"Untung? Tidak ada. Aku hanya ingin tahu siapa gadis itu, tapi jika memang kamu tidak mau memberitahunya ya sudah tidak masalah," ucap Sheila.
"Baiklah, dia adalah gadis yang selama ini aku cintai. Hanya saja kami berteman dekat, sebab itulah dia pernah menolak ku. Tapi, aku tidak akan kecewa lalu berniat meninggalkannya justru aku berusaha untuk membuatnya semakin tertarik, tapi sayangnya aku tidak mengerti kenapa hatinya sama sekali tidak luluh padahal yang kulihat pertemanan kami semakin dekat meskipun aku pernah ditolak. Lalu tiba-tiba dia menghilang seperti ditelan bumi. Beberapa kali aku pernah mencarinya, tapi sia-sia aku bahkan tidak tahu di mana ia tinggal sebelumnya. Ya begitulah, tragis bukan?" curhat Darrel mencoba tetap tegar dengan gaya so cool darinya.
"Wah ... benar-benar tragis. Ternyata nasib kita tidak jauh beda. Sama-sama ditolak," sahut Sheila.
"Ya sudahlah apa boleh buat? Toh dia bahagia dengan pilihannya lalu kita bisa apa selain ikut tersenyum melihat kebahagiaan mereka. Lagipula aku akan mencoba walaupun itu sulit, tapi tidak apa-apa. Aku bisa mengenang dirinya seperti seorang ratu yang sulit untuk di genggam karena sama seperti namanya dia adalah ratu bagiku Queen," ucap Darrel dengan penuh ketulusan sembari tersenyum menatap kearah Queen.
Namun, beda halnya dengan Sheila yang justru tidak suka mendengar kata pasrah dari Darrel. Hingga batinnya berkata. 'Meskipun kamu akan melupakan dirinya, tapi aku tidak akan bisa melupakan Daniel. Jika aku bisa maka aku harus menjadi milik Daniel walaupun aku harus menyakiti wanita yang telah Darrel cintai.'
Di saat itupun kemacetan sedikit berkurang. Mobil lain sudah mulai berjalan begitupun dengan mobil yang Darrel tumpangi dan juga mobil Daniel bersama Queen.
Di sisi lain, Daniel merasa lega setelah menghadapi kemacetan panjang. Ia lalu membawa Queen ketempat pengobatan kakinya. Hingga tiba di sana setelah melakukan berbagai macam pengobatan akhirnya Queen bisa sedikit berjalan meskipun masih tetap dibantu. Mereka lalu melakukan fitting baju seperti yang sudah mereka sepakati hingga akhirnya semuanya selesai.
Seminggu kemudian
Para tamu undangan sudah memadati aula gereja untuk acara yang cukup meriah. Acara pesta pernikahan putra kedua dari keluarga Ricciardo. Begitupun dengan keluarga dari pihak mempelai wanita yaitu Om dan Tante yang sedang tersenyum manis melihat keponakan akan menikah dengan keluarga miliader. Begitu juga dengan Darrel yang akhirnya hadir di pesta itu berkat undangan dari Sheila yang tidak mau menghadiri acara tersebut sendirian.
Seorang gadis cantik sedang turun dari tangga untuk hadir di pesta miliknya. Semua orang takjub melihat kecantikan dari Queen Caroline. Gadis itu begitu mempesona apalagi jika sudah di rias, aura kecantikannya semakin terlihat sampai-sampai Daniel tidak bisa menjauhkan pandangannya untuk terus menatap wanita yang beberapa menit lagi akan menjadi istrinya. Lalu pihak dari mempelai wanita Om-nya sendiri menyambut Queen di bawah tangga untuk di bawa menuju ke altar.
Di saat berjalan di atas karpet merah batin Om-nya berkata. 'Selama dia tumbuh di dalam asuhan ku ternyata keponakanku ini sangatlah cantik bahkan kecantikannya tidak ada tandingannya dengan wanita manapun. Pantas saja keponakanku sampai dijuluki primadona. Ah sial! Seharusnya dulu aku mengambil kesempatan untuk mencicipinya.'
Om-nya terus membawa Queen sampai akhir tiba dan disambut oleh seorang pria yang sangat tampan. Daniel tersenyum tanpa menjauhkan pandangannya. Lalu di saat itupun pendeta langsung mengucapkan janji untuk keduanya begitupun dengan kedua mempelai yang juga ikut mengucapkan janji suci di depan Tuhan. Dan saat itu mereka sudah sah menjadi suami dan istri.
Acara selanjutnya yang mengharuskan Daniel untuk mengecup bibir Queen. Namun, ia seperti merasa sangat bahagia menatap wajah gadis itu sampai-sampai membuatnya terkesima. Daniel akhirnya dengan perlahan menyentuh bibir mungil Queen dengan bibirnya hingga ciuman mereka terjadi.
Hati Queen dag-dig-dug. Ia bahkan menutup matanya saat ciuman pertamanya telah direnggut. Hatinya berkata di saat ciuman itu terjadi.
'Janji suci telah ku ucap itu artinya aku harus mengabdikan hidupku untuk suamiku meskipun aku tahu pernikahan ini terjadi bukan karena dia mencintaiku. Tapi, takdir lah yang mengharuskan ku. Walaupun dia mengucapkan janji yang sama tentu saja dia tidak benar-benar akan menepati janji suci ini,' batin Queen.
Tetesan air mata Queen perlahan jatuh di sana mempelai pria melepaskan ciumannya. Ia lalu mencoba tegar dan tetap tersenyum. Tapi, di saat itu pula Daniel tidak sengaja melihat tetesan air mata yang perlahan mengalir di balik wajah cantik istrinya.
'Kenapa dia menangis di saat aku menciumnya? Padahal ciuman dariku adalah harapan dari setiap perempuan diluar sana,' batin Daniel di saat melepas kecupan itu.
Acara pernikahan itupun berakhir namun, Hardiem sebagai kakak dari Daniel bahkan tidak berniat untuk memberikan ucapan selamat justru dirinya pergi meninggalkan acara tersebut di saat semua orang sedang bersalaman dengan kedua mempelai.
"Dia benar-benar mengajakku berperang, awas saja kamu, Daniel. Jika aku tahu kamu menyakiti gadisku maka aku tidak akan segan-segan untuk memberikan perhitungan denganmu. Walaupun aku pernah mengganggap mu adik kandungku, tapi sekarang aku mengerti kenapa kamu mengkhianati ku," gumam Hardiem sembari ia berjalan di koridor hotel.
Namun, di saat langkahnya semakin kedepan tidak sengaja seorang wanita mendengar semua ucapannya. Wanita itu Sheila, ia sedang membuang air kecil. Lalu karena penasaran hingga akhirnya Sheila mengikuti setiap langkah dari Hardiem. Hingga akhirnya Hardiem menyadari jika dirinya sedang diikuti lalu dengan cepat Hardiem menarik lengan Sheila dan mengunci dengan tangannya.
"Mau apa kamu? Dan untuk apa kamu mengikuti ku?" tanya Hardiem dengan ketus.
Sheila tersenyum lalu ia menjawab. "Santai dulu, Kakak. Namaku Sheila. Kamu pasti Hardiem kan? Kakak dari Daniel. Ah ya, aku sudah mendengar semua ucapan mu tadi, rasanya benar-benar menyenangkan. Tapi, jangan khawatir asalkan ...."
"Asalkan apa? Cepat katakan dengan jelas?" tanya Hardiem yang tidak ingin berbelit-belit.
"Asalkan berhubungan 'lah denganku malam ini, bagaimana kamu setuju?" pinta Sheila, sampai membuat Hardiem benar-benar kebingungan.
"Apa maksudmu? Jika kamu hanya ingin berbicara yang tidak jelas maka aku akan pergi, dan ku pastikan kamu tidak akan bisa mengancam ku," ketus Hardiem.
"Ayolah, Kakak. Aku tidak ingin hal lain, melainkan menginginkanmu, tapi sepertinya kita urungkan niat kita malam ini. Bagaimana kalau kita bekerjasama untuk membuat mereka berdua hancur? Bukankah kamu memiliki dendam dengan adikmu sendiri?"
"Aku tidak mau bekerjasama denganmu karena aku tidak mengenal dirimu. Dan lupakan apa yang telah kau dengar," ketus Hardiem sembari melepaskan tangan Sheila yang ia tahan.
"Mudah saja aku akan melupakan semuanya jika kamu mau berkerjasama sama denganku. Lagipula ini adalah cara yang menarik, tapi kita harus melakukannya dengan strategi yang tepat jika tidak maka percuma saja. Kemari 'lah akan ku bisikan sesuatu," ucap Sheila sembari merangkul pundaknya Hardiem.