Chereads / Aku dan Mafia / Chapter 22 - Dia Bukan Helia

Chapter 22 - Dia Bukan Helia

"Kau menangis? Jangan menangis. Aku tidak apa-apa. Kau khawatir, ya? Tenang saja, mana mungkin aku melupakanmu. Kalau ada yang ingin aku temui setelah sadar, adalah kamu." Griffin memeluk tubuh padat milik Fatin sehingga dada sintalnya terasa menonjol dalam dada Griffin. Fatin tidak memberontak.

"Ehem ...." Sebuah deheman terdengar. Terlihat lelaki paruh baya dan wanita masuk ke ruangan Griffin. Dia adalah papa dan mamanya Griffin. Alicia dan Danubrata. Keduanya terlihat gagah dan anggun. Fatin sudah pernah melihat Alicia saat di kantor. Tapi, belum melihat papanya Griffin. Dia gagah seperti Griffin. Tinggi, putih, dan berwibawa. Hanya versi lebih dewasa. Mungkin Griffin versi tua seperti tuan Danubrata ini.

"Kalian sudah akur, Fin?" tanya Danubrata karena memang Fatin dan Helia sangat mirip.

"Dia bukan Helia, Pa. Mana mau anak kita memeluk wanita jalang itu?" Alicia menepuk pundak suaminya.

"Tapi kok mirip? Kalau mau poligami, ijin istri pertama dulu, Fin. Jangan main belakang." Danubrata memberikan saran pada putra satu-satunya.

"Ngawur, Papa. Aku tidak akan bakal tega berpoligami. Aku sudah urus perceraianku. Mungkin tinggal tunggu Helia pulang. Dia pasti diam kalau aku kasih uang bulanan. Aku juga harus melanjutkan hidup, Pa." Griffin berusaha untuk duduk di bantu oleh Fatin.

"Maaf menyela. Saya permisi,Tuan dan Nyonya." Mungkin Fatin tidak enak hati dengan pembicaraan itu. Dia tidak tahu, antara rasa senang dengan rasa sakit. Dia masih tidak mengetahui, apakah yang diceritakan oleh Toni dan Nathan itu sebuah kebenaran atau tidak, dia belum tahu pasti. Jika mereka hanya berbohong karena mendukung langkah Griffin yang meninggalkan istrinya, maka Fatin akan menjadi manusia berdosa.

"Mau kemana, Sayang." Griffin mencekal pergelangan tangan Fatin.

"Bang, alangkah jahatnya saya. Sudah membuat Abang menceraikan mbak Helia. Saya berdosa." Fatin tidak lagi bisa menahan air matanya. Matanya luruh karena merasa sangat bersalah. Pertemuan mereka adalah sebuah kesalahan.

"Fatin," panggil Alicia. Wanita paruh baya itu mulai suka dengan Fatin karena melihat kebaikan Fatin pada cucunya.

"Kita bicara, ya?" Alicia mengajak Fatin untuk pergi. Seorang ibu akan sangat peka terhadap keinginan putranya. Griffin sudah mengatakan seluruh isi hatinya kepada Alicia, bahwa dirinya mencintai seorang wanita yang berwajah mirip dengan Helia. Akan tetapi abersifat berbeda.

Mereka melaju jalan melewati lorong rumah sakit. Fatin semula berjalan di belakang Alicia. Akan tetapi wanita itu menyuruh calon menantunya itu untuk berada di sebelahnya.

"Kemari, Fatin. Jangan malu-malu." Alicia menggandeng Fatin dan mereka menuju kantin rumah sakit.

Fatin menarik kursi untuk Alicia. Wanita itu mengucapkan banyak terima kasih. Setelah itu, dia sendiri menarik kursi kemudian duduk di depan Alicia.

"Mau makan apa?" tanya Alicia.

"Saya baru saja makan pizza, Nyonya." Alicia berdehem .

"Jangan panggil saya nyonya. Panggil mama saja, ya? Fatin kamu tidak hanya cantik, tetapi baik. Kamu mau menikah dengan anakku 'kan?" tanya Alicia. Fatin sedikit melonjak. Tidak mungkin tidak apa-apa kalau sudah ibu dari sang lelaki saja menyuruh orang lain menggantikan ibunya Nevan.

"Nyonya, maksud saya Mama. Mohon maaf, Bang Griffin masih punya istri. Saya tidak mau menjadi penyebab perceraiannya." Alicia menarik nafas sangat dalam.

"Fatin, Sayang. Mama yang menyuruh Griffin mempertahankan rumah tangganya demi anaknya. Mama juga yang sudah berjanji untuk mengikhlaskan dia menceraikan Helia jika sudah mendapat ganti. Kamu tahu, bahkan saya tidak tahu kalau Nevan anak Griffin atau bukan. Sebab Griffin menolak untuk tes DNA. Kamu tahu, Helia menjebak Griffin untuk mendapatkan uangnya." Fatin menunduk. Sepertinya dia mulai terpengaruh dengan Alicia. Tapi dia tetapsaja ragu. Bagaimana nanti jika istrinya datang? Bagaimana nanti jika dia tidak rela? Bagaimana pandangan orang-orang? Bagaiamana? Apa dia sanggup?

Fatin mengaduk makanan di depannya. Sehingga Alicia membantunya dengan menyuapinya. Fatin merasa malu sudah disuapi Alicia bahkan sebelum dia menjadi menantunya.

"Kali ini, biarkan saya yang membayar, ya? Sebagai perkenalan sebagai mertua." Alicia mendorong tangan Fatin yang akan membayar makan mereka.

"Terima kasih, Ma." Rasanya Fatin melihat wajah ibunya dari wajah Alicia. Wajah seorang ibu yang ingin melihat putranya bahagia. Fatin berjalan disamping Alicia dan digandeng oleh wanita itu. Alicia merasakan kebaikan dihati Fatin. Seperti seorang ibu pada anaknya, Alicia terasa sangat ingin disamping Fatin.

"Ma, saya mau masuk menemui mama dulu. Siapa tahu dia mulai sadar." Alicia menganguk. Wanita itu melepaskan genggaman tangannya dan membiarkan Fatin untuk masuk. Sedangkan dirinya berjalan lurus untuk sampai di ruangan Griffin.

"Ma," Danubrata menoleh mendengar Griffin yang menyebut nama mamanya.

"Bagaimana?" tanya Danubrata.

"Beres. Tapi sepertinya kamu harus sabar menunggu persetujuan mamanya Fatin. Dia tipe anak yang berbakti." Griffin menyunggingkan senyum. Griffin sudah tahu jawaban ibunya. Dia sudah pernah meminta langsung dari ibunya Fatin. Ibunya Fatin setuju asal Griffin menceraikan Helia.

Flash Back On

Griffin saat itu berinisiatif untuk pergi ke rumah Fatin saat gadis itu pergi bekerja. Dia dengan kedua body guardnya membawa banyak makanan. Griffin memencet bel, akhirnya wanita paruh baya keluar. Dia terlihat sangat pucat.

"Anda majikannya Fatin? Tapi Fatin belum pulang, Tuan." Wanita paruh baya itu mengatakannya.

"Saya perlu dengan ibu." Wanita itu mempersilakan Griffin untuk masuk.

"Silakan duduk. Ada perlu apa, Tuan." Wanita paruh baya itu menanyakan keperluannya, seraya mempersilakan duduk.

Pengawal Griffin memberikan oleh-oleh berupa beberapa buah yang sudah di parcel. Ibunya Fatin menerimanya dengan bingung.

"Jangan katakan dengan Fatin jika saya kemari. Saya mau meminta ijin sama ibu, untuk menikah dengannya. Saya juga tahu jika ibu menderita penyakit yang serius. Saya akan membantu pengobatan ibu sampai sembuh. Karena sudah menjadi tanggung jawab seorang menantu 'kan?" Griffin adalah seorang negosiator yang handal dia akan melakukan hal yang jitu untuk menaklukkan lawannya. Dia merasa perlu mendekati ibunya setelah mendekati Fatin tidak berhasil.

"Bagaimana, ya? Apakah Fatin sudah setuju? Yang akan menjalani kalian bukan ibu. Jadi semua tergantung dari Fatin. Dan ibu minta jangan katakan kalau ibu sakit." Griffin mengangguk mengerti. Tapi ibunya Fatin berjanji akan membantunya untuk mendapatkan hatinya Fatin. Sepertinya pintu hati Griffin yang membeku sudah mencair oleh seorang gadis biasa penjual bunga.

Flash Back Off

"Fin, kamu malah senyum-senyum. Tapi sudah kamu pikirkan bagaimana menghadapi Helia?" tanya Danubrata.

"Sudah, Pa. Gampang menghadapi dia. Satu bulan kasih uang sudah beres." Griffin menaik turunkan alisnya.

"Hufff , kamu jangan menyakiti Fatin. Kalau kali ini kamu menyakitinya, papa yang akan turun tangan langsung." Danubrata mengancam Griffin. Sedangkan Griffin nyengir dan mengacungkan jempolnya. Danubrata keluar. Dia memerlukan kopi saat ini. Dia akan pergi ke kantin. Tapi, dia berhenti di depan kamarnya ibunya Fatin dan mengernyitkan keningnya, karena melihat aktivitas calon menantunya itu.