Tetap tidak ada perlawanan dari Queen, ia hanya terdiam dalam tangisnya. Lalu aku merasa kesal ingin sekali aku menghentikan tangisnya.
'Wanita ini benar-benar menguji kesabaran ku!' batinku kesal.
Saat aku sedang kesal melihat drama tangis menangis di depan tiba-tiba pelayan datang seraya membawa telepon rumah.
"Tuan, ada panggilan untukmu dari Nyonya besar," ucap Sari sebagai ketua pelayan di kediamanku.
Aku hanya menganggukkan seraya mengambil ponsel di tangannya. Lalu beranjak keluar sebab suara tangisan Queen sungguh terganggu.
"Hallo, Mami."
"Nak, kamu lagi di mana? Kata kakakmu, kamu pergi dari rumah tidak pamit pada siapapun jadi Mami khawati," ungkap Mami merasa cemas dari balik ponselku.
'Sial! Ini pasti ulah Hardiem yang sudah mengadu aneh-aneh pada Mami,' batinku.
"Aku berada di kediamanku, Mami. Ayolah jangan lagi khawatir denganku, Mam. Aku baik-baik saja. Kakak pasti sengaja membuat Mami khawatir," sahutku menenangkan.
"Ya sudah baiklah kalau begitu berhati-hatilah kamu di sana, Nak. Setiap hari Mami cemas denganmu karena kamu lebih memilih tinggal terpisah dengan kami. Tapi, tidak masalah lagipula kamu akan segera menikah. Bukankah begitu nak? Lalu apa calon mu cantik?" ungkap Mami seraya bertanya.
'Ya ampun! Apa Mami memang sengaja khawatir denganku? Ada-ada saja hanya demi menanyakan calon istriku sampai ia berpura-pura bertingkah cemas,' batinku.
"Hmm, Mami. Kenapa perasaanku mengatakan kalau Mami menghubungiku karena ingin menanyakan calon ku, benarkah?" tanyaku sengaja.
"Haha akhirnya Mami ketahuan. Ya sudah Mami jujur jika memang ibumu ini ingin sekali melihat calon istrimu. Bukankah dulu kamu sudah mengatakan telah mempunyai calon?"
"Secepatnya Mami akan tahu, ya sudah Mam, sepertinya aku harus menyudahi telepon mu. Bolehkah? Pekerjaanku masih terlalu banyak, Mami," ungkapku mencoba ngeles.
"Baiklah jika begitu Mami bolehkan tapi, Mami inginkan malam ini perkenalkan calon istrimu pada Mami. Kita akan makan malam bersama. Tidak ada bantahan, Daniel. Ya sudah Mami tutup dulu teleponnya," ungkap Mami seraya mematikan ponselnya.
Belum selesai aku berbicara Mami sudah mematikan sambungan telepon sebelah pihak. Begitulah jika ibuku sudah menginginkan sesuatu maka tidak ada bantahan apapun. Aku beranjak melangkah kembali ke dalam kamar. Terlihat Queen masih juga belum berhenti menangis.
"Sudahlah, Queen. Apa yang kamu tangisi lagi? Sudah jelas takdirmu hanya akan berada di sini bersamaku jadi, sekalipun kamu menangis darah aku tidak akan membiarkan kamu memilih takdirmu sendiri kecuali kamu bisa membayar semua hutang keluargamu beserta bunganya. Oh satu hal lagi aku hampir saja lupa," ungkapku.
Queen kemudian menatapku meskipun ia masih terisak. Ia seperti ingin mendengar kalimat yang belum selesai ku ucapkan.
"Satu hal lagi malam ini siapkan dirimu karena kita akan bertemu dengan keluargaku. Jangan sedikitpun tunjukkan drama menangis mu itu di depan keluargaku. Jika kamu membantahnya maka aku tidak segan-segan akan menyakitimu lebih dari ini. Mengerti?!"
"Ba-baik, Tuan," sahut Queen terbata-bata.
"Dan juga kamu harus ingat jika keluargaku menanyakan sesuatu padamu maka jangan sekali-kali kamu berani menjawabnya sebab aku yang akan memanipulasi identitas mu sebagai wanita yang telah di jual padaku," ancam ku lagi.
"Aku sudah paham, Tuan. Jadi Tuan tidak perlu mengajariku terus-menerus, karena sampai kapanpun juga aku akan selalu merahasiakan pernikahan kita seperti yang sudah Anda cantumkan di dalam surat kontrak tersebut," sahut Queen dengan menundukkan kepalanya.
"Berani sekali kamu menjawab ucapanku?! Dasar wanita durhaka! Belum menjadi istri saja kamu sudah beraninya melawanku, bagaimana jika sudah me jadi istri. Sebaiknya simpan semua tenagamu itu karena kamu tidak pernah menang melawanku. Pelayan! Kemari 'lah!"
Tidak butuh waktu lama beberapa pelayan datang dan sudah berdiri dengan sejajar sambil menundukkan kepalanya.
"Rawat kucing liarku dengan baik. Pastikan dia menghabisi semua makanan dan juga mandikan lagi ia sebab aku tidak bisa pastikan jika dirinya sudah bersih meskipun ia sudah bersih dengan hanya mandi sendirian," perintahku.
"Baik, Tuan. Akan kami laksanakan," sahut semua pelayan dengan serentak.
"Bagus! Setelah saya kembali nanti kucing liar ku sudah siap menantikan kedatanganku," sahutku lalu berjalan keluar.
(POV Author)
Daniel Ricciardo, keluar dari kamarnya meninggalkan sekitar tiga pelayan dan juga ketua pelayan bernama Sari. Queen menatap mereka semua sambil kebingungan.
"Apa yang ingin kalian lakukan padaku?" tanya Queen penasaran.
"Apa Anda tidak dengar apa yang sudah Tuan kami katakan padamu? Apa kamu tuli? Kami hanya ingin membuatmu lebih baik demi tuanku, hanya itu saja! Ayo cepat kerjakan sesuai perintah!" ungkap Sari seraya memerintahkan kepada pelayan yang lain.
Queen memilih untuk was-was sebab dirinya tidak ingin di mandikan oleh orang lain karena itu sama saja membuat harga dirinya jatuh meskipun didepan sesama wanita.
"Jangan sentuh aku! Atau aku akan melukai kalian dengan pot bunga ini," ancam Queen seraya mengambilnya.
"Baiklah kami tidak akan memandikan wanita sombong sepertimu. Sudah bagus Tuan ingin menjadikanmu sebagai kucing liarnya tapi, tetap saja kamu bahkan tidak bersyukur! Rasanya membuatku muak melihat wanita sok polos sepertimu!" geram Sari seraya menunjukkan jarinya didepan wajah Queen.
"Terserah apa yang kalian katakan! Aku tidak peduli!" lawan Queen.
Senyum tersungging dari beberapa pelayan yang lain dan mencoba untuk mendekati Queen.
"Awalnya aku melihatmu merasa simpati. Namun, Setelah aku tahu kamu di bawa kemari tidak dengan baik-baik oleh tuanku tapi, rupanya kamu hanyalah hasil penjualan dari keluargamu. Lalu dengan beraninya kamu bahkan menentang kami! Hey! Derajat ku sebagai pelayan bahkan lebih tinggi darimu!" timpal pelayan yang lain dengan amarah.
"Terserah apa yang ingin kalian katakan. Aku tidak peduli. Sebaiknya kalian pergi dari sini," ucap Queen tidak ingin bermasalah.
"Berlagak menjadi Nyonya di sini, begitu? Hey dengarkan! Aku di sini sebagai ketua pelayan dan, kamu hanyalah wanita yang di jual kepada bos kami jadi, sebelum kamu beraninya memerintahkan kami sebaiknya lihat dulu siapa dirimu itu. Ah sudahlah tidak perlu terlalu banyak basa-basi dengan wanita rendahan seperti mu yang hanya menjual tubuhnya demi bisa menikah dengan Tuan Daniel," sahut Sari dengan sadis.
"Sari, jangan terlalu besar suaramu, bos hanya menyuruh kita untuk memakaikan pakaiannya jadi, jangan sampai melewati batas yang ada nantinya kita di potong gaji," timpal pelayan yang lain yang sedari tadi hanya berdiam diri.
"Iya juga ya. Aduh ... aku sampai terbawa suasana. Baiklah Nyonya calon istri Tuan kami, aku sedang berbaik hati karena takut gaji ku di potong jadi, sebaiknya Anda langsung memakai pakaian sendiri. Jika nanti aku kembali dan Anda belum juga selesai. Awas saja aku akan menyiksamu," ancam Sari dengan memicingkan matanya.
'Ya ampun dia kejam sekali,' batin Queen sedikit ketakutan.