Chapter 17 - Ancaman

'Apa wanita ini bisa dipercaya? Aku bahkan belum terlalu mengenalnya. Haruskah aku berkerjasama dengan wanita ini? Tapi, jika dipikir-pikir Daniel memang sudah sangat keterlaluan denganku. Dia bahkan menikahi wanita yang jelas-jelas sudah aku taksir sejak dulu dan juga dia telah mengancam ku. Apalagi jika mengingat kalau kami bukanlah saudara kandung,' batin Hardiem di saat memikirkan pendapat Sheila.

Ia pun melirik kearah Sheila, lalu berkata. "Aku setuju dengan ide mu, tapi aku tidak mau jika ide mu justru mencelakai mereka berdua. Jika itu terjadi ku pastikan kamu akan berurusan denganku. Jadi sekarang bisikan apa yang kamu inginkan."

Mendengar hal itu membuat Sheila tersenyum lalu ia mendekatkan wajahnya kearah telinga Hardiem. "Mari kita berhubungan. Lalu setelah itu kamu hanya akan menunggu hasilnya."

"Apa maksudmu yang sebenarnya?" tanya Hardiem kebingungan.

"Simple saja. Kita berdua hanya berhubungan sampai akhirnya aku hamil. Hanya itu saja, setelah itu kerjasama kita berakhir. Mudahkan? Lagipula kamu juga akan dapat keuntungan dari tubuhku," ucap Sheila.

"Bentar, bentar! Aku benar-benar tidak paham dengan semua ini. Memangnya apa hubungannya dengan kita berhubungan dan Daniel?"

"Ya ampun ... aku sudah tegaskan jika kita hanya akan melakukan itu saja selebihnya itu adalah urusanku. Atau jika tidak begini saja. Bukankah kamu tahu pakaian yang sering Daniel pakai? Nah kita akan menjebak Daniel dengan dirimu. Ah sudahlah nanti kamu juga akan paham. Um, kalau begitu aku pergi dulu karena jika terlalu lama di tempat sepi bisa-bisa orang lain akan curiga. Ya sudah nanti aku akan mengabari mu jika waktunya tepat, dan ini kartu namaku juga ada nomor ponselku. Bye-bye partner yang tampan." Dengan begitu jelas Sheila pamit sembari mengedipkan sebelah matanya dan melambaikan tangannya.

"Benar-benar aneh. Ah sudahlah jika memang cara itu tidak terlalu bahaya maka aku akan mengikutinya, tapi jika dia akan membuat adikku bersama wanita yang kucintai terluka maka aku tidak akan tinggal diam. Meskipun Daniel sudah dengan jelas membuat perbedaan bersamaku, tapi dia adalah adikku karena aku sudah tumbuh dari kecil bersamanya," gumam Hardiem.

Hardiem pun kembali ketempat acara pernikahan yang sudah selesai. Meskipun sudah selesai, tapi semua kerabat dekat belum juga undur diri. Lalu Hardiem dengan sengaja berdiri dekat dengan mempelai wanita meskipun saat itu Daniel mencuri pandang untuk melihat dirinya.

Di penglihatan mata Hardiem. Queen terlihat tidak ceria bahkan tidak ada senyuman sedikitpun di saat pernikahan itu selesai. Wajahnya menatap kedepan dengan tatapan membingungkan. Begitupun dengan Daniel, yang langsung sibuk dengan ponselnya di saat pernikahannya selesai padahal semua keluarga masih sibuk berbincang-bincang sampai membuat Queen serasa sendirian di tengah-tengah keramaian.

'Aku tahu pasti Queen tidak senang dengan pernikahan ini apalagi Daniel terlihat cuek dengannya. Apa sebab mereka bisa saling mengenal? Benarkah jika mereka sudah mengenal sejak satu tahun? Sebaiknya aku harus mencari kesempatan untuk bertanya kepada Queen. Aku tidak bisa melihatnya menderita jika pernikahan mereka memang bukan karena cinta,' batin Hardiem sambil melangkah lebih dekat.

Namun, begitu dekat sampai-sampai seorang pria yang lebih dulu mendekati Queen meskipun di sebelahnya ada Daniel yang masih sibuk dengan ponsel. Hingga membuat Hardiem.

"Ini bukan waktu yang tepat," gumam Daniel dengan pelan.

Di sisi lain pria yang sedang berusaha melangkah mendekati Queen Oalah Darrel. Dengan wajah tersenyum, mata yang berbinar-binar ia mendekati Queen bahkan langsung mengajaknya berbicara. Meskipun di saat itu Queen membatasi dirinya untuk berbicara lebih banyak lantaran ia hanya ingin menghargai Daniel yang sudah menjadi suaminya.

"Hai, Queen. Um, aku baru tahu kalau kamu akan menikah. Kupikir setelah lama menghilang kamu kemana ternyata sudah hidup bahagia. Aku turut bahagia, Queen," ucap Darrel yang begitu jelas masih menyimpan perasaan terhadap Queen melalui tatapan matanya.

".... Um, ya aku juga tidak terpikirkan sebelumnya. Oh ya di mana Stevani? Apa dia tidak ikut denganmu? Dan kenapa kamu bisa tahu hari ini aku akan menikah?" sahut Queen sembari melirik kearah Daniel.

"Oh ... itu karena ada satu temanku, katanya hari ini kamu akan menikah ya sudah aku ikut saja. Lalu jika tentang Stevani, setelah kamu tidak lagi ke kampus dia akhirnya melanjutkan kuliah di universitas luar negeri. Aku juga tidak tahu alasannya kenapa. Hanya saja pertemanan kita mulai terpecah setelah hari kamu tiada," sahut Darrel dengan jelas.

'Maaf, Darrel. Aku tahu kamu pasti kecewa denganku begitupun Stevani. Kalian pasti mengira jika aku adalah teman yang tidak setia, tapi aku tidak bisa memberitahukan kebenaran dari semua ini. Aku hanya takut jika kamu salah paham lalu melukai suamiku atau mungkin sebaliknya. Aku hanya tidak ingin kamu terluka. Jadi sebaiknya semua kesedihanku ini akan ku simpan selamanya hanya untukku,' batin Queen sembari mengalihkan pandangannya agar tidak menangis di depan Darrel.

"Aku mengerti, Darrel. Pasti ada banyak pertanyaan yang ingin kamu ketahui. Oh ya kita ngobrolnya nanti-nanti saja ya aku harus pulang. Sepertinya sudah waktunya kami akan pulang," sahut Queen sembari tersenyum agar Darrel tidak berpikir apa-apa tentang dirinya.

"Ya sudah pulanglah dengan hati-hati," jawab Darrel seraya membalas senyuman.

'Kenapa hatiku mengatakan jika ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, Queen. Apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Sejak kita berteman di kampus kamu bahkan tidak ingin memberitahukan di mana letak rumahmu. Sampai-sampai aku berpikir kalau aku ini teman atau orang lain bagimu. Tapi, kali ini aku tidak boleh lagi seperti dulu yang hanya percaya dengan semua ucapan manis mu. Mungkin saja memang ada sebuah rahasia yang sengaja tidak ingin aku tahu. Lebih baik di saat mereka pulang aku diam-diam mengikuti mobilnya,' batin Darrel di saat melihat Queen sedang melangkah pergi bersama suaminya.

Semua orang mengantarkan mereka langsung ke mobil pengantin. Saat itu Daniel bersama Queen pamit untuk pergi. Setiap kerabat dekat memberikan pelukan serta mengucapkan selamat di saat melepaskan kedua pasangan pengantin yang akan pergi ke rumah baru mereka. Namun, tiba di saat Queen di peluk oleh tantenya. Di saat itu bisikan sesuatu terdengar di telinga Queen.

"Ingat ya kamu. Sekarang sudah menjadi menantu dari keluarga miliader kebesaran Ricciardo. Jadi jangan lupa setoran setiap bulannya untuk Tante. Jika kamu berani melanggar maka Tante tidak segan-segan mengacaukan rumah tangga kalian. Ingat jasa Tante yang sudah membesarkanmu," bisik Tante dengan begitu pelan.

Queen tidak menjawab bahkan tidak mengangguk. Ia hanya terdiam dan tidak ingin terlalu memikirkan perkataan dari tantenya. Lalu tiba di saat pelukan terakhir yang di sambut oleh Mama mertuanya.

"Duh ... menantu Mami cantik sekali. Sayang, jangan lupa ya kasih cucu yang cepat kalau bisa langsung dua. Oh ya, kebiasaan Daniel itu kadang-kadang cuek kalau orang baru, tapi Mami percaya kalau kamu bisa membuat sikapnya berubah. Ya sudah pergilah, Nak. Jika nanti ada apa-apa jangan sungkan-sungkan kabari Mami ya," ucap Mama Daniel saat memeluk Queen.

Queen tersenyum lalu menjawab. "Baik, Mami. Queen akan mengingatnya." Lalu langsung memberikan pelukan untuk kedua kalinya.

'Ibu, aku sudah menemukan sosok ibuku lagi. Meskipun aku belum pernah merasakannya, tapi aku bisa merasakannya sekarang. Betapa nyaman dan hangat berada di dalam pelukan Ibu. Aku bersyukur memiliki mertua yang menyayangiku. Sampai-sampai aku bisa merasakan kasih sayang seorang Ibu yang sebenarnya,' batin Queen hingga membuat matanya berkaca-kaca.