Chereads / Terjebak Pernikahan Mr. Arrogant / Chapter 29 - Cuman teman

Chapter 29 - Cuman teman

"Baguslah kalau begitu, ya sudah aku tutup teleponnya ya, Queen."

"Eh! Darrel! Tunggu bentar, memangnya ada hal apa? Sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu katakan," ucap Queen terheran mendengar Darrel menghubunginya jika hanya untuk sekedar basa-basi.

"Ya memang aku hanya ingin menanyakan kabarmu saja. Udah sana nanti suamimu nanya lagi ha-ha-ha."

"Um, baiklah."

Lain tempat, Darrel mencoba pasrah meskipun dia sangat ingin mendengar suara itu walau ia tahu wanita yang ia sukai tidak bisa ia miliki, tapi sekedar mendengar kabar tentangnya saja sudah membuat rindu dihatinya terobati. Jika aku tidak bisa memilikimu, maka biarkan aku mengagumi mu dari jauh. Pikir Darrel saat itu.

Di sisi lain, Queen menutup teleponnya lalu ia menoleh kebelakang, tapi tiba-tiba saja Daniel sudah berada didekatnya. Sampai membuat dirinya kaget.

"Ihhh kamu kenapa sih kaya hantu! Tiba-tiba ada. Udah enggak ngomong lagi," ketus Queen sembari menepuk-nepuk bahu suaminya.

"Ya abisnya kamu teleponan. Siapa yang telepon?" Danie bertanya dengan gaya angkuhnya sambil menaikkan sebelah alis matanya.

"Ya kan bisa ngomong biar aku enggak kaget. Itu tadi Darrel telepon."

"Darrel? Yang di rumah sakit itu?"

Queen menjawab dengan anggukan.

"Buat apa dia telepon?"

"Nanya kabar."

"Emang istriku ini siapanya dia sampai harus dia nanya kabar?"

"Cuman ... temen!"

"Temen kok mesra."

"Ihhh kamu lagi cemburu ya."

"Enggak biasa aja."

Melihat Daniel yang mulai terlihat cemburu dengannya, membuat Queen menahan senyumnya. Lucu banget sih suamiku kalau cemburu. Biarpun dia lagi cemburu gantengnya enggak ilang malah cuek lagi, pikir Queen kala itu.

Hal lain Daniel lakukan saat Queen mencoba menahan senyum di depannya. Ia berlalu lalang seakan tidak ingin peduli terhadap wanita itu. Meskipun ia sendiri sadar bahwa dirinya memang tidak suka jika ada pria lain yang dengan sengaja mengganggu miliknya. Walaupun demikian Daniel ingin terlihat tetap cool.

Lain hal dengan Queen, yang sudah tidak dapat menahan senyumnya saat melihat kepergian Daniel dengan bersikap acuh tak acuh terhadapnya. Ia pun termenung sambil menatap sosok pria itu yang sudah beberapa kali bersikap aneh terhadapnya.

"Aku ingin keadaan ini berlangsung selamanya agar kita bisa hidup bahagia, Daniel. Walaupun aku tidak yakin," gumam Queen di sela-sela senyumnya.

Di sisi lain, sebuah kediaman milik Darrel. Di sana ada seorang wanita yang baru-baru ini sudah memilih tinggal dengannya setelah melalui berbagai macam kesempatan yang sudah mereka buat bersama untuk tinggal berdua. Pertama, Sheila bisa tinggal bersama dengannya dengan tidak mencampuri urusan pribadi milik Darrel. Kedua, selama tinggal di sana Sheila tidak boleh malas-malasan dan tidak bisa pulang larut malam demi kenyamanan bersama, dan ketiga Sheila tidak diperkenankan memakai pakaian yang terlalu terbuka selama tinggal bersama.

Namun, bukan Sheila namanya jika ia mau menuruti semua peraturan bodoh yang Darrel berikan. Justru dengan sengaja Sheila melanggar semua peraturan yang berlaku. Jika Darrel kesal maka kekesalan yang Sheila balas.

Saat itu Darrel sedang merasa bosan setelah menghubungi Queen. Ia sama sekali tidak nyaman meskipun sudah menanyakan tentang kabar wanita itu. Lalu tiba-tiba saja Sheila datang dengan pakaian yang hanya memakai tank top setengah dan tanpa tali serta dipadukan dengan celana jeans sepaha. Mampu membuatnya tampil menawan serta membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas.

Tanpa rasa bersalah Sheila duduk tepat disebelah Darrel. Sontak membuat Darrel melirik melihat wanita yang tiba-tiba ada di sebelahnya dengan pakaian yang begitu terbuka.

"Heh! Lu enggak usah pakai baju deh daripada setengah-setengah gitu mubazir," ketus Darrel dengan raut wajah kesal.

"Oh gitu! Ya udah gua bukain ya!" sahut Sheila yang langsung memperagakan tangannya untuk mengangkat tank top miliknya.

Repleks membuat Darrel menjentikkan jarinya tepat di kening Sheila dengan sedikit keras.

"Kamu masih ingatkan perjanjian kita apa?"

"Apa tuh?" tanya Sheila tanpa rasa bersalah.

"Ya ampun. Itu baju kenapa begitu? Sana ganti, gua cowok. Tolong ya please!"

"Lah kenapa kalau kamu cowok? Kan juga manusia! Kecuali setan iya aku harus takut."

"Serah deh."

Darrel langsung bangkit beranjak pergi dari samping Sheila, daripada nantinya ia harus melawan nafsunya sendiri dan membuat dirinya menyesal telah membuat wanita lain menjadi sasarannya. Namun, Sheila mengerti dengan maksud Darrel. Walaupun wanita itu sengaja, tapi kemudian ia menyusul Darrel pergi.

"Hey! Tunggu dulu."

"Apa lagi?"

"Ku dengar kalau Daniel sempat kecelakaan, lalu sekarang bagaimana kabarnya?"

"Jika kamu ingin tahu datang saja ke rumahnya."

"Baiklah aku akan datang bersama dengan kakaknya," ucap Sheila sembari tersenyum tipis.

'Daniel, kita lihat saja nanti kamu pasti akan menikahi ku juga,' batin Sheila.

Melihat Sheila yang tiba-tiba tersenyum seperti ada sesuatu yang sedang ia pikirkan membuat Darrel terheran dengan tingkahnya. Lalu menahan bahu Sheila sampai berhadapan dengannya.

"Lagi pikir apa kamu?"

"Ada deh."

"Cepat bilang. Jangan sampai kamu datang ke rumah mereka lalu mengganggu kenyamanan mereka apalagi dengan pakaian mu seperti ini," ucap Darrel tanpa takut wanita itu tersinggung.

"Apa peduli mu? Ayolah, Darrel. Kita sudah tinggal bersama berarti kita itu saudara. Jangan pikirkan hal buruk tentangku," sahut Sheila menyela ucapan itu.

"Ya-ya terserah dirimu saja. Aku beritahu, setelah kecelakaan Daniel kehilangan ingatannya, dan itu artinya jangan mengganggu ketenangan mereka."

'Apa? Hilang ingatan? Wow itu artinya rencana ku akan lebih mudah,' batin Sheila.

Sheila pun tidak lagi memperdulikan ucapan Darrel, ia berlalu pergi begitu saja. Berbeda dengan Darrel yang masih menatap wanita itu dengan tatapan membingungkan. Menggelengkan kepalanya lalu berbalik kearah lain tanpa lagi memperdulikan apa yang ada di dalam benaknya.

Di sisi lain, Sheila benar-benar melakukan apa yang ia pikirkan sejak tadi. Dirinya cepat-cepat menghubungi Hardiem, dan panggilan terjawab dengan cepat.

"Lagi di mana?"

"Lagi di tempat kerja, ada apa?" tanya Hardiem dari balik ponselnya.

"Oh baiklah aku akan ketempat mu sekarang."

"Memangnya ada apa?" Hardiem penasaran.

"Biasalah."

Panggilan langsung tertutup meskipun Hardiem belum jelas mengetahui yang dimaksud oleh Sheila. Dirinya pun bergegas untuk menghampiri Hardiem di sana.

Sampai di kantor Hardiem berkerja.

Sheila langsung memasuki ruangan tersebut dan Hardiem memang sudah menunggunya sejak tadi. Tanpa mengetuk pintu lagi Sheila masuk ke dalam. Pakaian yang Sheila kenakan masih sama seperti tadi. Ia hanya mengambil jaket untuk menutupi sedikit tubuhnya yang terbuka, lalu sampai di dalam ruangan dirinya langsung melepaskan jaket tersebut tanpa takut kalau nantinya Hardiem akan tergoda dengan tubuhnya yang menggoda.

"Hay, Kakak ipar."

"Katakan apa yang ingin kamu bicarakan."

Melihat Hardiem yang begitu kaku dengannya, ia mencoba mendekat dengan menyentuh dada bidang Hardiem.

"Ayolah, Hardiem. Kita berbincang bincang sebentar. Sebelum rencana kita akan di mulai."