Chapter 7 - Ancaman

"Jangan lancang denganku, ini adalah istanaku dan kamu! Tidak punya hak menyuruhku keluar sekalipun aku ingin membunuhmu!" bentak Daniel yang semakin membuatku takut.

"Jika itu yang ingin kamu lakukan jadi tunggu apalagi bunuh saja aku, toh hidupku sudah tidak ada lagi artinya. Kedua orangtuaku juga sudah tidak ada, jadi untuk apa aku hidup, aku sudah ikhlas akan menerimanya, Tuan." Menyatukan tangan seraya bersujud di depannya.

"Gadis bodoh sayangnya aku tidak ingin membunuhmu melainkan ingin menjadikan kamu sebagai boneka milikku, yang bisa ku gunakan semaunya. Jadi silahkan pakaikan baju mu di depanku sekarang juga! Karena nanti kita juga akan menikah, cepat pakai atau mau aku yang pakaikan?!" perintah Daniel dengan suara lantang hingga membuatku kaget.

'Mana mungkin aku bisa menggantikan pakaian di depannya. Kenapa hatinya tidak seindah wajahnya, dia bahkan sangat kejam dan arrogant. Seandainya aku bisa melunasi semua hutang pamanku pasti kali ini aku akan bebas darinya,' batinku sambil menunduk.

"Kenapa malah diam? Oh aku tahu kamu ingin aku yang menggantikannya ya? Baiklah jika itu mau mu," ucap Daniel seraya mendekatiku.

"Ti-tidak! Aku bisa melakukannya sendiri," sahutku.

Dengan keberanian ku untuk menggantikan pakaian di depannya. Mengambil kain yang lain untuk menjadi penutup tubuhku yang lalu aku langsung memakaikan pakaian yang sudah di sediakan di sana meskipun pakaian tersebut cukup terbuka tapi, bagaimana lagi aku harus menurut dan tidak bisa melawannya.

"Semuanya sudah selesai, Tuan," ucapku seraya berdiri dengan menundukkan kepala.

"Aku tahu kamu gadis yang baik tapi sayang, keluargamu rela menjual dirimu padaku tanpa berpikir apapun. Apakah mereka juga sering memperlakukan mu dengan kasar?" tanya Daniel seraya membawaku duduk di sampingnya.

'Kenapa dia tiba-tiba berbicara baik denganku? Apa mungkin Daniel menginginkan sesuatu?' batin.

"Mereka tidak pernah memperlakukan aku dengan kasar justru sebaliknya, mereka menyayangi diriku," sahutku berbohong.

"Haha sudahlah Queen, jangan lagi berbohong denganku sebab aku sudah tahu semua hal tentangmu apalagi mengenai dirimu adalah primadona kampus. Jadi kehadiranku di sini ingin membuat kesepakatan denganmu tanpa adanya penolak apapun," ungkap Daniel lalu mengeluarkan sebuah map yang aku tidak tahu apa itu.

Daniel lalu menyerahkan map tersebut kepadaku. Sewaktu aku membukanya tertulis dengan jelas map tersebut tentang Kontrak Pernikahan

Kontrak itu memuat beberapa pasal yang di antaranya. Pihak pertama adalah Daniel Ricciardo, dan pihak kedua adalah Queen Caroline.

Pernikahan tidak boleh di ketahui oleh siapapun selain dari kedua belah pihak keluarga. Pernikahan hanya boleh bertahan sekitar 2 tahun dan bisa di rubah dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pernikahan di gelar di Gereja hanya boleh di hadiri oleh kedua belah pihak saja. Selama menjalani pernikahan pihak kedua harus patuh dan bersedia melayani pihak pertama. Selama pernikahan di larang mencampuri privasi dari pihak pertama. Pihak satu akan memberikan nafkah dengan cara membiayai semua biaya pendidikan dari pihak kedua.

Pihak kedua tidak boleh meminta nafkah kecuali jika pihak kedua sudah berhasil hamil. Pihak kedua di larang dekat dengan pria lain. Jika pihak kedua melanggar wajib membayar denda sebesar dua miliar tiap bulannya atau jika tidak kuburan Mama dan papanya akan di bongkar dan pihak kedua akan di tuntut.

Demikian surat kontrak pernikahan dibuat langsung di atas materai dan wajib di patuhi dengan sebaik mungkin.

"Apa ini?" tanyaku.

"Apa kamu tidak pernah diajarkan caranya membaca?!" ketus Daniel.

"Bu-bukan seperti itu, hanya saja-"

"Sudah jelaskan kalau itu kontrak pernikahan. Kesepakatan antara kita berdua dan kamu harus menurutinya tanpa bantahan. Jadi cepat langsung tanda tangani," perintah Daniel.

"Aku tidak mau melakukan apapun!" bentak ku berusaha menolak.

"Aku tidak mau tahu, apa kamu mau kalau nanti kuburan orangtuamu akan ku bongkar? Pasti kamu tidak ingin mereka sengsara oleh ulah mu sendiri. Jadi cepat tanda tangani kontrak pernikahan itu!" perintah Daniel dengan tegas.

'Bagaimana ini aku sudah berjanji pada Tante kalau akan menerima pernikahan ini tapi, tidak dengan cara seperti ini bahkan ini jelas-jelas merugikan diriku sendiri. Daniel tidak punya hati dia bahkan mengancam dengan membawa orangtuaku,' batinku.

"Cepat tanda tangan! Jangan malah bengong!" Daniel terus memaksaku.

"Bolehkah jika aku berpendapat, Tuan?"

"Katakan."

"Tuan, maaf kalau aku lancang berbicara tapi, bisa tidak kalau kontrak pernikahan itu beberapa pasal tidak perlu di buatkan seperti jangan membawa orangtuaku," ungkapku dengan penuh keberanian.

"Oh begitu hey! Siapa kamu yang berani menentang ku? Kamu harusnya sadar bahwa kamu sudah di jual kepadaku. Di dalam pasal surat kontrak itu aku sudah bagus memberikan kamu nafkah padahal kamu seharusnya tidak pantas menerimanya sebab kalian itu memiliki jumlah hutang yang sangat besar dan kamu cuma gadis murahan yang bisa dengan mudahnya aku dapatkan di jalanan. Jadi sebaliknya turuti saja keinginanku jika ingin selamat," ucap Daniel begitu kejam seraya menarik rambutku dengan kasar.

Air mata perlahan mengalir saat Daniel menyakitiku bahkan menjadikan ancaman orangtuaku yang sudah pergi menghadap Tuhan. Tidak ada jalan lain selain aku menuruti semua keinginannya.

"Tidak perlu terlihat menyedihkan di depanku karena air matamu ini tidak akan mengubah apapun keputusan ku," ungkap Daniel yang tidak memiliki hati.

"Ba-baik Tuan, aku akan menandatanganinya."

Keinginan Daniel sudah terpenuhi dan sekarang aku sudah jatuh kedalam lubang besar yang pamanku gali. Menjadikan aku mangsanya sekaligus boneka miliknya.

Daniel terakhir tersenyum lalu keluar dari kamarku seraya membawa surat kontrak pernikahan tersebut. Saat ia keluar kakiku lemah tidak berdaya hingga aku terduduk dalam tangisan.

(Daniel Ricciardo)

Aku tersenyum bahagia saat kemauan ku semuanya berjalan dengan lancar. Apapun yang aku inginkan harus semuanya terpenuhi begitupun dengan menjadikan Queen istriku. Aku tahu setiap tindakan ku begitu kasar hingga membuat hatinya sakit tapi, itulah caraku agar aku bisa memiliki dirinya seutuhnya jika tidak maka Hardiem yang akan menguasai gadis pilihanku.

Suara isak tangis sampai terdengar dari balik kamar. Aku sedikit tidak tega hingga membuatku melangkah untuk kembali masuk kedalam kamar.

Betapa menyedihkan dirinya terduduk dengan air mata yang terus mengalir. Aku mencoba untuk mendekati lalu mengangkat dagunya.

"Percuma saja kau terus-menerus membuang air matamu karena sampai kapanpun aku tidak akan membiarkan kucing liar ku ini pergi dari sini. Seharusnya kamu bangga saat aku ingin menjadikanmu sebagai istriku," ucapku.

Queen yang masih terisak, ia tidak menjawab hanya menatap mataku. Entah apa yang ia pikirkan. Aku bahkan tidak bisa menebaknya hanya dari wajahnya.

"Jangan melototkan matamu, Queen. Sudahlah hentikan semua drama ini aku tidak suka melihat wanita terus saja menarik. Wanita sepertimu begitu lemah, aku tidak suka melihatnya sebab hanya ada drama yang selalu bersamamu," sambung ku.