Chereads / Terjebak Pernikahan Mr. Arrogant / Chapter 33 - Plak! Tamparan keras

Chapter 33 - Plak! Tamparan keras

Daniel benar-benar mengambil apa dia inginkan tanpa berpikir panjang ia mengambil sebuah pistol kecil. Lalu diselipkan kedalam celana miliknya hingga orang lain tidak akan mengira jika dirinya sedang membawa senjata berbahaya.

Setelah mengambil itu lalu bergegas pergi dan menemui Darrel yang sedang berdiri menunggu Queen selesai. Saat itu Darrel tidak menyadari jika ada kehadiran seseorang. Langkah kaki yang sangat pelan sampai tak terdengar oleh Darrel. Benar-benar seperti seorang ahli. Daniel pun mendekati Darrel sedikit dekat, hingga akhirnya.

"Hey!" teriak Daniel. Darrel pun menoleh.

Tetapi saat Darrel sedang menoleh tiba-tiba dor! Satu tembakan melayang tepat mengenai bahu Darrel, sampai menembusnya begitu dalam. Suara tembakan yang begitu besar sampai terdengar kedalam kamar Queen. Lalu wanita itu berlari dengan rasa penuh ketakutan. Ingin sekali lagi Darrel menembak Darrel, dia berharap sasarannya tepat mengenai kepala. Tetapi Queen begitu cepat datang ketempat mereka sampai membuat Daniel menghentikan aksinya.

"Daniel! Apa yang kamu lakukan?!" teriak Queen. Lalu ia berlari kearah Darrel. Pria itu sudah terluka, darah segar mengalir begitu banyak.

Daniel hanya tersenyum tipis sembari melihat kearah istrinya bersama seorang pria yang sudah terluka olehnya. Ia tidak mencoba menolong melainkan hanya menonton.

"Kamu jahat!" bentak Queen sembari memangku Darrel kedalam pangkuannya.

Bentakan Queen juga tidak Daniel hiraukan, ia bahkan berlalu pergi begitu saja. Lain halnya dengan Queen, yang sudah sangat panik, dan kebingungan harus melakukan apa.

"Darrel ... bangun .... Hey! Bangun ...." Tangis Queen kembali pecah saat melihat Darrel yang tidak bergerak sama sekali. Ia pun mencoba menyentuh denyut nadinya, tapi untung saja denyut nadi itu masih berdetak.

Setelah menyadari bahwa keselamatan masih bisa Darrel dapatkan, Queen pun bergegas mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar. Ia berlalu lalu menghubungi pihak ambulans. Sekitar beberapa menit menunggu sambil terus mencoba menahan pendarahan yang semakin banyak keluar. Queen pun mengambil sobekan kain untuk menutupi luka tembak tersebut sampai akhirnya mobil ambulans pun tiba.

Ia bersama anggota rumah sakit langsung bergegas membawa Darrel. Sekitar beberapa saat, mereka tiba di rumah sakit dan Darrel langsung ditangani oleh dokter. Sambil menunggu hasil pemeriksaan, Queen pun memilih untuk pulang mengambil pakaiannya yang sudah ia siapkan sejak tadi.

Saat dirinya pulang, Daniel sedang terduduk menyendiri dengan menghisap sebatang rokok di mulutnya. Tanpa melirik Queen yang sudah masuk kedalam. Setelah mengambil kopernya, ia pun bergegas untuk pergi. Tapi saat Queen melangkah melewati Daniel. Dengan cepat Daniel menahan lengan istrinya sampai hentakan keras terdengar akibat gesekan dari koper yang sedang ia bawa.

Menatap Daniel dengan tatapan tajam, lalu berkata. "Lepaskan!"

"Jika aku tidak mau bagaimana?" Daniel menjawab begitu enteng tanpa memikirkan Queen yang sedang marah terhadapnya.

"Aku harus pergi, Daniel. Aku harus menunggu Darrel sadar." Queen mencoba melawan sampai tangannya terasa sedikit kesakitan.

"Apa sebegitu pedulinya kamu terhadap pria lain daripada suamimu sendiri ya? Heh! Memang kamu tidak tahu terima kasih. Harusnya aku tidak menikahi mu. Harusnya aku menjadikanmu seperti wanita yang digilir oleh setiap pria. Paman dan Bibi mu bahkan menjual mu. Lalu aku dengan bodohnya menikahi mu dan sekarang kamu justru lebih mementingkan pria lain." Daniel berkata seenaknya saat dirinya sedang di kuasai oleh amarah tanpa memikirkan perasaan Queen terhadap ucapannya yang begitu kasar.

Plak! Tamparan mendarat dengan keras tepat mengenai pipi Daniel. Mendengar ucapan menjijikkan yang Daniel ucapkan membuat Queen geram. Ia memang sering di hina oleh orang yang telah menjadi suaminya itu, tapi penghinaan kali ini benar-benar sudah lewat batas. Padahal Queen sudah pernah bahagia, tapi dengan sekali hentakan ia kembali dijatuhkan di dasar jurang yang lebih dalam.

"Oh ya begitu rupanya. Ternyata kamu mengingat dengan paman dan bibiku, lalu kenapa juga kamu bisa hilang ingatan dan baik terhadapku selama ini? Apa mungkin semua ini hanya sandiwara? Daniel, kamu tahu, aku sudah bahagia saat kamu mulai memperlakukanku dengan baik walaupun kisah kelamku begitu buruk yang kudapatkan darimu. Tapi aku mencoba melupakannya. Lalu sekarang aku sudah tahu jati dirimu. Kamu hanya berpura-pura baik denganku. Mungkin saja kamu juga pura-pura hilang ingatan. Aku benar-benar kecewa denganmu!"

Selesai mengatakan semua yang ia rasakan, Queen pergi dari sana tanpa pamit. Hal yang sama Daniel alami, dirinya selalu merasa bersalah dengan apa yang sudah ia ucapkan padahal ia sudah berjanji untuk tidak menyakiti hati wanita yang ia cintai. Namun, karena emosi yang menguasai dirinya sampai ia tidak bisa berpikir jernih untuk menyelesaikan setiap persoalan yang ia hadapi.

"Apa yang sudah kukatakan barusan? Queen, dia pasti tidak akan mau memaafkan ku untuk kesekian kalinya," gumam Daniel sembari menarik-narik rambutnya.

Dalam perjalanan menuju kerumah sakit, berkali-kali Queen mengingat setiap ucapan kasar yang keluar dari mulut suaminya. Ia sungguh tidak menyangka jika Daniel akan kembali menyakiti dirinya dengan perkataan yang kasar padahal ia sudah bermimpi untuk hidup bahagia bersama Daniel. Sesampainya di rumah sakit, Queen berlari menghampiri tempat Darrel di rawat. Tetapi saat tiba di sana sudah ada seorang wanita yang sedang menunggu proses perawatan Darrel tersebut.

Wanita itu Sheila, entah sejak kapan ia bisa ada di sana. Lalu Queen penasaran dan mencoba mendekatinya. Namun, saat Queen tiba di sana dengan cepat Sheila bangkit dari duduknya dan plak! Sebuah tamparan mendarat mulus di wajah cantiknya. Tamparan itu mengingatkannya kepada Daniel, rasa sakit yang ia rasakan mungkin sama dengan Daniel rasakan. Itulah pikirnya saat itu.

Shiela dengan kuat menarik rambut Queen sampai wajahnya melihat keatas. Ia pun berkata tanpa melepaskan tarikan itu.

"Semua ini gara-gara lu! Kalau sampai Darrel tidak sadarkan diri lu bakalan berurusan sama gua!" ancam Sheila.

"Lepaskan dulu, Sheila," sahut Queen. Dengan terpaksa Sheila menuruti meski dengan cara yang kasar.

"Kenapa kamu bisa ada di sini? Dan kenapa kamu bisa kenal dengan Darrel?" tanya Queen dengan baik-baik tanpa membalas perbuatan yang sudah ia terima.

"Dia itu temen gua dan gua tinggal seatap sama dia. Yah otomatis gua pedulilah. Ini semua pasti gara-gara lu kan yang udah buat Darrel jadi korban. Oh ya mengenai gua bisa berdiri di sini itu karena dokter yang telepon. Lu emang enggak bertanggung jawab ya habis nganterin terus lu pulang seenaknya. Dokter tadi nyariin walinya, ngerti lu!" Sheila berkata panjang lebar dengan tatapan yang penuh kebencian.

'Ya ampun aku bersalah banget sama Darrel. Harusnya tadi aku enggak pulang dulu ambil baju,' batin Queen.

Queen sibuk dengan perasaanya, berbeda dengan Sheila yang geram melihat Queen yang hanya diam tanpa menjawab perkataanya. Padahal ia sudah begitu panjang lebar berbicara.

"Heh! Lu budek ya?! Kalau orang ngomong itu dijawab bukan malah bengong!"