Chereads / Aku dan Mafia / Chapter 39 - Aku Terharu

Chapter 39 - Aku Terharu

"Sayangnya, hukumnya jadi general. Ketika barang itu tidak baik untuk tubuh, maka secara general diharamkan." Griffin mengerti. Dia mulai tahu sedikit demi sedikit. Istrinya memang seorang malaikat yang diutus untuk menuntunnya.

"Baiklah, Bidadariku. Aku akan menggantinya dengan jus jeruk. Kalian, ganti wine ini dengan jus jeruk." Mereka mengangguk, kemudian membungkuk dan mengganti wine dengan jus jeruk. Griffin memandang istrinya itu dengan penuh cinta. Dia mencari celah, sebenarnya apa yang membuat istrinya itu nampak berbeda dan nampak lebih mempesona. Dia menggelengkan kepalanya. Tidak ada. Tidak dia temukan. Tetap saja, istrinya itu sangat mempesona dari sudut manapun.

"Silakan Tuan dan Nyonya." Griffin meraih botol itu, kemudian menuangkan untuk istrinya. seperti ketika ritual minum wine, mereka mengadukan gelas, kemudian mengaitkan tangan dan minum dari gelas pasangannya. Seperti ini sungguh sesuatu yang di damba setiap pasangan.

"Kau mau aku menyuapimu?" Fatin kali ini yang menawarkan. Griffin tanpa basa-basi memajukan mulutnya. Sehingga Fatin memberikan sepotong daging itu untuk masuk ke mulut Griffin.

"Kalau setiaphari, aku rela pulang lebih awal dari kantor demi disuapi sama istriku tersinta." Griffin menggoda istrinya. mereka saling menyuapi hingga kenyang. Setelah kenyang, Griffin mengelap mulutnya, kemudian mulutnya Fatin menggunakan serbet yang sama. Fatin terlihat malu dan canggung.

"Sayang, aku belum pernah melamarmu secara langsung. Malam ini, adalah momen spesial kita. Aku akan megatakan betapa aku sangat mencintaimu." Fatin dengan seksama menyimak perkataan suaminya diantara deburan ombak yang mengganggu pendengarannya.

Kedua tangan mereka saling bertautan dan memberikan respon yang hangat pada masing-masing. Gejolak diri mereka. "Kemarin hanya sebuah cincin sebagai simbol ikatan cinta kita. Aku mulai paham, kau tidak menyukai jenis perhiasan, tapi sebagai istri dari seorang Griffin Cyler, aku membelikanmu berlian yang pertama." Griffin membuka kotak berlian. Satu set perhiasan dari atas rambut sampai ujung kaki. Dari jepit rambut berbentuk bunga, giwang dengan model yang sama. Kalung emas bertahtakan berlian, gelang, cincin, sampai keroncong ada. Fatin hanya terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Keharuan menyelimutinya.

"Kamu tahu, kau adalah tujuan hidupku yang selama ini aku cari. Aku memang tidak bisa romantis seperti pria pada umumnya. Aku juga tidak bisa merayu seperti pria bersajak. Tapi satu yang kamu harus tahu, aku ingin bersamamu. Melewati segala macam rintangan bersamamu. Maukah kau bersabar mengajariku menuju Tuhan?" Lagi-lagi Fatin hanya membeku. Perkataan Griffin, ketulusannya, membuat pikirannya terbang ke langit antah berantah. Dia merasa sangat bahagia, sehingga tubuhnya seperti tidak menapak bumi.

"Sayang, kau hanya diam? Kenapa? Tidak romantis, ya? Apa aku lebay? Tapi itu kejujuran. Aku sudah belajar seharian ini." Fatin hanya tersenyum namun mengeluarkan air bening di matanya.

"Lah, malah nangis. Abang minta maaf." Griffin bangkit, kemudian meraih tubuh Fatin dan mengangkatnya agar juga ikutan bangkit. Dia memeluk erat tubuh istri mungilnya tersebut.

"Abang menyakitimu? Atau perkataan Abang ada yang tidak benar?" Fatin masih sesenggukan belum dapat berbicara. Air matanya membanjiri jas mahal milik Griffin.

"Abang minta maaf. Kamu kangen sama ibu?" Fatin menggelengkan kepalanya. Griffin tidak tahu apa yang dia lakukan sehingga wanitanya begitu sesenggukan mengeluarkan air matanya.

"Aku terharu. Abang adalah cowok paling romantis. Aku bukan menangis karena sakit. Tapi karena terharu." Griffin tertawa mendnegarnya.Dia sudah sangat takut tadi.tapi ternyata hanya terharu saja. Mereka tertawa bersama.

"Kalian balik badan." Semua pelayan balik badan. Griffin meraih tengkuk Fatin, kemudian menempelkan area kenyalnya dengan area kenyal milik Fatin. Dia melahap habis bibir merah itu, semakin lama semakin dalam dan menuntut. Hasrat mereka menggebu bersatu dnegan deburan ombak pulau Gili Terawangan yang sangat syahdu. Di temani dengan lilin yang saling berkedip dan bulan yang bersinar manja di angkasa. Dua insan saling memadu kasih dengan pasangan halalnya.

Griffin melepaskan ciumannya setelah merasa pasangannya sudah kehabisan oksigen dalam paru-parunya. Dia kembali meraup bibir itu setelah merasa cukup menyimpan oksigen. Kali ini, ciuman itu lebih menggairahkan dan menuntut. Bahkan tubuh mereka sudah sangat rapat. Dan lihatlah Junior Si Burung Kutilang sudah berkicau di dalam sangkarnya. Fatin menepuk pipi suaminya. Dia tidak mau kelepasan sehingga nanti berguling-guling di atas pasir.

"Kenapa?" tanya Griffin setelah melepaskan ciumannya.

"Ingat tempat. Ini ada di mana?" Griffin tertawa dan menempelkan dahinya di dahi istrinya.

"Baiklah, mau di lanjut di kamar?" Fatin hanya tertunduk malu-malu. Dengan wajah istrinya yang seperti itu, Griffin tidak menunggu jawabannya, dia langsung membopong tubuh sintalnya, dalam gendongan sang pengantin. Mereka beranjak akan menuju puncak kenikmatan pernikahan. Seluruh penghuni resort hanya memandang mereka. Begitu dengan Griffin yang hanya cuek saja, menggendong istrinya. Dengan bantuan kaki kanannya, dia membuka pintu kamar, setelah sebelumnya membukakan kunci dengan bantuan Fatin. Dia menutup kembali dengan tungkainya, kemudian melepaskan tubuh sintal itu di atas ranjang empuk.

"Mau mulai sekarang?" goda Griffin sambil menyibakkan rambut yang menutupi pipi cantik istrinya.

"Boleh!" Fatin menantang suaminya, hingga Griffin kalap membabat habis dan melucuti setiap helai benang yang menutupi tubuh sang istri. Fatin seperti memberi kases untuk suaminya mengeksplor tubuhnya, dia membiarkan saja tubuh mulusnya terpapar dan tanpa baju menempel di tubuhnya. Dia malah memajukan tubuhnya dan meraih jas mahal milik suaminya. Dia membantu melucuti baju suaminya.

"Makin pinter ya kamu? Makin nakal. Tapi aku semakin suka." Griffin terlentang agar istrinya mudah melucuti pakaiannya.

"Bantu lucuti celanaku juga, dong?" Fatin dengan jemari lentiknya membuka ikat pinggang suaminya. Dengan sedikit malu-malu dia menurunkan resleting, kemudain menarik turun celana milik suaminya.

"Mau di atas?" Fatin langsung naik ke atas dan menunggangi tubuh kekar suaminya. Gesekan kulit terjadi, hingga Juniornya Griffin terjaga sudah. Desahan bersaut-sautan tiada henti. Griffin kemudian menarik tubuh istrinya agar berganti posisi.

"Aku gantian yang memberikan kenikmatan padamu. Bukalah sedikit." Fatin membuka pahanya, kemudian dengan lihai ujung lidah Griffin mengabsen isi dalam paha istrinya. Fatin yang merasa sangat geli memuntahkan desahan sehingga terasa sangat nikmat terdengar di telinga Griffin.

"Kau menyukainya?" Fatin menutup wajahnya karena malu. Griffin mengulang kembali aksinya, hingga kali ini area itu sudah basah dengan lendir bercampur dengan air liur Griffin. Fatin merasakan sensasi hangat pada area intimnya, karena sepertinya dia melakukan pelepasan pertama untuk membasahi dinding rahimnya, agar siap untuk di lewati sang pemilik.Greiffin merabanya, apakah miliknya itu sudah basah atau belum.sudah siap di lewati atau belum. Karena sang modor sudah siap untuk menggali dalam terowongan cinta bersama. Griffin tersenyum, ketika nafas gairah istrinya sudah memuncak, itu di tandai dari gundukan gunung kembar istrinya yang sudah mulai mengencang dan sang jalan kenikmatan sudah basah maksimal oleh lendir-lendir cinta. Desahan itu makin sering ketika rudal miliknya sudah kencang maksimal dan siap melumcurkan peluru asmaranya.

"Aaahhhhh ...." Mereka menjerit bersuara dalam diamnya angin dan bersatu dengan puncak malam yang indah. Mereka terkulai bersama, ketika Junior sang burung kutilang sudah terlelap di dalam kandangnya. Griffin mencabutnya dan tidur dengan terlentang di samping istrinya. Masih dengan tanpa busana, mereka terlelap bersama.