Tanggerang tiap hari.

Masa kuliah, terutama sekali tahun akhir, adalah salah satu masa terburuk bagi Yora kalau ia boleh jujur. Satu hal yang paling bisa ia syukuri adalah eksistensi teman-teman kuliahnya ini.

Cari teman itu susah. Kalau di SMA ada yang palsu, di bangku kuliah ada banyak yang lebih ajaib.

Beruntungnya Yora bisa mendapat 11 temannya ini. Walaupun kadang kelakuan mereka bisa bikin Yora terancam tambah tua gara-gara rutin naik pitam, tapi gapapa. Yang begini-begini ini yang bikin pertemanan jadi spesial.

Setelah heboh mengucapkan selamat tahun baru dengan satu sama lain, mereka kembali duduk-duduk santai, menikmati malam menuju pagi pertama di tahun baru ini. Ada juga diantara mereka yang asik bakar-bakar juga foto-foto untuk update di sosial media.

Sementara mereka yang mageran hanya duduk santai sambil mengobrol, mengelilingi meja besar yang ada di pekarangan villa. Meja tersebut juga sudah penuh dengan berbagai makanan dan minuman.

"Untung temen kita, si Jamet, punya villa. Lumayan nih kita bisa sekalian reunian," ujar salah satu teman Yora, Gala.

"Met, Met. Lo sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya jadi penjaga vila juga," ledek teman lainnya, Edo.

"Namanya udah keren James, malah diganti jadi Jamet. Entar suruh bayar double lo," timpal Yora yang diikuti persetujuan James aka Jamet.

"Si Yora juga nih. Udah cakep, sarjana pula. Eh ujungnya jualan cangcimen juga."

"Sorry bro. Kerjaan gue di balik meja, bukan praktek lapangan," sanggah Yora yang diikuti tawa temannya yang lain.

"Halah, dulu bilangnya gak mau kuliah. Gak mau kerja di Hanan Group. Ampe ngajakin bolos mulu. Tiap malem ngelayap. Apa sekarang? Malah jadi bos."

Dulu Yora memang semalas itu kuliah. Bukan hanya dulu sih. Bahkan sekarang pun kalau diberi pilihan untuk keluar dari perusahaan, Yora akan langsung mengambilnya. Tapi, ya apa mau dikata. Yora tidak punya banyak pilihan.

"Masih suka ngelayap gak lo?" tanya Virly, salah satu teman yang paling sering Yora ajak bolos.

"Enggak lah anjir, mana sempet." Yora mesem-mesem, mengingat betapa sibuknya ia akhir-akhir ini.

"Sok sibuk lo. Sibuk ngapain aja emang?"

"Ngapelin cowo-cowo dong. Iya gak, Ra?" timpal salah satu teman perempuan Yora, Nisa, yang baru saja selesai membakar daging.

"Kagak anjir. Lo nethink semua sih sama gue." Yora lalu mencomot daging yang barusan dimasak temannya. "Gue punya side job sekarang."

"Jangan bilang jadi sugar baby?"

"Buset, berdosa banget itu mulut. Masa anak baik kayak gue jadi sugar baby?"

"Tau lu, gimana sih." Edo terdengar seperti membela, sampai akhirnya cowok itu melanjutkan. "Kan dia mucikarinya."

"Brengsek," umpat Yora, yang diikuti tawa teman-temannya.

"Tapi serius, kenapa pake side job lagi? Kan duit lo udah banyak."

Yora menyesap sedikit anggur di gelasnya sebelum menjawab. "Mau jalan-jalan gue."

"Kemana?"

"Keliling dunia."

"Waduuuh, beda emang kalo sultan. Mau kemana lo? Keliling dunia aja," goda salah satu cowok di situ dengan nada santai yang dibuat-buat.

"Sendirian?"

"Kagak. Sama temen gue. Aruna sama Sera."

"Aruna yang cakep itu?" tanya Gala.

"Hah, yang mana?" James penasaran.

"Itu loh, yang pernah jemput ini kunyuk pas mabok bareng adeknya. Yang bule itu."

"Oh, yang adeknya ganteng banget itu ya?!" Virly langsung teringat.

"Giliran yang ganteng aja, inget."

"Iya lah, ngapain gue inget-inget yang pas-pasan kaya lo." Sungut Virly pada James.

"Kapan berangkat?" tanya Nisa.

"April rencananya. Udah pesen tiket juga sih."

"Yah, lo gak bisa ikut kawinan gue dong?" Inez, salah satu dari lima perempuan yang ada, buka suara. Ucapan Inez membuat 11 kepala lain yang sedang berkumpul itu terkejut, menghadirkan hujan pertanyaan untuknya.

"Hah, lo mau kawin, Nez?!"

"Kawin ama siapa lo?"

"Lo kawin gak bilang kita sih?"

"Hehe, ini kan udah bilang. Tadinya gue mau ngasih taunya besok," jawab Inez.

"Yaah, lo baru ngomong sih." Ujar Yora penuh penyesalan. "Kalo lo ngomong dari kemaren-kemaren kan schedulenya bisa gue sesuain sama temen-temen gue yang lain."

"Ya abis gue dilamarnya juga baru dua minggu lalu," jelas Inez dengan malu-malu.

"Wah, gila seh. Temen gue udah ada yang mau kawin! Selamat ya, Nez," kata James.

"Aduh, udah makin berasa tuanya nih, shay," imbuh Virly yang duduk tepat di sebelah Inez. "Selamat ya, beb. Semoga lancar sampe hari H!" katanya sambil memeluk.

"Semoga langgeng," ucap Yora seraya mengangkat sedikit gelas anggurnya, seperti bersulang dari jauh sebagai selebrasi.

"Iya, jangan kayak si Liora. Pacaran 5 bulan aja udah alhamdulillah," ledek cowok lain yang bernama Daru.

"Terus aja nistain gue, teroooss." Yora lalu bangkit dari duduknya sambil menegak habis sisa anggurnya di gelas. "Udah ah, mau bobo cantik aja gue."

"Ah, ngambekan sekarang si Yora!" seru James dengan keras, yang hanya dibalas lambaian tangan Yora. Lalu begitu saja, gadis itu menghilang ke dalam villa, disusul beberapa temannya yang lain, yang juga mulai diserang kantuk.

Masih tersisa 7 orang di sana. James, Inez, Evan, Daru, Edo, Virly dan Gala.

"Eh, si Yora kan ultah bulan Maret. Gimana kalo kita surprise-in dia? Mumpung belom berangkat, kan dia Aprilnya mau cao," usul Virly.

"Boljug nih idenya, Neng Pirly."

"Vvv-virly, Met. Bukan Pirly."

"Ya kan Aa mah urang Sunda, gak bisaan ngomong 'Ve'. Nama doang bule, lidah mah tetap lokal," sanggah James sambil menaik-turunkan alisnya.

"Sa ae lo manuk dadali. Masih aja ngalusin si Virly," ledek Gala sambil melempar kulit kacang ke wajah James.

"Yeee, iri bilang bos."

"Gue setuju!" kata Inez. "Sekalian early bridal shower khusus gue sama Yora kali ya? Kan nanti dia gak bisa dateng ke kawinan gue."

"Bridal shower tuh ngapain sih?" tanya Evan.

"Mandi pake baju penganten," jawab Edo asal.

"Ngaco!" James tertawa sambil melempar kulit kacang yang ia terima dari Gala tadi.

"Ya bener lah. Bridal, bride, penganten. Shower, mandi. Jadinya kan mandi pake baju penganten."

"Gak gitu konsepnya, ngab."

* * *

Pulang dari villa, Yora langsung disambut maminya. "Happy new year, sayang!"

"Happy new year juga, Mi."

Setelah melepas pelukannya, Sonya menyodorkan sebuah amplop coklat. Yora lalu menerimanya dengan kening berkerut. "Apaan nih?"

Sonya hanya tersenyum sambil bersedekap, menunggu reaksi anaknya. Sesuai dugaan, Yora langsung menatap ibunya dengan mata berbinar. "MAKASIH, MAMI!" katanya, kembali memeluk Sonya.

Yora segera beranjak ke kamarnya, mengganti pakaiannya menjadi lebih nyaman, lalu memfoto isi amplop yang tadi diberikan ibunya. Setelah itu, Yora mengirim hasil fotonya ke Sera dan Aruna.

Para Bidadari Bumi (3)

Yora: [sent a picture]

Yora: the tickets are here!!!!

* * *

Baru malam harinya postingan Yora di grup ditanggapi. Hal yang wajar mengingat Aruna dan Sera termasuk sibuk, meskipun ini masih suasana liburan.

Para Bidadari Bumi (3)

Sera: ASIQUE

Sera: tante sonya I lop yuuu <33

Aruna: beneran dibeliin tiket T_T

Aruna: makasiii tante sonya the best

Yora: sekalian hadiah ulang tahun kita tahun ini katanya

Sera: peluk cium sayang dari sera untuk tante sonya ;* avv

Aruna: tapi kok

Aruna: bulan maret (?)

Sera: apanya bulan maret na?

Melihat pesan dari Aruna, Yora segera memeriksa jadwal keberangkatan yang tertera. Benar saja, ibunya memberikan tiket pesawat dan kapal pesiar untuk tanggal yang tepat tapi di bulan Maret. Satu bulan lebih cepat dari yang mereka rencanakan.

Yora buru-buru keluar dari kamar untuk mencari ibunya. "MAMIII!"

Sonya yang sedang menonton di ruang keluarga kaget mendengar teriakan anak semata wayangnya yang menggema ke seluruh penjuru ruang tengah rumah mereka yang megah. Dilihatnya Yora tergesa menuruni tangga yang ada di sisi belakangnya.

"Kenapa, Liora? Jangan lari-lari di tangga!"

"Mami pesenin tiketnya kok bulan Maret?"

"Enggak kok. Bulan April kan kamu bilang?"

Gadis dengan pakaian tidur itu lalu menunjukkan tiket yang tadi pagi ia terima. "Tapi ini tulisannya Maret semua!"

Sonya jadi ikutan heran juga saat ia memeriksa tiketnya. "Iya, ya. Kok bisa?"

Yora mendesah frustasi seraya menyenderkan tubuhnya di sofa. "Ya mana aku tau?! Kan Mami yang mesen."

"Mami minta Om Suryo yang ngurusin tiket. Tau kan yang punya travel itu? Mungkin karna Mami bilang ini buat ulang tahun kamu kali ya? Jadinya dipesenin yang bulan Maret."

Yora manyun. "Terus gimana dong? Minta reschedule gak bisa? Aku udah pesen tiket ke Jepang sama Korea soalnya."

"Besok Mami tanya, sekarang kan udah malem. Tapi kalo gak bisa juga tiket Jepang-Koreanya bisa direschedule kan?"

"Gak tau. Kalo nambah biaya gimana?"

"Yaudah nanti tambahan biayanya Mami yang tombokin."

"Bener ya?"

"Iya, bener. Udah sana balik ke kamar! Ganggu aja Mami lagi nonton si Susi."

Yora ikut melihat layar TV dan langsung paham siapa yang dimaksud Susi oleh ibunya. "Suzy, Mi. Sukan Susi. Pemain badminton kali, Susi Susanti."

"Iya, pokoknya itu lah."