Chereads / Terjebak Pernikahan Mr. Arrogant / Chapter 12 - Kegalauan

Chapter 12 - Kegalauan

Daniel sampai menarik tangan Queen hingga kedalam rumah. Lalu pria itu langsung melepaskan pakaiannya satu persatu sampai membuat Queen kebingungan.

'Apa yang ingin dia lakukan? Kenapa dia tiba-tiba melepaskan pakaiannya? Aduh ... bagaimana ini? Aku belum sanggup kalau harus melayaninya sekarang. Apalagi kita juga belum resmi menikah. Ya ampun ini sungguh membuat diriku dilema,' batin Queen yang semakin kebingungan menatap kearah Daniel.

Dengan perlahan Daniel mendekati tubuhnya sembari membawa pakaian yang sudah ia lepas. Hingga begitu dekat, dan sangat dekat sampai membuat Queen berjalan mundur sembari menelan ludahnya sendiri.

"Ini cepat cuci pakaianku malam ini," perintah Daniel sambil melempar pakaiannya.

Dengan sangat terkejut, Queen menghembuskan nafasnya perlahan saat ia menyadari jika pikirannya lah terlalu berlebihan.

'Untung saja, tapi kenapa tiba-tiba aku jadi berpikir aneh-aneh? Mana mungkin dia akan menyentuhku. Jangankan mau menyentuhku justru dia lebih membuatku kesusahan. Malam-malam lagi suruh cuci baju, benar-benar kelewatan,' batin Queen yang masih berdiri mematung sambil memegang pakaian milik Daniel.

Melihat hal itu sontak membuat Daniel keheranan lantaran ia menatap gadis itu masih belum mengerjakan apa yang dirinya suruh. Hingga dirinya pun menjentikkan jarinya tepat mengenai pipi Queen.

"Hey! Mau aku tambah hukumannya? Atau mau hukuman kuda-kudaan?" tanya Daniel yang langsung menyodorkan wajahnya begitu dekat sampai membuat Queen membulatkan matanya.

"Eh, ti-tidak! Tapi, ini sudah malam, Tuan. Apa tidak sebaiknya aku mencucinya besok saja? Lagipula aku sudah mengantuk apalagi tadi sudah makan banyak di rumahmu, Tuan," sahut Queen gelagapan hingga berusaha berbicara lancar meski ia sedikit ketakutan.

"Aku tidak suka dibantah, ingat itu. Sudah cepat cuci sana. Oh ya, aku ingin pergi sebentar. Jika nanti aku tidak pulang sampai jam satu malam kunci saja pintu rumah jangan menungguku," ucap Daniel lalu melangkah keluar tanpa menunggu jawaban dari orang lain.

Queen hanya menatap punggung Daniel yang semakin menjauh. Lalu batinnya berkata. 'Mau kemana dia sampai pergi tengah malam? Apa memang iya dia ingin bertemu wanita lain? Huuf! Kenapa rasanya mood ku jadi kesal begini?'

"Daniel, jika memang sang pencipta sudah ditakdirkan aku untuk bersamamu maka aku akan menyerahkan diriku untukmu. Tapi, bisakah aku mendapatkan perhatian yang tulus darimu? Rasanya aku lelah jika harus terus-menerus berada di bawah kekejaman mu. Aku sadar kalau sekarang aku mulai menaruh hati padamu meskipun aku tahu kamu pasti akan sangat sulit untuk menerimaku," gumam Queen di saat mulai melangkah keluar dari kamar untuk mencuci pakaian milik Daniel.

Di sisi lain tempat Daniel. Saat itu dirinya sedang melajukan mobil untuk bertemu dengan seorang wanita yang telah berjanji dengannya. Pertemuan mereka di salah satu cafe yang tidak jauh dari tempat kediaman milik Daniel.

Tiba di sana, Daniel langsung memasuki tempat itu. Ia langsung melirik sana-sini mencari sosok wanita yang akan ia temui hingga akhirnya. Ia pun menemukan seorang wanita sedang duduk manis dikursi paling pojok. Saat Daniel berjalan kearahnya dengan penuh keceriaan bahkan ia berlari untuk memeluk tubuh Daniel. Tapi, dengan cepat Daniel mencoba menjauh.

"Apa sih peluk-peluk?" ketus Daniel sambil dirinya melangkah mundur.

Sakit perasaannya tidak seberapa, tapi rasa malu yang begitu terasa. Sheila dengan sengaja memegangi rambutnya aga tidak terlalu memikirkan rasa malu. Padahal beberapa pengunjung yang juga di dekatnya sedang menatap kearahnya.

"Um, kamu silahkan pesan apa aja nanti biar aku yang mentraktir mu makan," ucap Sheila sembari tersenyum kikuk.

"Enggak perlu, aku bisa bayar sendiri. Katakan cepat apa yang ingin kamu katakan padaku? Aku tidak punya waktu lama karena ini sudah larut malam," sahut Daniel dengan ketus.

"Ayolah, Daniel. Jangan seperti itu. Kita sudah lama tidak seperti ini jadi berikan waktumu sebentar. Kamu ini seperti ada seorang istri saja yang menunggu," ucap Sheila.

"Ya memang benar. Ada seorang wanita yang sedang menungguku pulang jadi katakan apa yang ingin kamu katakan tentang pekerjaan. Jangan terlalu berbelit-belit." Begitu ketusnya Daniel.

"Um, sebenarnya ini bukan tentang pekerjaan, Daniel. Tapi, tentangku. Kumohon kamu jangan pergi dulu karena ini sangat penting buatku. Aku akan dijodohkan dengan orang yang tidak kukenal. Tapi, aku tidak mau menerimanya. Jadi tolong bantu aku karena kamulah satu-satunya orang yang bisa membantuku. Jadilah kekasihku di saat kita bertemu dengan keluargaku, please!" Sheila memohon dengan raut wajah penuh memelas.

"Apa? Aku harus membantumu untuk menjadi kekasih bohongan? Kenapa harus aku? Padahal di dunia ini begitu banyak pria lain. Bayar saja seseorang lalu jadikan dia kebohongan mu. Maaf aku tidak bisa melakukannya," tolak Daniel tanpa peduli perasaan wanita itu.

"Please! Daniel. Aku tidak berani meminta bantuan kepada orang lain selain dirimu, ku mohon ... bantulah aku karena aku tahu kamulah orang yang tepat untukku," rengek Sheila dengan segala upaya.

Lagi-lagi Daniel menggelengkan kepalanya berusaha menolak. "Maaf aku tidak bisa membantumu, aku takut jika karena itu nantinya akan menjadikan masalah-masalah baru. Lebih baik aku cukup melakukan apa yang kuinginkan. Lagipula wanita ku pasti tidak akan menerima jika aku membantu wanita lain meski hanya menjadi pacar bohongan. Oh ya, jika tidak ada keperluan lagi aku harus pamit."

Belum sempat Sheila menjawab justru Daniel sudah berdiri untuk pergi. Sampai membuat Sheila kesal lantaran dirinya tidak dipedulikan apalagi di depan banyak orang.

"Wanita mana yang telah membuatmu berubah seperti itu, Daniel? Bahkan kamu sudah berbicara begitu banyak. Padahal aku tahu kamu tidak akan berbicara banyak hal dengan siapapun juga selain dengan orangtuamu. Tapi, sekarang kamu benar-benar berubah. Siapa wanita yang telah membuatmu berubah seperti ini? Wanita mana yang begitu sempurna yang sudah menarik perhatian Daniel? Aku harus mencari tahunya," gumam Sheila di saat Daniel sudah benar-benar meninggalkannya sendirian.

Sheila langsung menghubungi seseorang yang bisa memberitahukan semua informasi mengenai Daniel. Siapa lagi jika bukan kakaknya Daniel sendiri. Hardiem sudah berteman lama dengannya sebab mereka pernah satu sekolah meskipun di tempat kerja mereka kembali bertemu. Menunggu beberapa saat sampai akhirnya panggilan terjawab.

"Hallo, Daniel. Ini aku Sheila," sapa Sheila melalui ponselnya.

"Oh hai ... tumben sekali kamu menghubungiku, ada apa?" jawab Hardiem sembari bertanya.

"Tidak ada, hanya saja aku baru bertemu dengan Daniel. Tapi, sekarang dia sudah pergi. Oh ya, apa kamu sibuk? Jika tidak mari kita bertemu," cakap Sheila.

".... Um, sepertinya tidak bisa. Aku sedang tidak ingin keluar rumah, tapi jika memang sangat penting ya sudah katakan saja melalui ponsel aku akan mendengarnya karena saat ini aku juga tidak melakukan apapun," sahut Daniel yang memang benar adanya.

"Oh baiklah jika begitu tidak masalah. Kita akan bertemu besok di tempat kerja. Sepertinya lebih cocok jika kita berbicara langsung empat mata. Okay jika begitu istirahatlah, aku akan mematikan ponselnya."

"Ya sudah baiklah," jawab Hardiem. Panggilan pun langsung berakhir.

'Kenapa semuanya tidak berguna dan tidak bisa diandalkan? Dari dulu Daniel terus menjauh dariku padahal apa kurangnya diriku? Meskipun aku sudah mencoba melupakannya, tapi tetap saja selalu bayang-bayangnya yang terus menghantuiku. Benar-benar menyebalkan,' batin Sheila setelah ia kesepian.

Sheila akhirnya pasrah meskipun dirinya merasa kesal lantaran apa yang diinginkan tidak bisa tercapai, tapi bukan dirinya jika tidak bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan. Walau harus melakukan sedikit kesalahan. Dirinya pun memutuskan untuk tidak pulang justru menghabiskan waktunya di sana untuk menghabiskan kegalauannya.

Sheila lalu memesan tiga botol minuman sekaligus. Ia meminumnya tanpa gelas justru langsung meneguk minuman dengan botolnya sendiri. Benar-benar hari yang melelahkan baginya, tapi justru semuanya seakan hilang. Ia pun bangkit ingin berjalan keluar, namun jalannya tidak beraturan bahkan sempoyongan karena begitu banyak minuman yang sudah ia habiskan. Tapi, tiba-tiba justru dirinya menabrak seseorang.