Chereads / Mas Bos / Chapter 2 - Keputusan

Chapter 2 - Keputusan

Hari ini begitu terik, membuat Nadia yang baru pulang dari sekolah di bonceng oleh Nita sahabatnya memutuskan untuk singgah ke Ind*mart untuk membeli minuman.

" Lo mau minuman apa Nit? " tanya Nadia saat masuk ke dalam Ind*mart tersebut.

" Gue pengen Milo dingin deh, Lo? " sambil melihat-lihat minuman yang terpajang , Nadia pun mengambil 5 minuman kemasan botol yang ia sukai dari dulu.

" Lo nggak bosan minum Yogurt terus Nad? "

" Nope, Yogurt always be my favorite drink, " ucapnya sambil membuka salah satu yogurt nya dan meminumnya.

" Ehh Nit, kata bu intan tadi pengumuman kelulusan akhir minggu ini ya? " tanya Nadia saat berjalan menuju kasir.

" Iya, gue deg-degan deh Nad. Semoga kita semua bisa lulus ya. "

" Iya gue juga, Aamiin. Btw lo mau lanjut kuliah dimana Nit? "

" Mungkin di sini saja, karena orang tua gue tidak mengizinkan gue untuk keluar kota bahkan keluar negeri, kalau lo ? "

" Rencananya sih gue mau ke luar negeri. "

" Kalau gue nggak keburu di nikahkan nantinya. " lanjutnya dalam hati karena ia belum mau menceritakan soal perjodohannya ke sahabatnya karena ia juga belum tau akan jadi atau tidak.

Dan saat hendak keluar dari mini market tersebut setelah membayar minuman mereka tiba-tiba Hp Nita berdering dan sang mama menelpon untuk minta di temani ke rumah tantenya, dengan berat hati Nita pun meninggalkan Nadia di depan mini market tersebut dan tak lupa minta maaf karena merasa tak enak Hati karena tidak jadi mengantar Nadia pulang namun Nadia meyakinkan kalau ia tidak apa-apa, apalagi masih siang, banyak ojek online.

Saat Nadia ingin memesan gojek tiba-tiba sebuah mobil singgah di hadapannya, seseorang pun keluar dari mobil itu dan masuk ke Ind*mart tersebut namun Nadia tidak memperdulikan siapa orang tersebut hingga ia akan memesan Gojek seseorang menegurnya dari samping.

" Nadia? Kamu ngapain disini? " Nadia yang merasa namanya di panggilpun membalikan arah tatapannya dan merasa kaget melihat siapa yang berdiri di sampingnya.

" Ehh Mas Rama toh, hai mas, " Sapa nya ramah ke pria yang memanggilnya ternyata Rama.

" Kamu ngapain di pinggir jalan tengah hari mana masih pakai baju sekolah lagi, kamu mau bolos ya? "

" Enak saja bolos, ya nggak lah. Aku tuh tinggal nunggu pengumuman Lulus tau, nah Mas sendiri ngapain disini? "

" Kamu mau kemana? " bukannya membalas pertanyaan Nadia, Rama malah bertanya balik.

" Mau pulang lah mas, masa mau mangkal. masih siang, " ucapnya membuat Rama geleng-geleng kepala.

" Ya sudah ayo saya antar. "

" Memangnya mas tau rumah saya? "

" Ya nggak, kan ada kamu. Kamu punya mulut kan untuk mengatakan arah rumah kamu, " jawab Rama ketus kemudian meninggalkan Nadia untuk masuk ke mobilnya dan dengan cepat Nadia menyusul.

" Mumpung tumpangan gratis ," Batin Nadia yang sudah duduk di bangku penumpang bersama Rama di sampingnya dan Nadia pun memberi tau alamatnya ke pak supir Rama.

Nadia yang lagi asik meminum kembali yogurtnya, balik menatap Rama yang lagi memerhatikannya.

" Mas kenapa lihatin aku? mas mau juga minum yogurt? ini enak lo mas, ini tuh minuman favorit aku tau, " ucapnya sambil menyodorkan sebotol yogurt namun Rama tolak karena merasa tak haus.

" Kamu suka sama minuman itu? kamu tau siapa pemilik minuman tersebut? "

" Iya aku suka banget, aku nggak peduli siapa pemilik minuman ini tapi aku cuman mau bilang terima kasih karena sudah buat minuman terenak seperti ini, " ucap Nadia dan kembali meminum yogurtnya.

" Sama-sama, " ucap Rama pelan namun samar-samar Nadia masih bisa mendengarnya.

" Tadi mas bilang apa? " tanya nya lagi karena tidak terlalu jelas mendengar apa yang Rama katakan karena fokus meminum minumannya.

" Ahh, bukan apa-apa. kamu lanjut saja minumnya. " kemudian keadaan mobil pun hening hingga Nadia sampai di depan rumahnya.

" Terima kasih ya mas Rama atas tumpangannya, terima kasih juga ya pak supir. " ucap Nadia saat hendak keluar dari mobil Rama

" Besok jalan yuk." Pergerakan tangan Nadia berhenti saat ingin membuka pintu mobil Rama lalu ia kembali membalikan badannya menghadap ke Rama.

" Coba mas ulangi, tadi ngomong apa?" pinta Nadia sambil mengorek-orek kuping nya karena ia pikir salah pendengaran. Dengan helaan nafas Rama pun mengulang ajakannya untuk jalan besok tapi bisanya baru sore. Awalnya Nadia ragu kalau Rama bercanda tapi Nadia mencoba memerhatikan mimik wajah Rama dan tidak ada tanda kebohongan di dalamnya dan akhirnya Nadia pun setuju untuk jalan besok,setelah itu Nadia pun akhirnya benar-benar pamit keluar dan Rama pun hanya mengangguk kemudian  mobil Rama pun langsung melaju pergi meninggalkan depan rumah Nadia.

" Di antar sama siapa kamu? " tanya tiba-tiba seseorang dari belakang Nadia saat Nadia masih memerhatikan kepergian mobil Rama.

" Astagfirullah bunda, ngagetin aja tau, " ucapnya sambil mengelus-elus dadanya karena kaget.

" Itu di antar kang grab lah, siapa lagi, " lanjutnya tapi ngeles karena kalau ia sebut Rama yang mengantarnya akan rame lagi sedangkan ia sudah gerah dan ingin langsung ke kamar ganti baju.

" Keren juga mobil tukang grab sekarang, " ucap Rani yang mengikuti langkah anaknya untuk masuk ke dalam rumah.

*****

Ke esokan harinya Rama benar-benar menepati janjinya untuk jalan dengan Nadia setelah pulang dari kantor. Nadia tentu tidak memberi tau bundanya kalau ia akan jalan dengan Rama karena ia tidak ingin bundanya berharap banyak toh Nadia juga tidak tau bagaimana kedepannya nanti hubungannya dengan Rama, yang jelas ia hanya menjalani apa yang sekarang terjadi. Begitupun Rama sebaliknya ia juga tidak memberi tau mami nya kalau ia akhirnya mengajak Nadia jalan walau awalnya maminya yang memberi ide untuk mengajak Nadia jalan supaya mereka bisa saling kenal namun waktu itu Rama cuek saja tapi ternyata ide mami nya tidak buruk juga toh ia juga lagi sendiri sekarang. Dan sekarang Nadia dan Rama tengah terdampar di salah satu cafe karena Rama setelah menjemput Nadia di halte yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, ia lapar dan mengajak Nadia makan dulu.

" Kenapa tidak di makan udangnya Nad?" Tanya Rama karena melihat Nadia sedang menyingkirkan beberapa udang ke pinggir piringnya.

" Aku alergi udang mas."

" Terus kenapa kamu malah minta di samain pesenan aku sama kamu kalau kamu elergi udang? Sudah tau saya pesan nasi goreng seafood."

" Kirain nggak pake udang mas," jawab Nadia dengan polosnya membuat Rama geleng-geleng kepala melihat tingkah Nadia. Rama pun memanggil waitresnya dan Rama meminta Nadia mengganti menu makannya, Nadia menolak tapi Rama bersitegang karena ia tidak mau alergi Nadia nanti kambuh.

" Makasi ya mas,"

" Jangan geer, aku begitu karena tidak mau kamu repotin kalau tiba-tiba alergimu kambuh tapi aku belum selesai makan," ucap Rama cuek dan melanjutkan makannya sedangkan Nadia  langsung manyun tapi itu tak berlangsung lama karena ia kembali tersenyum dan itu semua tak lepas dari lirikan mata Rama diam-diam.

" Manis, menggemaskan,"batin Rama.

Setelah makan, mereka masih memutuskan untuk duduk nongkrong di cafe itu sambil memesan minuman lagi, toh cafe yang mereka tempati lagi tidak terlalu ramai dan nyaman juga untuk di tempati nongkrong. Mereka berdua pun memulai percakapan mereka, saling mengenal satu sama lain sesuai perintah sang mama-mama meski mereka tak tau kalau anak-anaknya lagi jalan berdua.

" Nad, pulang yuk. Udah menjelang magrib," ajak Rama karena suara mesjid sudah terdengar dan Nadia pun mengiyakannya. Saat Rama sudah mengantar Nadia kembali ke halte, dan sudah bersiap untuk pulang. Tiba-tiba seorang bapak-bapak penjual aksesoris dan boneka melintas , Nadia langsung mencegatnya dan berniat membeli sesuatu dari bapak-bapak itu karena Nadia kasihan melihat bapak itu berjalan sendirian apalagi sudah menjelang magrib, Rama yang masih di dalam mobilnya namun belum berangkat melihat Nadia berjongkok ingin membeli sesuatu, memutuskan keluar dan mendekati Nadia.

" Mau beli apa?"

" Astaga aku kira sudah pulang, ini aku mau beli bonekanya. Lucu kan mas?" Tanya Nadia memperlihatkan sebuah boneka beruang berwarna coklat yang berukuran sedang.

" Ini harga berapa pak?" Tanya Rama ke penjualnya.

" Ini harga 50 ribu mas," jawab sang pedagang. Rama pun meraih dompet nya yang berada di saku celana nya dan mengeluarkan uang selembar berwarna merah.

" Mas mau beli boneka ini,untuk siapa?" Tanya Nadia bingung.

" Aduh mas tidak ada uang kembaliannya."

" Nggak usah pak, itu untuk bapak semua." Sang pedagang itu pun sangat berterima kasih ke Rama.

" Ini untuk kamu,"ucap Rama menyerahkan boneka yang ia beli untuk Nadia membuat Nadia melongo.

" Anggap itu tanda perkenalan kita."

" Makasi ya mas," ucap Nadia bahagia sambil memeluk boneka tersebut.

" Pak aku mau gelang ini dong 2," pinta Nadia menunjuk 2 buah gelang berwarna coklat.

" Berapa?"

" 10.000 satu neng." Nadia pun mengeluarkan uang 50 ribu dan tidak meminta kembalian juga, sang pedagang pun kembali mengucapkan banyak terima kasih ke Nadia dan Rama karena membantunya melariskan dagangannya, setelah itu sang pedagang pun pamit.

" Semoga eneng sama mas nya berjodoh, orang baik akan bersama dengan orang baik juga," ucap bapak itu sebelum meninggalkan Rama dan Nadia tadi,mereka berdua pun hanya tersenyum.

" Kenapa tidak bilang kalau kamu mau boneka? Kan tadi ada mall yang kita lewati," ucap Rama saat pedagang itu telah pergi.

" Ini bukan masalah aku mau boneka atau bukan, ini hanya tentang saling membantu sesama mas," jawab Nadia dengan menatap mata Rama lekat.

" Oh iya, mas kan sudah kasi aku boneka. Jadi ini aku kasi mas gelang 1 nya lagi, jangan geer,anggap juga ini sebagai tanda perkenalan kita," ucap Nadia memberi Rama gelang dan Rama pun mengambilnya dan tak lupa mengucap terima kasih juga.

" Ya sudah sana pulang, sudah magrib." Rama pun pamit dan Nadia pun juga berjalan ke arah rumahnya yang jaraknya kurang lebih tinggal 100 meter lagi.

" Dia baik dan aku tertarik."

" Dari mana kamu? Magrib kok baru pulang," tanya bunda Nadia saat Nadia melintas di ruang keluarga.

" Biasa bund main sama teman, kan tadi sudah izin," jawab Nadia.

" Nad, tante Nina tadi nelpon bunda katanya kita di minta datang ke cafe untuk ketemu dan membahas kelanjutan perjodohan kamu sama nak Rama, " ucap Rani dan Nadia pun menghentikan langkahnya untuk menaiki anak tangga selanjutnya, ia sedikit gelisah karena kenapa tiba-tiba padahal barusan ia ketemu sama Rama namun ia tidak ingin pusing akan hal itu.

" Oke bund tapi misalnya mas Rama menolak nggak ada pemaksaan ya dan Bunda sama ayah setuju kalau Nadia ke Jerman untuk kuliah, " ucapnya kemudian melangkahkan kembali kakinya menaiki anak tangga untuk ke kamarnya.

Tak terasa Matahari telah berganti dengan Bulan, Nadia, Bunda dan Ayahnya sudah siap berangkat ke cafe tempat janjian nya dengan keluarga Rama.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 50 menit Nadia dan kedua orang tuanya pun telah sampai dan Rama dan juga kedua orang tuanya pun ternyata lebih dulu datang.

" Hallo, maaf ya telat," ucap Rani saat sudah berada di dekat Nina dan keluarga.

" Nggak kok Ran, belum juga jam 8. kami saja yang kecepatan datang nya, silahkan duduk. " Rani, Nadia dan Darwin ayah Nadia pun duduk dan perbincangan santai pun di mulai sembari menunggu pesanan makanan mereka, bapak-bapak membahas bisnis, ibu-ibu membahas fashion, arisan dll sedangkan Nadia dan Rama hanya diam menyimak karena mereka tidak tau mau bahas apa toh beberapa jam yang lalu baru juga mereka berdua bertemu dan ngobrol namun mereka berdua merahasiakan pertemuan mereka.

" Sekian lamanya kita bersahabat, baru kali ini kita bisa kumpul bersama anak dan suami ya Ran untuk malam mingguan nya, " ucap Nina antusias dan di setujui oleh Rani dan suami serta suami Nina juga.

" Maaf kami kan bapak-bapak sibuk kerja jadi jarang bisa ikut kumpul, iya kan Dam? " ucap ayah Nadia dan meminta persetujuan ke Daddy Rama.

" that's right, we're so busy so sometimes we could't have yet times for you, i am so sorry, " ucap Damien Aldrick Daddy Rama.

" Never mind, yang jelas sekarang kita kumpul di sini. "

" Ohh iya bagaimana nih kelanjutan perjodohan Rama dan Nadia, kalian setuju kan? " lanjut Nina dan meminta kejelasan soal perjodohan anaknya dan anak sahabatnya.

" Kita terserah nak Rama dan Nadia saja, ya kan yah? " dan Darwin pun menyetujui ucapan sang istri.

" Jadi bagaimana Son, kamu setuju soal perjodohan ini? " tanya Daddynya. Rama diam sejenak menatap Nadia yang juga menatapnya, entah perasaan apa yang sedang Rama rasakan saat ini namun dengan helaan nafas Rama pun mulai berbicara sedangkan Nadia yang masih setia menatap Rama yang sedang berbicara.

" Aku tidak setuju soal perjodohan ini, " ucap Rama langsung, dan membuat orang yang ada di dekatnya kaget mendengarnya.

" Kenapa? " tanya orang tuanya bingung menuntun penjelasan.

" Karena dia masih kecil, aku tidak mau dianggap pedofil, " ucap Rama tegas sambil menatap Nadia yang masih menatapnya.

Hening, tak ada yang mau angkat bicara setelah Rama mengeluarkan pendapatnya dan menolak perjodohan ini.

" Iya, aku terima keputusan mas, " Ucap Nadia mantap.

Dan kedua orang tua masing-masing masih diam mendengar kalau anak-anak mereka sama-sama menolak perjodohan ini entah apa alasannya namun mereka belum bisa mencernah jadi mereka masih diam hingga Rama kembali bersuara untuk berpamitan kalau tiba-tiba ia ada kerjaan mendadak.

" Nak Nadia tante sama om minta maaf ya kalau akhirnya seperti ini, " ucap Nina merasa bersalah sekali.

" Ran, mas Darwin maafin sikap Rama ya. "

" Tidak apa-apa tante, Nadia paham kok karena mas Rama pasti cari yang dewasa yang bisa mengimbangi dia dan ketertarikan itu nggak bisa di paksa tant. mungkin kita hanya cocok berteman saja seperti bunda dan tante, dan Nadia juga akan lanjutkan sekolah Nadia jadi tante sama om jangan khawatir, i am fine, " ucap Nadia sambil mengelus-elus tangan Nina sambil memberikan senyum terbaiknya agar Nina tenang. Dan setelah perasaan Nina dan Rani sudah stabil mereka pun akhirnya memutuskan pulang karena apa yang mereka inginkan tidak jadi terlaksana dan bagi mereka berdua ini adalah malam minggu paling kelabu.

Dan pertemuan antara Rama dan Nadia menjadi pertemuan terakhir mereka di malam keputusan tersebut.

" Maafin aku yang mungkin membuat mu kecewa pada keputusan ini, tapi aku di perhadapkan pada 2 pilihan, aku harus memilih dan kamu bukan pilihan ku."