Kehidupan yang begitu rumit penuh air mata, kasih sayang tanpa tulus ia dapatkan. Hidupnya diperjual belikan atas kesalahan orang lain. Awal mula hidupnya berlimpahan harta tapi dalam sekejap setelah kepergian kedua orangtuanya hidup begitu sengsara, banting tulang demi uang jajan untuk ia kuliah.
Paras cantik wajahnya mampu membuat setiap lelaki ingin langsung berhubungan dengannya tapi hidupnya tidak pernah bisa bahagia apalagi berniat memiliki pacar. Ia sudah di garis bawahi bahwa hidupnya sudah dijodohkan demi membayar semua hutang.
Pukulan dan Jambak, 'kan setiap hari dari kedua pengasuh yang menggantikan orangtuanya. Semua larangan dan ketidakadilan untuk hidupnya mengharuskan ia hidup dalam kepedihan yang amat besar. Sampai goresan pena tempat ia mengeluh karena tidak di perbolehkan berteman bersama orang lain meskipun lingkungannya sendiri.
Suatu kejadian atas kesalahan pamannya sendiri hidupnya harus diserahkan pada seorang miliader untuk menembus segala hutang. Daniel merampas paksa hidup seorang primadona kampus, tekadnya sangat besar berusaha menjadikan Queen miliknya.
(Queen Caroline)
Kringg ... Kringg .... Kringg.
"Aww sakit!" Aku terjatuh dari tempat ternyaman ku, mimpi indahku hilang dalam sekejap, alarm terus berbunyi membuat tidurku terganggu. "Sial! Acara tidurku berantakan, duh mana sakit lagi," gumamku sembari bangkit.
Begitulah keseharianku dipenuhi dengan rebahan yang membuatku tidak ingin beranjak dari tempat ternyaman ini meski tugas kampus harus menyita waktu tidurku.
Aku adalah primadona kampus, bisa dibilang begitu. Namaku Queen Caroline, biasa dipanggil Queen. Gadis berumur 22 tahun, sedang menimba ilmu di salah satu kampus favorit ternama di negeriku. Universitas di Stanford, California. Menjadi primadona sangat menarik dan menyenangkan namun, juga tidak mudah.
Banyak yang bilang kalau aku cantik, manis, dan memiliki tubuh yang sexy. Tidak salah jika aku menjadi primadona di kampusku. Aku adalah anak yatim piatu, tragedi kecelakaan pesawat yang menyebabkan mama dan papaku harus pergi menghadap Tuhan dan harus meninggalkan aku sendiri.
Hidupku biasa-biasa saja meskipun aku sudah dijuluki sebagai primadona kampus tapi itu justru tidak membuat aku harus bangga dan menyombongkan diri. Sifatku yang ceria memang tidak pernah dipercaya oleh orang lain jika aku adalah gadis yang memiliki duka yang sangat besar. Bagaimana tidak kehidupanku yang sangat rumit.
Tante dan Om telah mengangkat aku sebagai anaknya tetapi kehidupanku justru sangat menderita. Mereka hanya ingin mengambil harta yang diwariskan oleh orangtuaku tapi, beralasan ingin merawat ku, sejak saat itu hidupku cukup menderita. Om yang memiliki hutang dan bahkan rela menjual diriku hanya untuk menembus hutangnya.
Pagi itu aku sudah bersiap ingin berangkat ke kampus dengan mengendarai sepeda motor butut milik peninggalan papa. Inilah yang aku punya setelah kepergian orangtuaku. Dengan terus bergegas tapi tiba-tiba ditengah perjalanan motorku berhenti mendadak.
"Sial! Pasti mogok lagi duh sayang pliss deh jangan mati dulu. Aku udah telat ini, kamu malah buat aku kesel pagi-pagi!" ngomelku pada motor kesayangan ini.
Tidak ada jalan lain selain mendorongnya dan lagi-lagi aku harus bolos kuliah. Berusaha sekuat tenaga agar bisa sampai ke bengkel meskipun sarapan pagi belum ku nikmati.
Tiba-tiba. Blushh! Siraman air membuat tubuhku basah kuyup. Sebuah Lamborghini Aventador mewah melintas di sampingku dan menyemprotkan air dari bawah mobilnya. Mataku melotot dan amarahku memuncak, aku berdiri mematung saat melihat orang dari mobil itu hendak keluar.
Aku melihatnya turun dari mobil. Seorang pria bertubuh tinggi, putih dan badannya kekar. Memakai jas hitam, aura ketampanan darinya terlihat menawan. "Oh Tuhan tampan sekali, duh mimpi apa aku semalam didatengin pria tampan tapi, kok harus kejadiannya seperti ini?"
Hati dan pikiranku berbeda. 'Tidak Queen, bukan saatnya kau harus menggoda pria yang sudah membuat dirimu berantakan begini,' batinku.
Perlahan ia mendekatiku, menatapku cukup lama, hingga membuat diriku salah tingkah. Aku harus bisa mengendalikan diri. " Ehem! Mentang-mentang orang kaya terus bawa mobil seenak jidat gitu! Lihat-lihat dong ada orang enggak disamping jangan langsung lewat suka hati, Tuan."
"Cantik dan juga menarik pilihan yang tepat," sahut pria itu.
Aku menatapnya kebingungan. "Maksudmu apa? Siapa yang cantik dan menarik? Enggak jelas banget bukannya minta maaf malah ngomong enggak jelas!"
"Tentu kau, Nona. Cantik dan menarik, aku suka itu!" ucapnya lalu pergi dari hadapanku.
"Hey mau kemana? Tanggung jawab! Kamu udah buat aku basah kuyup begini malah pergi sialan!" Rasa kesal ku memuncak. Aku meneriakinya namun, tidak ada jawaban darinya justru dia langsung pergi lalu meninggalkan aku dengan motor butut ku berdua
(Daniel Ricciardo)
Aku Daniel Ricciardo, usiaku sudah 27 tahun. Bekerja di perusahaan Group Fortune terbesar di negaraku California. Aku sebagai CEO yang ditugaskan oleh papaku. Mulanya saham Group Fortune dikuasai oleh papa yang bernama Hatta Radjasa Ricciardo. Tapi, karena beliau sudah lanjut usia hingga akhirnya mewariskan Group Fortune menjadi milikku.
Aku mempunyai seorang kakak. Ia juga terjun kedalam Group Fortune, bernama Hardiem Ricciardo. Ia sebagai accounting manager, sebab itu keinginannya sendiri memilih profesi menjadi accounting. Usia kami tidak jauh berbeda, terpaut tiga tahun. Umurnya yang sudah sangat matang tapi, juga belum menikah sama denganku meskipun aku jauh lebih tampan darinya.
Aku memang belum menikah dan juga tidak memiliki pacar tapi, aku sudah mengklaim seorang gadis untuk menjadi pacarku meskipun ia belum mengenal diriku. Ia adalah Queen, gadis cantik meskipun sedikit galak yang sempat kutemui saat aku berhenti disalah satu Mall dan dari sanalah aku melihat gadis itu.
Dan aku mulai mencari identitasnya mulai dari itu aku menjadi pengagum rahasia untuknya. Namun, jika jodoh memang tidak akan kemana, sebab gadis itu adalah salah satu anak asuh dari seseorang yang kukenal. Siapa lagi jika bukan pamannya sendiri. Pria itu memiliki hutang kepadaku cukup besar sekitar 7000$ lalu dia tidak bisa membayarnya.
Di kediaman Ricciardo.
Aku tidak tinggal dikediaman keluargaku namun, aku sudah memiliki apartemen sendiri, sebab itu lebih membuatku leluasa. Hanya Hardiem Ricciardo yang masih tinggal di sana bersama orangtuaku. Nama mamiku Lisa Rahma Azhari, beliau sudah berumur sekitar 65 tahun sedangkan papi sudah 72 tahun.
Siang itu hanya memiliki waktu sekitar satu jam untuk istirahat dan aku memutuskan untuk pulang ke rumah, sebab keluargaku sesekali membuat acara makan bersama tentunya karena kami sering sangat sibuk hingga terkadang tidak memiliki waktu untuk keluarga.
Lamborghini Aventador milikku berhenti dikediaman Ricciardo, penjaga keamanan langsung memberikan hormat kepadaku. Sedikit ingin beritahu kalau kediamanku mempunyai sistem seperti kerajaan. Kami memiliki banyak pelayan-pelayan baik di dalam atau luar. Tidak heran sebab dari sekian banyaknya miliarder dunia, aku yang ke lima dari miliader tersebut jadi bukan hal yang susah untuk kami.
Siang itu kami semuanya sudah berkumpul termasuk kakakku. Ia melirikku. "Daniel, ternyata kamu juga ikut, gue pikir makan siang di kantor."
"Nggak," sahutku.
"Sering-seringlah makan siang di rumah. Gue juga kangen sama Lo biarpun sikap dingin dari Lo itu enggak berubah meskipun gue sering nyapa," ucap Hardiem sambil makan.
"Oh baiklah," ucapku seadanya.
"Udah-udah makan terus, Hardiem. Nanti lanjut lagi ngobrolnya," timpal Mama sembari memasukkan air kedalam gelas ku.