Chereads / Hargai Aku / Chapter 21 - Bab 21 : Clara.

Chapter 21 - Bab 21 : Clara.

Setelah lelah berjalan-jalan bersama keluarga mereka. Syifa dan Jun pulang ke apartement untuk beristirahat. Mereka masuk ke dalam kamar dan langsung berbaring diatas kasur.

"Huh lelah sekali," ucap Jun memeluk istrinya.

Syifa membalas pelukkan tersebut sambil memejamkan kedua matanya. Beberapa menit kemudian, akhirnya ia tertidur dipelukkan Jun dengan mudahnya.

"Sayang, besok mau jalan-jalan lagi gak? Tapi hanya berdua saja," ucap Jun yang tidak tau bahwa Syifa sudah tertidur pulas dipelukkannya.

Sudah beberapa menit, Syifa tidak juga menjawab Jun. Akhirnya pria itu menatap istrinya yang ternyata sudah tidur sangat nyenyak. Jun hanya tersenyum dan menyelimuti tubuh mereka. Pria itu ikut memejamkan mata, dan akhirnya mereka tertidur dalam posisi berpelukkan.

.

Jakarta, 19:00 WIB

Syifa dan Jun baru saja bangun dari tidur mereka. Tiba-tiba bel apartemen berbunyi pertanda ada yang ingin bertamu ke apartemen mereka. Jun segera membuka pintu apartemen dan terlihat seorang wanita berpakaian seksi, sedang tersenyum manis ke arah Jun.

"Selamat malam pak," sapa Clara.

"Ada urusan apa kau kesini?" tanya Jun datar.

"Aku mau mengantar dokumen pekerjaan, soalnya sudah 2 hari ini bapak tidak masuk kerja," jawab Clara yang sedikit mengangkat rok pendeknya.

Jun mengambil dokumen yang ada di tangan Clara, dan akan menutup pintu apartemen. Namun, gadis itu malah menghalangi pintu dengan kakinya. Ia masuk dan duduk di sofa ruang tamu apartemen atasannya.

"Siapa yang menyuruhmu masuk?" tanya Jun menatap tajam Clara.

"Ayolah pak, beri aku minum sedikit saja. Kamu lupa, aku dulu 'kan kekasihmu," jawab Clara.

Jun kesal dan menarik tangan Clara untuk menyuruhnya keluar. Namun, wanita itu malah memeluk Jun dan menyentil milik pria tampan itu. Jun menyingkirkan tangan Clara, dan mencoba melepaskan pelukkannya.

"Aku rindu sentuhanmu," ucap Clara menggunakan nada yang menggoda. Jujur wanita ini sudah persis seperti jalang, karena sebelum menjadi Sekretaris, dia memang bekerja sebagai jalang disebuah Bar di Jakarta.

"Lepas!" bentak Jun mendorong Clara hingga tersungkur ke lantai.

"Sudah aku bilang, keluar dari apartemen ku! Kau dipecat!" tegas Jun menatap tajam gadis yang ada dihadapannya.

Saat mendengar teriakan suaminya, Syifa keluar dari kamar dan melihat Clara yang terduduk di lantai. Jun menatap istrinya dan menghampirinya. Sedangkan Clara menatap tajam ke arah sepasang suami-istri tersebut.

"Mas, bisa jelaskan," ucap Jun karena takut Syifa salahpaham dengannya. Syifa hanya tersenyum dan memeluk tangan suaminya, lalu menatap Clara dengan tatapan tidak suka.

"Mas Jun sudah menyuruhmu keluar, jadi angkat kaki dari apartemen kami," jelas Syifa sambil menatap Clara.

Tentunya Clara hanya tersenyum remeh dan langsung berdiri. Ia menghampiri sepasang suami-istri itu dan menyentuh dada bidang milik Jun. Sontak Syifa mencengkeram tangan jalang tersebut dengan tatapan tajam, entah kenapa Syifa semenjak hamil mudah sekali untuk emosi.

"Akh," rintih Clara.

"Kau tidak mengerti bahasa manusia? Ah, atau kau bukan manusia, melainkan hewan?!" ungkapan itu membuat Clara semakin kesal menatap Syifa. Wanita itu terus berusaha memberontak, namun tenaga Syifa lebih kuat darinya.

"Lepas!" teriak Clara.

Syifa melepaskan tangan Sekretaris suaminya dengan sedikit mendorong tubuh Clara. Alhasil Clara tersungkur untuk kedua kalinya, ia mengepal tangan miliknya dan mengambil tas yang ada di sofa ruang tamu.

"Kalian sama-sama gila! Pantesan cocok, sama-sama kasar!" bentak Clara. Ia langsung angkat kaki dari apartemen Jun sambil membanting pintu saat keluar.

Jun menatap istrinya dengan tatapan bingung, karena jujur baru pertama kalinya ia melihat Syifa emosi pada orang lain. Syifa masuk ke dalam kamar dengan ekspresi kesal dan duduk di atas kasur. Tentunya Jun mengejar istrinya dan menutup pintu kamar mereka.

"Hei, kamu marah sayang?" tanya Jun memeluk Syifa dari belakang.

"Tidak," jawaban singkat dari Syifa. Jun mengeratkan pelukannya dan mencium leher putih milik istrinya. Syifa menggeliat karena merasa geli saat lehernya dicium.

"Maaf, tapi aku tidak pernah menyuruhnya untuk datang kesini. Alasannya mengantar dokumen kerjaan," jelas Jun.

Syifa menatap Jun dan melihat dokumen yang ada disamping mereka. Ia membuka baju suaminya, membuat Jun terkejut dan langsung tersenyum manis. Syifa mengambil tisu, lalu mengelap dada suaminya karena disentuh oleh wanita jalang tadi.

"Tidak ada yang boleh menyentuh tubuhmu, karena ini milikku," ucapan Syifa membuat Jun bahagia.

"Tadi dia juga memegang ini," jawab Jun meletakkan tangan istrinya ke arah miliknya.

"Aish wanita itu ingin mati di tanganku!" ungkapan kesal Syifa. Ia langsung membuka celana Jun dan mengelap aset suaminya agar tidak ada bekas sentuhan dari wanita lain.

Ia sontak terkejut saat melihat aset milik suaminya tiba-tiba berdiri. Syifa menatap Jun yang menutup kedua matanya, dan menikmati sentuhan istrinya. Wanita itu menutup kembali celana Jun dan berbaring di atas kasur.

"Sayang kenapa tidak dilanjutkan, manjakan milikmu ini," ucap Jun yang cemberut. Syifa hanya diam dan memejamkan kedua matanya.

"Baiklah aku cari yang lain saja, untuk memanjakan milikmu ini," gumam Jun yang berdiri. Syifa duduk dan menahan tangan suaminya. Ia langsung turun dari atas kasur dan berjongkok di depan Jun. Ia mendudukkan suaminya di atas kasur, lalu Syifa mengikat rambutnya yang terurai.

Jun membuka celananya dan secepat mungkin wanita itu memainkan milik suaminya. Jun mulai menikmati permainan sang Istri, Syifa melakukan semua yang diinginkan suaminya agar Jun betah dengannya.

"Lebih cepat sayang," ucap Jun.

Syifa pun mempercepat permainan-nya sesuai permintaan sang Suami. Jun memegang kepala istrinya agar semakin memainkan miliknya yang sudah menegang itu. Setelah sepuluh menit berlalu, Jun pun sudah sampai puncak mulut istrinya sudah penuh. Syifa meminumnya dan langsung merebahkan kepalanya di paha Jun.

"Kamu capek?" tanya Jun mengusap rambut istrinya.

"Sangat, semenjak hamil tenagaku jadi berkurang," jawab Syifa.

"Istirahatlah, terimakasih ya sayang," sambung Jun menggendong istrinya dan membaringkan di atas kasur. Ia mengecup singkat bibir Syifa dan membersihkan sudut bibir sang istri yang basah. Jun menyelimuti diri mereka dan tidur saling berpelukkan satu sama lainnya.

.

Cafe Bintang, Jakarta.

Sarah duduk di sebuah cafe, seperti sedang menunggu seseorang. Saat ia melihat orang yang ditunggu sudah datang, Sarah mengangkat tangannya agar orang itu melihat keberadaannya.

"Lama sekali," ucap Sarah saat orang yang ia tunggu sedari tadi sudah duduk dihadapannya.

"Sorry, tadi macet. Maklum Jakarta, kalau tidak macet apalagi," jawabnya.

"Heh, bagaimana? Setuju gak dengan pembicaraan kita yang ditelepon semalam?" tanya Sarah.

"Oke aku setuju, ayo rencanakan secara matang agar kita berhasil," jawabnya.

"Itu pasti, aku tidak ingin rencana ini gagal. Aku akan membuat rencana yang sangat hebat, dan tentunya akan berhasil," sambung Sarah sambil tersenyum nakal ke arah orang yang ada di hadapannya. [.]