"Kau tidak lihat aku sedang bekerja."
"Ya aku tahu, tapi ini lebih penting. Bukankah kamu menginginkan Queen dan aku menjadi Nyonya Daniel."
"Ya-ya mimpi mu terlalu tinggi. Kamu tahu kalau sekarang Daniel sedang sakit, dia hilang ingatan. Sebaiknya undurkan niatmu itu."
'Meskipun dia bukan saudara kandungku, tapi kami dibesarkan di satu atap yang sama. Aku memang tidak suka melihat sikapnya, tetapi kalau keadaannya sakit seperti ini aku juga tidak suka,' batin Hardiem.
Melihat penolakan dari Hardiem, membuat Sheila kesal. Tapi ia tidak tinggal diam meskipun dirinya tahu Hardiem tidak akan melakukan rencana mereka. Namun, bukan Sheila namanya jika ia tidak bisa melakukan hal sekecil itu.
"Aku sudah katakan sebelumnya, Hardiem. Jika memang kamu tidak ingin bekerjasama denganku tidak masalah, tapi jangan lupakan perjanjian kita sebelumnya."
"Memangnya apa yang akan kamu rencanakan, Sheila?!" geram Hardiem sembari memukul meja.
"Santai ... dong, Sayang. Rencananya kita hanya akan bersenang-senang, setelah aku bersenang-senang dengan Daniel."
"Kau gila!"
"Yah aku gila, bukannya kamu tahu sejak kita berteman aku sudah begitu lama menyukai Daniel, tapi dia sama sekali tidak pernah melihat perasaanku. Harusnya dia bisa melihat itu sampai-sampai aku mengorbankan diriku untuk tidak tidur dengan pria lain. Kurang baik apalagi aku!" bentak Sheila saat melihat reaksi Hardiem yang tidak suka dengan tujuannya.
"Hey, itu bukan pengorbanan, tapi keberuntungan. Menurutku caramu itu menarik. Lagipula untuk apa kamu mengorbankan tubuhmu, ada-ada saja."
"Tapi untuk sekarang aku tidak akan peduli dengan itu, yang kuinginkan hanya satu agar aku bisa bersatu dengannya. Jikapun nanti aku tidak bisa maka wanita lain juga tidak boleh memiliknya. Hardiem, aku ingin tubuhnya dan segala yang dia punya!" Sheila seperti orang kesurupan yang tiba-tiba berteriak setelah ia mengungkapkan keinginannya, sampai membuat Hardiem geleng-geleng kepala melihat kearah wanita itu.
"Obsesi mu sungguh tinggi, aku akui itu. Baiklah karena aku sudah berjanji maka aku tidak boleh mengingkarinya. Tapi aku tidak mau ada yang terluka. Please! Apapun rencana mu nanti, jangan menyakitinya." Hingga akhirnya Hardiem menyiapkan rencana yang akan Sheila mulai.
Sheila tersenyum mendengar ucapan Hardiem, mereka pun saling berjabat tangan. Lalu dengan perlahan Sheila dengan sengaja mendekati tubuhnya itu sampai mereka benar-benar sangat dekat. Bahkan tidak ada jarak diantara keduanya. Hardiem yang saat itu kebingungan harus berbuat apa.
"Tenanglah, Hardiem. Bukankah kamu tahu kalau rencana ini akan berjalan begitu mesra seperti kita sedang ... em! Berhubungan," bisik Sheila sembari sedikit desahan tepat di telinga Hardiem.
"Ta-tapi rencana macam apa itu?" tanya Hardiem sampai terbata-bata.
"Ayolah ini masih rahasia, kamu akan tahu nantinya," bisik Sheila sampai mengenai pipi Hardiem dengan bibirnya.
Lalu dengan cepat Sheila menjauh, hingga membuat Hardiem merasa tenang. Ia bahkan sampai mengusapkan dadanya saat itu.
"Kalau begitu aku pergi dulu, jika sudah waktunya tepat maka aku akan mengabari mu lagi," ucap Sheila sambil melambaikan tangannya. Langsung disambut anggukan oleh Hardiem.
Kala itu Hardiem masih memikirkan saat dirinya bersama dengan Sheila begitu dekat, ia sempat merasakan buntalan bulat yang begitu kenyal menempel di dadanya. Apalagi saat Sheila memang hanya memakai tank top sampai ujung kedua bulatan miliknya jelas terlihat.
"Dia wanita berbisa, tapi pesonanya sungguh luar biasa. Hanya saja ... aku tidak suka jika istriku memiliki sifat seperti dia. Ini kali keduanya aku bisa terpesona dengannya, tapi apa dia masih perawan? Jelas kudengar jika dia belum mengorbankan tubuhnya, entahlah," gumam Hardiem yang sempat-sempatnya berpikir keras.
Melihat Sheila yang sudah menghilang dari pelupuk matanya, akhirnya Hardiem melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Beda halnya dengan Sheila, yang saat itu memutuskan untuk pergi ke rumah Daniel berada. Ia hanya ingin untuk menjenguk pria itu walaupun dirinya menginginkan pria itu seorang diri di dalam rumahnya.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih memakan waktu sekitar satu jam lebih, akhirnya Sheila tiba di sebuah mansion yang cukup besar dan mewah. Namun, mansion itu terlihat sepi, dan hanya ada satu mansion yang berdiri kokoh di sana tanpa adanya tetangga yang menemani.
Sheila melihat kedalam ponselnya. Ia membaca alamat yang sudah lama ia dapatkan dari Hardiem tentang keberadaan Daniel berada. "Benar ini alamatnya," gumamnya.
Tanpa menunggu waktu lama, Sheila langsung berjalan masuk kedalam pekarangan mansion tersebut. Saat ia semakin dekat, terlihat dari luar sosok wanita yang juga ia kenali. Queen sedang mengambil buah-buahan yang akan diberikan untuk suaminya. Dari luar Sheila dapat melihat, sebab mereka duduk tidak jauh dari pintu masuk.
"Yah ada Queen lagi, tapi sudahlah sebaiknya aku masuk," gumam Sheila yang sudah tiba di depan pintu masuk.
Tok tok tok.
Queen dan Daniel menoleh bersamaan. Lalu Queen beranjak membuka pintu. Saat pintu terbuka Queen terheran melihat Sheila yang tiba-tiba ada di depannya.
"Apa sampai nanti kamu hanya ingin melihatku tanpa menyuruhku masuk?" tanya Sheila dengan tatapan sinis.
"Oh ya mari silahkan masuk."
"Daniel di mana?" Baru memasuki pintu sekitar dua langkah, Sheila langsung bertanya mengenai Daniel. Pertanyaan itu membuat Queen terdiam sejenak.
"Daniel ... Um, dia sedang tidur. Memangnya kenapa?"
"Kenapa apanya? Aku kan temannya jadi aku ingin mengunjunginya, lagipula sebelum kalian menikah aku sudah lebih dulu mengenalnya," jawab Sheila dengan begitu angkuh sembari meletakkan kedua tangan di dadanya.
'Apa dia tidak bisa menjawab lebih sopan? Aku tidak suka dengan wanita ini,' batin Queen saat mendengar celotehan sombong yang Sheila keluarkan.
"Ya sudah ayo masuk."
Tanpa ingin berdebat akhirnya Queen membawa Sheila masuk, meskipun dirinya pribadi tidak ingin wanita itu datang. Tetapi karena mengingat Daniel sedang sakit makanya ia mau menurutinya. Setiba di dalam rumah, Daniel yang sedang sarapan tiba-tiba terkejut, karena Sheila saat pertama melihat pria itu ia langsung berlari untuk memeluknya tanpa rasa malu dan takut. Bahkan batinnya berkata di saat ia sedang memeluk erat tubuh Daniel.
'Kan lagi hilang ingatan jadi aku tidak perlu takut jika Daniel memarahiku. Pasti sikap dinginnya tidak seperti dulu lagi,' batin Sheila yang penuh kepercayaan diri.
Queen hanya bisa menyaksikan suaminya sedang di goda oleh perempuan lain. Ia ingin mencegahnya, tapi dirinya lebih memilih untuk berdiam diri sambil melihat reaksi Daniel nantinya. Dengan sengaja Queen berdiri sedikit menjauh dan tidak terlihat oleh Daniel.
Saat itu Daniel risih dengan perlakuan Sheila, tapi ia terus mencoba menahan dirinya walaupun rasanya ia ingin mendorong wanita itu kala itu juga. Lalu tiba-tiba dengan perlahan Daniel melepaskan pelukan Sheila dan menoleh kearahnya dengan tatapan seolah-olah penuh pertanyaan.
"Kamu siapa?" tanya Daniel.