Chereads / Terjebak Pernikahan Mr. Arrogant / Chapter 15 - Tinggal di sini

Chapter 15 - Tinggal di sini

'Ah sial! Aku harus menahan diriku jika tidak maka dia pasti akan berpikir kalau aku menyukainya,' batin Daniel setelah berpikir keras meskipun ia telah melihat semua bentuk dari tubuh Queen.

Saat ia sedang menyabuni tubuh Queen. Dengan sangat terpaksa dirinya bangkit lalu menjauh untuk membersihkan tangannya dari sisa sabun.

"Aku tunggu di luar jadi mandi yang cepat karena kita tidak memiliki waktu banyak," ucap Daniel.

"Um, baiklah." Tanpa berpikir lama Queen melanjutkan menyabuni tubuhnya hingga selesai. Lalu ia memanggil Daniel untuk membawanya keluar.

Sekitar dua jam mereka telah selesai bersiap-siap juga sarapan pagi dan langsung bergegas untuk melakukan pengobatan untuk kakinya Queen. Namun, di dalam perjalanan menuju kesana mobil mereka terpaksa berhenti karena macet panjang hingga membuat Daniel kesal.

"Malah macet lagi," ketus Daniel.

"Ya sudah sabar nanti juga lama-lama bakalan selesai kok," lirih Queen.

"Diam kamu. Ini semua gara-gara kamu tahu jalan enggak hati-hati. Bikin susah aja," hardik Daniel sembari melirik Queen dengan tatapan tajam.

Queen pun memilih untuk bersabar dan tidak mau mendengarkan omelan dari Daniel. Ia bahkan mengambil earphone untuk menghilangkan stress di tengah kemacetan.

(Kediaman Darrel)

Di sisi lain. Sheila terbangun dari tidurnya. Lalu ia melihat ke sekeliling ruangan dan berganti menatap kearah tubuhnya. Betapa kagetnya ia saat melihat pakaian yang ia kenakan justru pakaian pria bahkan ia tidak memiliki pakaian dalam sampai membuatnya benar-benar kebingungan.

"Siapa yang sudah menggantikan pakaianku? Atau jangan-jangan aku sudah di ... nodai?!" gumam Sheila bertanya pada dirinya.

Di saat itupun ada seorang pria masuk sembari membawanya nampan berisi makanan serta minuman. Sheila keheranan melihat pria itu yang sedang menaruh nampan itu di dekatnya.

Dengan senyuman yang begitu ramah Darrel berdiri di dekat Sheila. "Kamu sudah bangun ya? Oh ya kenalkan namaku Darrel."

Mendengar hal itu langsung membuat Sheila kesal dan tiba-tiba memukul tubuhnya Darrel berkali-kali hingga pria itu terpaksa menjauh.

"Apa yang sudah kamu lakukan padaku? Katakan?! Kenapa pakaianku bisa seperti ini? Di mana bajuku? Kamu pasti mencari kesempatan ya?" tanya Sheila dengan tuduhan bertubi-tubi.

"Apa sih? Pagi-pagi udah nuduh orang. Harusnya minta maaf kek apa kek bukan malah tuduh orang sembarang. Kamu sendiri yang nyusahin terus sekarang pakai tuduh orang segala," sahur Darrel dengan ketus.

"Terus kenapa juga aku bisa ada di sini bahkan pakaian baju pria segala? Apalagi coba kalau kamu udah apa-apain aku iyakan?!"

"Begini ya semalam itu kita enggak sengaja tabrakan di cafe. Terus tahu-tahunya kamu malah pingsan karena mabuk ya udah deh aku bawa kesini karena aku enggak tahu darimana kamu berasal. Oh ... mengenai pakaianmu itu pelayan di sini yang gantiin. Soalnya badan kamu lengket sama keringat. terus sekarang udah di cuci tuh bajunya. Jadi mau bilang macem-macem lagi sekarang?" jelas Darrel sembari bertanya.

Ucapan Darrel sontak membuat Sheila malu. Pasalnya ia sudah sangat bersalah menuduh orang yang tidak bersalah. Lalu dirinya mencoba tersenyum dan melangkah mendekati Darrel. Dengan senyuman kikuk Sheila mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Um, maaf ya aku udah salah alamat pakai nuduh kamu segala hehe. Tapi, aku cuma khawatir kalau sembarangan orang yang godain aku, tapi kalau orangnya baik kaya kamu enggak apa-apa kok. Eh iya kenalin namaku Sheila."

Menerima jabat tangan dari Sheila, namun Darrel belum menjawab apa yang Darrel ucapkan barusan. Justru batinnya berkata. 'Dia gadis manis terus sedikit galak lagi. Idaman banget. Apa aku coba dekati dia ya buat bisa move on dari Queen? Yah ... siapa tahu aku benar-benar bisa move on.'

"Ya udahlah, Sheila. Aku maafkan, tapi supaya kita impas karena aku sudah menolong mu. Bagaimana kalau mulai sekarang kamu tinggal di sini? Yah ... itung-itung biar aku ada teman. Soalnya di sini cuma ada aku sama satu pelayan. Rasanya bete banget kalau sendirian begini. Tapi, kalau kamu enggak mau juga enggak masalah kok. Tentunya dong aku enggak boleh egois," ucap Darrel sembari tersenyum.

'Tinggal di sini? Dengan orang yang baru aku kenal. Apa tidak bahaya? Cuma kalau dilihat-lihat sih dia pria yang baik dan sopan. Buktinya dia tidak menyentuhku semalam. Ah sudahlah aku mau saja lagian enggak enak kalau nolak karena dia sudah menolongku. Itung-itung buat menghemat pengeluaran hidupku,' batin Sheila sembari mengulum senyumnya.

"Iya deh aku mau, tapi kita harus ambil barang ku karena enggak mungkin juga setiap harinya aku harus memakai pakaianmu," ucap Sheila mengiyakan.

"It's okay itu mudah. Ya sudah ayo sekarang kita ambil barang mu," sahut Darrel sembari mengacungkan jempolnya.

"Tidak masalah, ayo." Sheila membalas senyuman lalu bergerak mengikuti Darrel dibelakang untuk masuk kedalam mobilnya.

Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, namun tiba-tiba mereka di hadang oleh kemacetan yang panjang. Berkali-kali Darrel membunyikan klakson mobilnya. Tapi, apa boleh dibuat ia tidak bisa melakukan apapun.

Di tengah kemacetan itu Darrel sontak melirik kearah luar jendela. Ia lalu tidak sengaja melihat sosok gadis yang selama ini ada di dalam hatinya meskipun perasaan itu hanya bisa ia pendam walau pada akhirnya ia kecewa tidak bisa mengungkapkan perasaan itu di saat gadis itu sudah benar-benar menghilang dari pelupuk matanya.

'Aku tidak mungkin salah melihat itu pasti benar Queen. Tapi, siapa pria di sebelahnya? Sangat aneh, Queen tiba-tiba menghilang lalu sekarang aku melihatnya, tapi dia sudah bersama orang lain. Mungkinkah itu kekasihnya atau suaminya?' batin Darrel.

Pandangan Darrel yang terus menatap kearah lain membuat Sheila keheranan. Ia pun bertanya. "Hey, apa yang sedang kamu lihat, Darrel? Serius sekali."

"Ah tidak ada apa-apa. Um, macet panjang sekali pasti sangat lama," sahut Darrel mencoba mengalihkan perhatiannya.

Namun, Sheila justru tidak percaya dengan jawaban yang Darrel berikan. Ia lalu mendekati Darrel dan menatap kearah luar jendela. Betapa kagetnya ia di saat melihat seorang pria yang baru kemarin malam menolaknya lalu sekarang ia melihat pria itu bersama dengan seorang wanita.

"Daniel?" gumam Sheila, sampai membuat Darrel melirik kearahnya.

"Kamu mengenalnya? Katakan siapa dia?" tanya Darrel sembari menutup kaca mobilnya.

"Memangnya kenapa? Apa kamu juga mengenal Daniel?" Sheila kembali bertanya.

Darrel menggelengkan kepalanya lalu berkata. "Aku tidak mengenal pria yang kamu sebutkan, hanya saja aku mengenal gadis yang duduk disebelahnya."

"Oh ya?! Siapa gadis itu? Apakah seseorang yang spesial untukmu?" tanya Sheila begitu antusias.

"Hey! Kenapa tiba-tiba kamu semangat sekali?" jawab Darrel untuk bertanya kembali.

"Ya tentu saja aku semangat karena pria itu baru saja kutemui tadi malam, tapi dia sudah menolak ku. Lalu siapa gadis itu?"

"Um, apa untungnya jika aku memberitahumu?" tanya Darrel mencoba untuk bernegosiasi.

Mendengar hal itu membuat Sheila menepuk jidatnya sendiri lalu memberikan tatapan mata yang tajam.