Chereads / Aku dan Mafia / Chapter 36 - Makan Siang (Di Ranjang) Dulu, yuk?

Chapter 36 - Makan Siang (Di Ranjang) Dulu, yuk?

Saat istrinya bangun, maka mereka akan segera turun dan makan siang. sehabis makan siang, mungkin akan lebih baik bertempur siang makin asik. Bercampur gairah dengan keringat sehingga istrinya tersebut terlihat lebih sexi karena berbalut keringat birahi.

Perut Griffin sudah tidak bisa mentoleransi. Entah mengapa, Fatin kalau tidur sangat susah dibangunkan. Maka, Griffin sendiri, memilih meletakkan tab-nya dan membangunkan istrinya. Dia menepuk pipi istrinya, tapi tidak juga bangun. Griffin ingat kejahilannya kemarin, dia membangunkan Fatin dengan melumat bibirnya. Cara ini juga, yang akan dia gunakan untuk membangunkan Fatin, saat ini. Mungkin, setiap kali ingin membangunkannya, Griffin memerlukan senjata ampuhnya itu.

Griffin tersenyum sendiri. Dia memandang lekat, tubuh istrinya yang meringkuk. Tubuh sintal, yang kini menjadi geloranya. Matanya yang terpejam, menunjukkan bulu matanya yang lentik. Bibirnya merah alami, tidak butuh pemerah bibir sebenarnya. Beberapa hari menjadi istrinya, Fatin lebih kelihatan cantik, karena memiliki banyak waktu untuk merawat diri. Maka, kulit Fatin terlihat lebih bersih ddari sebelumnya. Ternyata, sebelumnya, kulit Fatin berubah menjadi kecoklatan, karena sering terpapar matahari. Namun, bagi Griffin tetap saja terlihat sangat sexi.

Griffin mulai menjalankan aksinya. Dia menempelkan bibirnya, ke bibir kenyal Fatin dan melumatnya dengan sangat rakus. Berniat hanya ingin membangunkan istrinya, tapi Junior Burung Kutilang sudah mulai naik dan bangun.

"Shit!" Dia mengumpat dalam hati. Fatin terjaga dan terengah-engah karena perbuatan suaminya. Dia malah mengalungkan tangannya ke leher suaminya, setelah tahu suaminya sudah bergairah. Griffin tahu, bahwa istrinya juga menginginkannya. Rupanya, Fatin sudah mulai terbiasa, dan lihai dengan ciuman mereka. Fatin membuka sedikit mulutnya, untuk memberikan akses kepada Griffin, memainkan lidahnya, menjulur dan mengait ke dalam.

Griffin tidak menyia-nyiakan itu. Dia menjulurkan lidahnya dan menerobos sela-sela mulut Fatin. Bertemu dengan ujung lidah Fatin. Kedua lidah itu saling bersautan meraba dan saling meremas. Griffin mengangkat tubuh istrinya, agar berada di atas. Sepertinya, istrinya sudah terpancing, untuk memanipulasi ciuman itu. Lelaki itu hanya pasrah, untuk dijajah oleh istrinya. Ciuman itu didominasi oleh Fatin. Griffin tersenyum dalam hati. Ternyata istrinya lebih besar memiliki gairah.

Ruangan itu menjadi sangat panas, walau AC sudah turun maksimal dinginnya. Junior Sang Burung Kutilang, di dalam celana Griffin, sudah menerobos membuat sang empunya merasa sesak. Fatin merasakan benda itu sudah mengeras. Wanita itu tersenyum dalam hati. Ternyata begitu mudahmya membuat sang suami sangat bergairah.

Fatin melepaskan lumatannya dan berakhir di ujung telinga Griffin. Dia memainkan lidahnya dengan anggun di sana. Sehingga, Griffin merasakan hembusan nafas istrinya, menerobos lubang telinganya. Desahan manis, lolos dari bibir tipis Griffin. Tangannya mulai berkelana mengabsen punggung istrinya, untuk meraih resleting gaun milik Fatin. Dia dapat mencapainya, di punggung atas Istrinya. Suara gesekan kepala resleting yang ikut berisik, menandakan gaun itu sudah turun dan terbuka. Griffin meraih pengait bra istrinya dan membukanya.

Fatin merasakan semriwing di bagian punggung. Bertanda, punggungnya sudah terbuka. Dengan lincah, ujung jemari Griffin, meraba punggung istrinya. Sehingga, Fatin meloloskan satu rintihan manja. Dia yang masih menari di bawah telinga dengan lidahnya, nampak sexi terdengar ditelinga Griffin. Fatin terus meliukkan lidahnya, turun di leher suaminya. Sehingga lelaki itu mendongakkan lehernya, agar istrinya lebih dalam mengeksplor leher jenjangnya.

"Kau bisa sedikit menghisapnya, Sayang?" pinta Griffin.

"A-aku hufff ... a-kan mencobanya." Griffin menekan kepala belakang istrinya agar menghisap lebih dalam lehernya. Sehingga, menimbulkan bekas kepemilikan yang sempurna. Sesungguhnya Fatin masih sangat kaku. Bekas yang dia timbulkan juga tidak begitu merah. Tapi tak mengapa. Namanya juga masih latihan. Griffin memakluminya. Kini, berganti tugas. Griffin menjajah seluruh punggung istrinya. Dengan lembut sampai ke gundukan belakang tubuh istrinya yang berada di tengah. Dia meremasnya dengan kedua tangannya. Fatin kaget Griffin melakukannya, tapi kemudian menikmatinya. Junior sudah mengeras, sehingga area sensitif Fatin yang pas dengan posisi junior terasa terdesak meskipun masih dalam sangkarnya.

Fatin tidak berkata apa-apa lagi. Dia sangat menikmati gesekan yang timbul tanpa sengaja, dengan gerakan yang ditimbulkan. Dia turun ke dada suaminya. Menirukan gerakan suaminya kemarin. Setelah itu, menghisap puncak dada suaminya. Sehingga Griffin meloloskan rintihan cantik terasa sexi dari mulutnya. Manja dan menggairahkan. Lidahnya menjulur dan meraih puncaknya, sama seperti yang dilakukan oleh Griffin.

Griffin memabalik tubuh Fatin dan berbisik merdu. "Kau sudah pintar, Sayang. Aku makin cinta. Kau sangat sexi."

Perkataan itu sontak membuat Fatin memerah. Griffin menanggalkan gaun Fatin yang sudah tidak beraturan.tinggalkan bra yang sudah terlepas dari pengaitnya, serta celana dalam warna hijau. Celana dalam tipis yang memang Griffin belikan. Kain yang tipis bersatu dengan kekencangan Junior, membuat area sensitif Fatin makin terasa berdenyut manja. Dia sudah mengeluarkan pelumasnya, sehingga tembus keluar dan bisa dirasakan membasahi celana Griffin. Lelaki itu berbalik dan melepaskan lumatannya.

"Bantu aku melepaskan Junior, Sayang." Fatin sudah paham sekarang, siapa Junior? Dia langsung menarikan ujung jarinya pada resleting celana Griffin. Terlihat sang Junior, sudah menerobos dari sangkarnya, meskipun belum sepenuhnya terlepas.

"Bukalah, jangan malu-malu." Tangan Fatin gemetar membukanya. Terlihat Junior sudah tegak maksimal. Fatin menelan salivanya karena kaget. Ternyata begitu bentuknya, karena tadi dan kemarin dia hanya memejamkan mata. Melihat istrinya yang diam, Griffin langsung menyergapnya dan memposisikan tubuh Fatin untuk di atas.

"Sekarang, kamu yang coba pegang kendali. Akan lebih nikmat. Cobalah!" Fatin mengerti. Tapi dia bingung apa yang harus di lakukan. Akhirnya Griffin membimbingnya agar meneroboskan Junior ke sangkarnya. Dengan hati-hati Fatin mengikuti arahannya. Sedikit demi sedikit, mereka sudah bersatu.

Perut Fatin terasa penuh. Tapi, memang benar, rasanya lebih. Dia mulai merasakan area cantiknya sudah basah dan lebih berdenyut.

"Kau bisa bergerak, Sayang. Percayalah,! ini lebih menyenangkan dari pada dan kemarin." Fatin dengan kaku mengikuti gerakan dari tangan Griffin yang ada di pinggangnya. Tanpa sadar, dia menjerit. Keduanya, saling menautkan tangan. Untuk menyalurkan rasa nikmat yang membuncah. Sebentar lagi, mereka akan memuncak bersama. Seperti paduan suara, mereka menjerit bersama saat klimaks terjadi. Terasa basah sudah, area cantik Fatin. Bagian perutnya, juga mulai terasa kosong. Dia tumbang, ke dada suaminya.

"Bagiamana?" tanya Griffin. Fatin menyembunyikan wajahnya di dada suaminya.

"Ih, jangan di bahas. Malu." Fatin merengek manja dan menyusupkan wajahnya yang mungkin sudah bersemu merah jambu.

"Nggak usah malu. Kalau merasa tidak nikmat, bilang. Begitu juga sebaliknya. Gairah penting untuk diri kita masing-masing, Sayang. Jangan sampai dipendam, sehingga diri kita melampiaskan di luar. Banyak perselingkuhan terjadi, karena suami istri tidak saling komunikasi." Fatin menepuk dada bidan suaminya.

"Kau mau janji? Mengatakan apapun? Termasuk jika Juniorku tidak bisa membuatmu puas. Kita akan mencari obat bersama. Aku pun demikian. Jika sangkarnya Junior tidak secantik dan senikmat hari ini, kita akan mencari solusinya. Agar dia selalu wangi dan kenyal." Fatin mencubit dada suaminya yang keras. Griffin pura-pura mengaduh Fatin semakin kuat mencubit.

"Ih, KDRT itu. Turun, yuk! Sepertinya, cacingnya sudah marah. Dari tadi, bukannya mengirim asupan, malah makan yang lain. Junior juga sudah tidur sepertinya." Fatin beranjak dari atasnya Griffin. Kemudian dia berlari ke kamar mandi, disusul oleh Griffin yang tidak berpakaian. Mereka mandi bersama. Sesungguhnya, Juniornya sudah hidup lagi. Akan tetapi perutnya sudah minta diisi, sehingga memilih melanjutkan mandi adalah yang terbaik.

Fatin sudah selesai terlebih dahulu. Di susul dengan Griffin. Fatin berjalan membuka lemari. Sepertinya, sudah lengkap baju di sana dan masih bungkusan. Sepasang baju pantai corak bunga-bunga yang kembar mereka kenakan.