Chereads / Hargai Aku / Chapter 22 - Bab 22 : Bandung.

Chapter 22 - Bab 22 : Bandung.

Beberapa bulan kemudian,

Jakarta, 07:00 WIB

Hari ini adalah hari minggu, Syifa dan Jun memilih untuk berlibur ke Bandung. Syifa tengah mempersiapkan barang-barang yang akan dia dan suaminya bawa. Sedangkan Jun berada di dalam kamar mandi, untuk membersihkan diri.

"Mas, aku ke dapur dulu," ucap Syifa yang berjalan ke arah dapur. Jun tidak menjawab ucapan istrinya karena suara Syifa tidak terdengar olehnya.

Setelah Jun selesai mandi, ia terkejut saat istrinya tidak ada di dalam kamar. Ia keluar kamar menggunakan handuk menutupi tubuh bagian bawah dan mencari keberadaan Syifa.

"Sayang, kamu dimana?" teriak Jun. Pria itu berjalan ke arah dapur dan tidak melihat keberadaan Syifa disana. Ia pergi ke ruang tamu dan tetap saja tidak menemukan Syifa.

"Sayang, jangan bercanda. Kamu dimana?" teriak Jun lagi yang mulai panik. Pria itu akan berlari masuk ke dalam kamar. Namun, Syifa melambaikan tangannya dari arah ruang makan. Tentunya Jun langsung berlari dan memeluk istrinya itu.

"Mas kira kamu kenapa-napa," ucap Jun memeluk erat tubuh Syifa.

"Kan, aku sudah bilang mau ke dapur," jawab Syifa.

"Tadi Mas ke dapur. Tidak menemukan mu," sambung Jun.

"Ah, mungkin aku lagi angkat jemuran," jawab Syifa lagi.

"Kamu mah buat Mas takut. Pokoknya kalau mau pergi kemana pun harus bersama Mas," ujar Jun melepas pelukkannya.

"Ke kamar mandi juga harus dengan Mas?" tanya Syifa.

Jun mengangguk dan tersenyum nakal ke arah Syifa. Wanita itu mencubit pinggang suaminya, karena ia mengerti maksud Jun yang ingin selalu bersamanya saat masuk ke dalam kamar mandi.

"Akh sakit," rintih Jun.

"Makanya jangan mesum Mas, tidak malu dengan anak kita? Kamu keluar masuk terus," balas Syifa melepas cubitannya dan mengelus pinggang suaminya yang sudah memerah.

"Iya, iya. Masuknya 3 kali sehari ya," jawab Jun.

"Lah, seperti minum obat saja," sambung Syifa sambil tertawa kecil.

Jun hanya tersenyum dan kembali memeluk istrinya. Entah kenapa, sudah 3 bulan pernikahannya emosinya sudah bisa diatur. Sifat psikopat nya sudah mulai berangsur-angsur sembuh dan semenjak istrinya hamil, sifat lembutnya pun sudah terlihat. Jun sangat manja pada Syifa, bahkan begitu perhatian pada Istri dan calon anak mereka.

"Mas, pakai baju dulu sana. Terus kita sarapan, katanya mau liburan," ucap Syifa yang masih berada dipelukkan suaminya.

"Sebentar lagi ya," jawab Jun.

Wanita tersebut hanya mengangguk dan membalas pelukkan suaminya. Setelah 5 menit barulah Jun melepas pelukkannya dan berjalan masuk ke dalam kamar, untuk memakai baju yang sudah disiapkan Syifa di atas kasur. Sudah sepuluh menit Jun dalam kamar, akhirnya ia keluar dengan pakaian sangat rapi. Jun memakai style pria Korea, menggunakan kemeja putih dan celana kulot berwarna hitam dengan sepatu berwarna putih.

"Taraaa. Sudah mirip orang Korea belum?" tanya Jun berdiri di hadapan istrinya.

"Setiap harinya, Mas sudah memakai style orang Korea," jawab Syifa sambil tertawa.

"Iyakah? Perasaan baru kali ini mas berpakaian seperti orang Korea," sambung Jun yang duduk di depan Syifa.

"Semua baju Mas, persis seperti pakaian pria Korea. Wajah Mas juga mirip orang Korea," jawab Syifa merapikan sedikit rambut suaminya.

"Mungkin karena mata Mas yang sipit ini," balas Jun sambil makan.

"Mungkin saja, ya sudah lebih baik kita selesaikan makannya. Setelah itu kita berangkat ke Bandung," ucap Syifa sambil tersenyum.

Setelah beberapa menit menghabiskan makanan mereka. Syifa dan Jun berjalan keluar apartemen, menuju tempat parkir. Mereka memasukkan barang-barang ke bagasi belakang dan langsung masuk ke dalam mobil, menuju kota Bandung.

.

Bandung, 09:04 WIB

Setelah menempuh perjalanan 2 jam lewat 4 menit. Mereka pun tiba di kota Bandung, tempat berlibur selama sehari. Jun dan Syifa memarkirkan mobil di sebuah hotel yang tidak jauh dari tempat Wisata Kawah Putih. Mereka memasuki hotel dan memesan kamar untuk semalam, setelah sampai di dalam kamar Syifa berbaring di atas kasur untuk melepas lelahnya di dalam mobil.

"Huh, capek juga duduk di dalam mobil," ucap Syifa.

"Pastilah sayang, apalagi kau tengah hamil," jawab Jun meletakkan koper disebelah lemari tv. Ia ikut berbaring disamping istrinya dan menatap Syifa yang tengah memejamkan mata. Jun mengelus perut Syifa sehingga gadis itu pun membuka matanya kembali.

"Kamu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anak kita?" tanya Syifa menyamping 'kan tubuhnya dan menatap mata suaminya.

"Iya, aku sudah tidak sabar lagi," jawab Jun.

"Doakan kami agar tetap sehat, ya. Agar dalam masa kehamilan bayi kita baik-baik saja di dalam rahimku," sambung Syifa menyentuh tangan suaminya yang sedang mengelus perutnya.

"Mas selalu mendoakan kalian, agar tetap sehat," balas Jun menatap sang Istri.

Syifa membalas dengan senyuman dan memeluk Jun dengan erat. "Terimakasih, sudah menjadi Suami yang begitu perhatian dan menjaga calon anak kita," ucap Syifa meneteskan air matanya.

"Mas akan mengubah sifat Mas yang kasar, demi kamu dan anak kita. Maaf, dulu sempat menyiksamu hingga tubuhmu penuh luka," ungkap Jun membalas pelukkan istrinya.

"Lupakan masa lalu Mas, sekarang kita harus memikirkan masa depan keluarga kita. Jangan pernah tinggalkan aku, selalu bersamaku, paham?" ucap Syifa.

"Mas tidak akan meninggalkan mu. Mas akan selalu melindungimu," jawab Jun.

"Yasudah, lebih baik kita tidur," sambung Jun sambil tersenyum manis ke arah Syifa.

Syifa membalas dengan anggukan dan mempererat pelukkannya sambil memejamkan kedua mata. Ia pun tertidur di pelukkan Jun dengan mudah. Jun hanya tertawa kecil melihat Syifa, semenjak hamil anak pertama mereka sangat mudah untuk tertidur dipelukkannya.

Syifa sekarang lebih banyak tidur dari pada bangunnya. Menurutnya wajar, karena Ibu hamil bawaannya selalu mengantuk dan mengantuk. Ia ikut tertidur pulas dalam posisi berpelukkan dan mereka berdua pun menuju alam mimpi, yang begitu indah.

.

Bandung, 13:00 WIB

Mereka terbangun dari tidur yang begitu nyenyak. Syifa dan Jun merenggangkan tubuh mereka, sambil menatap ke arah luar jendela kamar hotel. Syifa berdiri dan membuka jendela kamar hotel.

"Wah, cuaca di Bandung sangat indah. Udaranya juga sangat segar," ucap Syifa.

"Udaranya cocok untuk Ibu hamil," jawab Jun memeluk istrinya dari belakang.

"Kamu benar Mas, udaranya cocok sekali untuk Ibu hamil," sambung Syifa memegang tangan Jun yang tengah melingkar di pinggang milik Syifa.

"Apa kamu mau tinggal disini?" tanya Jun.

"Nanti susah Mas. Kantor Mas ada di Jakarta, pasti capek kalau pergi bekerja rute Bandung-Jakarta," jelas Syifa.

"Tidak kenapa-napa, asal kamu bahagia sayang," sambung Jun.

"Aku tinggal di Jakarta saja bersamamu. Aku tidak mau kamu kelelahan, pulang pergi Bandung-Jakarta," ungkap Syifa tersenyum sambil menatap pemandangan kota Bandung.

Jun hanya tersenyum dan meletakkan dagunya dibahu Syifa. "Nanti jam 3 sore, kita jalan-jalan ya. Tujuan pertama ke Kawah Putih," ucap Jun sambil menunjuk ke arah Wisata Kawah Putih.

"Siap," jawab Syifa menatap Jun yang memeluknya dari belakang. [.]